BaraDila 6
BaraDila 6
Bara dan Dila membersihkan diri di kamar mandi. Mereka berdua mandi junub sebelum tidur. Ada rasa puas dalam diri Bara, bisa menyalurkan hasratnya.
"Cie cie… Mandi malam." Bara malah mentertawai sang istri.
"Yang bikin mandi malam siapa sayang? Kamu yang bikin aku mandi malam."
"Ga dingin mbak?" Bara bergurau sesekali mencium puncak kepala sang istri.
"Enggak Pak. Ada yang menghangatkan. Suami saya jago di ranjang. Tahan lama dan kuat." Dila malah meladeni gurauan Bara dan bicara hiperbola. Dila memamerkan ototnya untuk mempertegas betapa perkasanya sang suami.
"Wow. Jadi takjub. Gimana kehebatannya? Bisa ngalahin saya gak."
"Burung Bapak belum dewasa beda dengan dia." Dila tertawa sendiri mendengar gurauannya. Efek bersama Bara, ikut-ikutan mesum.
"Memang mbak dah coba? Kok bisa bilang belum dewasa?" Bara mengedipkan mata nakal lalu memberikan ciuman jarak jauh.
"Udah ah becandanya. Kamu kalo diladeni makin mesum." Dila menutup wajahnya. Sejak bersama mesum Bara menular padanya.
Bara mendekati sang istri lalu memberikan pelukan hangat.
"Ini baru istriku. Kalo sama suami harus nakal gini biar suaminya makin cinta." Bara kembali mencuri satu ciuman dari Dila.
"Jangan Bar." Dila mengelak ketika Bara kembali menciumnya.
"Kenapa?" Bara malah menggelitik pinggang Dila sesekali menyentuh dada istrinya.
"Ada Shaka sayang. Enggak enak dilihat sama anak. Ga baik buat anak."
"Shaka tidur sayang. Lagian kalo besar nanti yakin dech mesum Apanya bakal turun ke dia."
Dila naik ke atas ranjang lalu menyelimuti tubuhnya. Ia memejamkan mata tak mau meladeni Bara. Tubuh Dila remuk karena digempur habis-habisan.
Bara mengangkat Shaka namun dicegat Dila, "Mau dibawa kemana?"
"Ke kamar dialah. Masa Shaka tidur di antara kita. Kalo bobok di ranjang hanya kamu dan aku."
"Sama anak sendiri cemburu."
"Biarin." Bara mengantarkan Shaka ke kamar sebelah. Ia mencium kening sang anak.
Bara pun kembali ke kamar. Dila sudah tertidur. Efek terjangan Bara membuat tubuhnya capek dan mengantuk. Bara tersenyum mendengar dengkuran Dila. Biasanya kalo kecapekan Dila akan ngorok ketika tidur. Bara sentuh kening sang istri lalu menciumnya.
"Maaf membuat kamu lelah sayang. Love you." Bara tidur di sebelah Dila lalu memeluk istrinya erat.
Pagi telah menunjukkan cakrawalanya. Matahari menyapa meski malu-malu. Bara bangun ketika Salsa naik ke tubuhnya. Gadis kecil itu duduk di dadanya lalu memegang tangannya erat. Bara tersenyum melihat sang anak. Ia elus kepala Salsa. Mengamati wajah cantik sang anak yang sangat mirip dengannya.
"Anak Apa sudah bangun…." Bara tersenyum.
Bara ingin bangkit namun dicegah Salsa.
"Jangan bangun Apa. Tidur saja."
"Why?" Bara kebingungan.
"Lagi kasih Apa kutek," jawab Salsa polos. Tampangnya tak berdosa karena telah menjahili Bara.
"Apa?" Dunia Bara serasa runtuh. Bangun-bangun ia kaget melihat kukunya telah dipasang kutek warna pink. Tak hanya itu. Salsa juga melukis di dadanya. Bara bercermin. Salsa menggambar Spongebob di dadanya. Lalu Salsa memasang eye shadow dan eye liner di kelopak matanya. Bara nyaris pingsan melihat kondisinya.
"Salsa," pekik Bara kaget. Semua anggota keluarga beserta ART kaget mendengar teriakannya.
Dila yang sedang menyiapkan sarapan kaget lalu kembali ke kamar.
"Ada apa Apa triplets?" Dila memanggil Bara dengan sebutan 'Apa' untuk mengajari anak-anaknya. Anak kecil ibarat burung beo, akan mengikuti apa yang dilakukan dan diucapkan orang dewasa sehingga Dila berhati-hati bicara di depan anak-anak.
"Liat kelakuan anak gadis kamu?" Bara menunjukkan hasil karya Salsa di tubuhnya.
Dila tersenyum malu-malu. Tak menyangka Salsa mengisengi sang ayah sampai trauma.
