Jodoh Tak Pernah Salah

BaraDila 4



BaraDila 4

Zico membawa istrinya ke rumah sakit. Dian segera ditangani dokter Uty. Dokter itu teman Bara dan juga dokter yang menolong Rere ketika melahirkan Leon. Meski bukan anak pertama Zico tetap saja panik di depam ruang operasi. Dian terpaksa di operasi karena air ketubannya sudah kering.     

Bara dan Rere merasa bersalah. Ulah mereka membuat Dian menjadi stress dan pecah ketuban dini. Bara dan Rere ikut ke rumah sakit bersama Dila. Mereka juga menunggu di depan ruang operasi.     

"Apa yang kalian katakan pada Dian?" Dila mencecar suami dan adik iparnya.     

"Enggak ada sayang." Bara tetap saja menggoda istrinya. Tanpa tahu malu Bara menyentuh bokong Dila.     

"Jangan mulai Bar. Nanti aku marah." Dila memukul tangan suaminya.     

"Bisa jelaskan pada aku Re?" Dila menatap adik iparnya.     

"Ada kesalahpahaman antara kami dengan teteh Dian. Kak aku boleh bertanya?"     

"Apa?"     

"Apa teteh Dian selama ini tahu jika kalian tinggal di KL. Bicara jujur pada kami kak biar permasalahan ini clean and clear."     

"Kalian bertengkar dengan Dian?"     

"Kak jawab dulu pertanyaanku. Jangan beri aku pertanyaan."     

"Dian selalu mengunjungi kami dan menanyakan keadaan si kembar."     

"Selama itu kakak tidak pernah bertanya pada teteh Dian bagaiamana kedaaan abang?"     

"Kata Dian baik-baik saja."     

"Tak pernah khawatir dengan keadaan bang Bara."     

"Rere sudah!" Bara menegur adiknya.     

"Diam bang." Untuk pertama kalinya Rere membentak abang tirinya.     

"Pernahkah dia mengatakan pada kakak jika bang Bara ditembak dan hilang ingatan? Pernahkah teteh Dian menceritakan tentang Dino bahwa pria itu ayah kandung Leon?" Rere sangat emosional.     

"Aku sekarang mengerti apa yang menjadi persoalan kalian." Dila berdecak kesal pada Rere.     

"Jika Dian berniat membuka aibmu semenjak Leon dalam kandungan Dian sudah mengatakan pada papa dan bunda siapa ayah bayimu, tapi Dian bungkam karena menghargai privasi kamu. Dia tahu jika itu bukan urusannya. Masalah Dian bohong selama ini tentang keberadaanku karena aku yang memintanya. Aku hanya ingin melindungi Bara dari ayah dan juga kakakku. Stop menyalahkan Dian."     

Mulut Bara dan Rere terkunci. Mereka saling tatap satu sama lain. Dila meninggalkan mereka dan mendekati Zico. Dila menenangkan Zico yang panik.     

"Jangan cemas Zi. Anak kalian pasti lahir dengan selamat."     

Dokter Uty keluar dari ruangan operasi. Dokter muda itu tersenyum pada Zico.     

"Anaknya laki-laki Pak Zico. Selamat."     

"Terima kasih. Istri saya bagaimana?"     

"Alhamdulilah aman. Sedang di observasi. Anak Bapak masuk inkubator dulu karena usianya belum cukup untuk dilahirkan."     

"Syukurlah." Zico bernapas lega. Pria itu mendekati inkubator anaknya dan mengazankan bayinya.     

Dila, Rere dan Bara kembali ke rumah. Keluarga Dian dan Zico sudah berkumpul di rumah sakit.     

"Apa sebenarnya yang terjadi Bar?" Dila bertanya pada suaminya ketika berada di kamar. Ketiga anak mereka sudah tidur.     

Bara bergelayut manja di lengan istrinya. Bukannya menjawab pertanyaan istrinya malah melakukan aktivitas lain. Bara kembali melakukan modus. Tanganya ditepis Dila ketika bergerilya masuk dalam pakaian istrinya.     

"Bukankah kamu sudah tahu?"     

"Tapi belum detail." Dila dalam mode jutek.     

Setengah hati Bara menceritakan masalahnya dengan Dian dan Rere. Dila mengelus pipi suaminya.     

"Maafkan aku sayang. Andai saja aku tidak meninggalkan kamu mungkin ini tidak akan terjadi. Aku sudah membuat kamu terluka salama ini."     

"Tidak ada yang perlu di maafkan Dila. Yang penting kita udah bareng. Kamu meninggalkanku karen ancaman dari ayah dan Iqbal."     

"Terima kasih atas pengertiannya." Dila mencium kening Bara.     

"Cium ini juga dong?" Bara memajukan bibirnya.     

"Modus." Dila malah meremas bibir suaminya.     