"Bisa dihapus kok Apa. Jangan marah-marah. Salsa ke bawah dulu ya nak. Sarapan sama onty Rere."
"Baik Ama." Salsa menurut. Gadis itu turun dari ranjang lalu pergi ke ruang makan.
"Bersihkan." Bara merajuk manja.
"Iya." Dila mencari cairan pembersih kutek di tas make up Salsa. Dila juga mengambil susu pembersih makeup.
"Anak masih kecil diajari pake kutek sih?" Bara memprotes karena Dila membelikan Salsa satu set perlalatan makeup.
"Salsa itu kelebihan dan bakatnya disana. Dia suka menggambar. Sejak nonton YouTube yang menampilkan orang pake kutek. Dia meminta dibelikan itu. Dia juga jago make up. Makanya aku belikan perlengkapan make up anak. Itu menstimulasi syaraf motorik dia. Begitu…."
"Kalo cara mancing syaraf motorik Apa Salsa gimana?" Bara menyandarkan kepalanya di punggung Dila.
"Modus. Itu bukan mancing syaraf motorik tapi arus bawah Apa." Dila tersebut sumringah menemukan cairan pembersih kutek. "Duduk Bar."
Bara duduk di atas ranjang. Dila dengan telaten membersihkan kutek di kuku Bara. Meski umurnya baru beranjak empat tahun tapi Salsa sudah rapi memasang kutek.
"Salsa main make up kayak gitu gapapa?"
"Gapapa. Buat dia jadi kreatif. Anak-anak jangan kayak kita Bar. Tidak bebas menentukan pilihan. Biarkan mereka memilih bakat dan minat sendiri tanpa intervensi kita. Triplets jangan kayak aku. Dikit-dikit diatur. Biarkan mereka berekspresi selama masih positif dan tidak merugikan orang lain."
"Nyesel dong kalo gitu. Nikah sama aku karena dijodohkan ayah."
"Kalo nyesel enggak mungkin melahirkan anak kamu Bar. Bukan satu tapi tiga." Dila gemas mendengar ucapan suaminya. Ibu muda itu mencubit paha Bara gemas.
"Jangan mancing Ama. Nanti diterkam lagi takut. Pagi paling cepat bangun lo. Senjata pemusnah masal." Bara kembali berkelakar.
"Mesum," cebik Dila mencibirkan bibirnya. "Mandi sana. Kita sarapan dulu."
"Mandiin." Bara mengangkat tangannya seolah ingin digendong.
"Mandi sendiri." Dila pergi meninggalkan Bara setelah kuku, mata dan dadanya bersih dari coretan Salsa.
"Enggak mau."
"Gelay," balas Dila dengan ekspresi jijik.
"Mandikan Ama." Bara bicara seperti Shaka dan Shakel. Bagaimana kedua bocah itu bermanja dengan Dila. Bara meniru rengekan Shaka dan Shakel ketika meminta sesuatu.
"Jangan kekanakan."
"Ama mau dimandikan."
"Jangan manja. Kamu bukan anak kecil lagi."
"Aku bayi dewasa Ama. Yuk mandi bareng?" Bara menaik turunkan alisnya.
"Aku enggak mau mandi lagi. Kamu pantang disenggol. Senggol langsung bacok." Dila menahan wajah ketika akan menciumnya. "Bau jigong."
Gairah Bara langsung down ketika Dila mengatakan bau 'Jigong'. Pria itu langsung berjalan menuju kamar mandi. Wajah Bara cemberut. Dila malah tertawa geli menyaksikan kekesalan sang suami.
"Sayang. Ditunggu di meja makan." Dila berteriak lalu pergi turun ke bawah menyusul yang lain sarapan.
"Bara kenapa teriak Dil?" Ainil penasaran.
"Oh itu." Dila malah ketawa duluan padahal belum cerita.
"Tanya saja sama cucu bunda." Dila menunjuk Salsa yang sedang sarapan. Gadis itu makan bubur ayam. Salsa makan sangat lahap. Gadis kecil itu sangat suka bubur ayam.
"Salsa apain Apa?" Ainil menanyai cucunya.
"Kasih kutek di kuku Apa lalu melukis gambar Spongebob di dada Apa lalu kasih eye shadow dan eye liner di kelopak mata Apa. Ca mau tunjukin ke Apa kalo pintar melukis." Gadis itu tertawa riang.
Pecahnya tawa semua yang ada di meja makan. Herman sampai tersedak. Bagaimana Bara tidak teriak jika penampilannya dibuat bak bencong. Bara turun ke bawah. Ia menggumam karena keluarganya sedang mentertawainya.
"Senang liat aku sengsara kayaknya."
*****
Baca kisah Rere dan Dino di novel "TERJERAT PESONA DUDA TAMPAN". Dijamin diabetes dan senyum-senyum sendiri. Simpan Di Library Kalian ya.