"Jahatnya istriku. KDRT."     

"Biarin."     

"Ama," panggil Bara menggoda istrinya.     

"Apa?"     

"Apa kamu sudah tahu keadaan keluargamu?"     

"Sudah dari bunda. Semua baik-baik saja."     

"Kamu sudah tahu jika Iqbal dan Naura bercerai?"     

"Apa maksud kamu?"     

"Iqbal bercerai dari Naura dan Ria. Dia melakukan KDRT pada mereka."     

"Apa?" Dila kaget. Tiba-tiba ingat sumpah yang ia sebutkan pada kakak kandungnya. Tak menyangka sumpah yang ia ucapkan ketika emosi malah menjadi kenyataan. Ada penyesalan ketika mengucapkan kata-kata itu.     

"Keluargamu sudah tinggal di Jakarta selama empat tahun ini."     

"Aku sudah tahu."     

"Apa bunda tidak cerita sama kamu?"     

Dila menggeleng. Malam itu Bara menceritakan semuanya pada Dila. Air matanya tumpah mengetahui rumah tangga udanya hancur. Dila mengucapkan sumpah itu ketika emosi bukan benar-benar ingin menghancurkan Iqbal.     

"Apa rencana kita selanjutnya?" Bara meminta pendapat istrinya.     

"Rencana apa Bar?"     

"Bisa tidak memanggilku dengan mesra?" Tangan Bara terampil melepaskan daster kaos yang dipakai Dila.     

"Lalu mau dipanggil apa?" Dila malah menggoda suaminya. Kakinya sengaja menyentuh alat vital Bara. Senjata itu langsung berdiri tegak.     

"Panggil Apa biar lebih mesra," ucap Bara di telinga Dila. Bulu kuduk istrinya meremang karena terangsang.     

"Kalo aku panggil Apa berarti kamu jadi ayahku." Dila malah meremas dada bidang Bara.     

"Bukan, tapi mengajarkan pada anak-anak. Memanggilku Apa bukan berarti aku ayahmu Dil. Tapi ayahnya anak-anakku. Begitu." Meski bicara tapi tangan Bara bekerja melepaskan pakaian terakhir Dila. Pria itu menerkam istrinya. Tak lupa berdoa sebelum melalukan penyatuan.     

Bara mengecup kening Dila lalu ciuman itu turun ke leher, tulang selangka dan dada Dila. Cukup lama bermain di dada sang istri lalu menggigitnya gemas. Dila melenguh dan mendesah akibat perbuatan Bara.     

Bara menguasai Dila, tak memberikan ruang untuk istrinya bergerak. Bara mengukung tubuh Dila dibawah penguasaannya. Dila hanya pasrah mendapatkan serangan demi serangan yang melemahkan syarafnya. Pria itu juga mengulum dada Dila seperti anak bayi. Tubuh itu selalu mendamba, menginginkan lebih dan lebih. Dila meremas rambut Bara kala pria itu menjilati perutnya.     

"Bar….." Dila terengah dalam nafsu.     

"Tenanglah," ucap Bara pelan.     

Bara melepaskan seluruh pakaiannya dan menenggelamkan kepalanya di pusat tubuh Dila.     

"Bar….."     

Bara gemas sendiri mendengar desahana sang istri. Pria itu segera melakukan penyatuan. Sudah lama tak berhubungan badan dengan Dila membuatnya candu untuk memasuki tubuh Dila. Tak pernah merasa lelah melakukannya. Setiap hari Bara melakukannya, Tak peduli lelah apa tidak.     

Bara menghentakkan tubuhnya lebih dalam. Dila tak bisa menahan gejolak dalam dirinya. Apa yang Bara lakukan meluluh lantakkan pertahanannya. Pria itu sangat tahu bagaimana cara memuaskan dan menggodanya.     

Keduanya larut dalam gairah sehingga tidak sadar jika Shaka sedang menuju kamarnya. Kebiasaan bocah itu tidur berjalan.     

"Ama," rengek Shaka dengan mata tertutup.     

Bara dan Dila yang sedang berada di puncak gairah kaget. Mereka menghentikan aktivitas menyenangkan mereka karena Shaka semkin mendekat. Bara berdecak kesal karena sang anak mengganggu kegiatannya. Gairah Bara down. Ia kehilangan selera. Semua gara-gara Shaka.     

"Besok aku akan buat kamar khusus buat anak-anak agar tidak menggangu kita." Bara meremas rambutnya.     

Dila segera memakai pakaiannya dan menggendong Shaka. Ia mentertawai suaminya karena 'kentang'.     

*****     

Baca kisah Rere dan Dino di novel "TERJERAT PESONA DUDA TAMPAN". Dijamin diabetes dan senyum-senyum sendiri. Simpan Di Library Kalian ya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.