Jodoh Tak Pernah Salah

Part 409 ~ Jangan Otoriter



Part 409 ~ Jangan Otoriter

Suara kokok ayam telah menggema. Fajar telah menyingsing. Malam telah berganti dengan pagi. Dila dan Bara masih bergelung dalam selimut. Mentari seakan cemburu melihat kemesraan mereka berdua. Cinta yang hadir setelah akad nikah adalah cinta sejati karena mencintainya karena Tuhan bukan karena nafsu semata. Aldebaran telah kembali ke dunia yang sebenarnya . Dia telah kembali ke kodratnya. Tak lagi menyukai sesama jenis. Cintanya kini telah bertahta di hati seorang Fadila Elvarette. Wanita itulah yang telah mengembalikan kodratnya dan membuka matanya untuk kembali pada Tuhan.     

Dila adalah prioritas utama dalam hidup Bara. Apa pun rela Bara tinggalkan demi Dila. Semua hanya tentang Dila. Bagaimana membahagiakannya dan tak boleh membuatnya menangis. Bara menemukan cinta sejatinya. Cintanya tumbuh pada Dila bukan karena harta, rupa atau kebahagiaan semata, namun cinta yang muncul karena rasa ingin menjaga dan melindungi serta ingin bersama sehidup semati di dunia dan di akhirat.     

Bara membuka matanya. Terlihat Dila masih terlelap tidur. Kepalanya menumpu di dada Bara. Akhir-akhir ini Dila sangat manja dan selalu ingin bersama Bara. Tak boleh Bara hilang dari matanya walau pun hanya sedetik. Mencium aroma tubuh suaminya merupakan candu baru bagi Dila.     

Dila membuka matanya, bahagia karena masih bisa memeluk suaminya. Bahagia sepuluh hari terakhir ini mereka lewati bersama. Makan bersama, jalan-jalan dan masak bersama. Mereka benar-benar menikmati hidup. Jika boleh egois Dila ingin setiap hari seperti ini. Tak ada gangguan dari pihak mana pun. Dila ingin hidup tenang bersama Bara dan anak-anak mereka.     

Dila sudah muak hidup diatur dan dikekang Defri. Ayahnya sangat otoriter dan mengatur mereka dari hal kecil sampai hal yang besar. Sampai kapan Dila harus menjadi boneka Defri. Dila ingin bahagia dengan caranya sendiri tanpa campur tangan dari Defri. Ayah yang telah menikahkannya dengan Bara hingga ia jatuh cinta pada suaminya. Salahkah Dila mempertahankan Bara ketika Defri memaksa mereka berpisah? Ayah terlalu ikut campur rumah tangga anaknya. Ayah juga meminta Iqbal menceraikan Ria karena telah mempermalukan keluarga. Ria dan keluarga digerebek bermain judi di rumah mereka. Defri merasa malu berbesanan dan punya menantu seperti Ria.     

Dila menasehati Iqbal agar tak menceraikan Ria demi anak-anak. Iqbal tak menceraikannya namun tak menganggap keberadaan wanita itu. Ria punya suami berasa janda karena Iqbal tak menafkahinya secara batin. Hanya nafkah lahir yang rutin diberikan setiap bulan. Status digantung seperti ini lebih kejam daripada status janda. Dila tak mau rumah tangganya bernasib sama seperti rumah tangga Iqbal. Kisruh terjadi karena orang tua terlalu ikut campur.     

"Apakah tidurnya nyenyak sayang?" Tanya Bara pada Dila.     

"Sangat nyenyak apalagi tidur dalam pelukanmu."     

"Tidurlah di pelukanku sayang. Aku menyukainya." Bara mencium kening Dila. Wanita itu menutup mata meresapi ciuman sayang suaminya.     

"Terima kasih telah memilihku," sambung Bara setelah mencium Dila     

"Sudah seharusnya aku memilihmu. Kamu layak dicintai. Kamu telah membuktikan padaku jika kamu layak dicintai dan menerima banyak cinta."     

Bara bangkit dan duduk menyandar di kepala sofa. Dila juga ikut bangkit dan duduk di sebelah Bara.     

"Aku berubah berkat kamu juga sayang. Kesabaran kamu telah membawa aku berada di titik ini." Bara mencium tangan Dila.     

"Jika keinginan dalam diri kamu tidak ada, tak mungkin aku bisa membantu kamu untuk berubah."     

"Berkat dorongan kamu pastinya."     

"Sayang aku mimpi buruk," ucap Dila dengan bibir gemetar.     

"Mimpi buruk apa?" Bara panik melihat ekspresi istrinya.     

"Aku mimpi para anggota dewan datang mencari kamu dan membalas dendam." Dila lari ke pelukan suaminya.     

"Itu hanya mimpi. Tidak akan terjadi apa-apa." Bara menenangkan Dila.     

"Aku takut sayang." Dila merengek manja.     

"Jangan takut ada aku."     

"Mereka pasti melakukan sesuatu pada kamu. Firasatku tidak baik. Aku takut sesuatu terjadi pada kamu."     

"Aku ada disini. Tidak akan terjadi apa-apa. Kamu jangan banyak pikiran. Besok kita akan lakukan test pack apakah kamu hamil apa tidak. Calon bumil jangan banyak pikiran." Bara berusaha tersennyum walau dalam hati merasakan perasaan yang tidak enak. Bara tak mau cerita karena tak ingin membuat Dila semakin khawatir dan takut.     

Ketakutan terbesar dalam hidup Bara bukan para musuhnya, tapi Dila. Ia sangat takut jika Dila pergi dari hidupnya atau Defri berhasil memaksa Dila meninggalkannya.     

"Mau makan apa pagi ini sayang?" Bara menawarkan sarapan untuk istrinya.     

"Sarapan sayang bukan makan." Ralat Dila mentertawai suaminya.     

"Sama saja. Nanti juga dimakan masuk mulut." Bara tidak mau kalah.     

"Jadi mau sarapan apa?"     

"Roti bakar pisang dan segelas susu hangat."     

Bara bangkit dari ranjang, "Tunggulah disini aku akan membuatkannya demi tuan putri."     

"Aku mau ikut ke dapur."     

"Tidak. Duduklah di ranjang. Kamu tidak boleh kecapekan."     

��Aku tidak capek sayang. Bosan di kamar terus."     

"Duduk sayang," balas Bara dengan wajah pura-pura galak.     

Dila terpaksa mengalah dan membiarkan Bara pergi ke dapur. Bara sibuk berkutat di dapur. Membuka pisang lalu mengirisnya. Bara mengoles roti tawar dengan mentega lalu memberikan toping susu, coklat tabur dan pisang. Setelah itu Bara melapisi roti dengan roti lainnya. Bara memasukkan roti dalam pemanggang.     

Bara mengambil susu dan menyeduhnya dengan air panas. Ketika sedang mengaduk susu seseorang memeluk pinggangnya dari belakang. Bara tersenyum manis. Ia tahu siapa yang melakukannya. Tangan siapa lagi yang berani memeluknya seperti ini jika bukan istrinya.     

"Nakal ya." Bara pura-pura marah.     

Dila melepaskan pelukannya lalu berdiri di depan Bara.     

"Aku ingin menemani kamu."     

"Aku hanya ke dapur sayang. Tidak perlu ditemani."     

"Aku tidak enak. Selama ini kamu melayaniku. Seharusnya aku yang melayani kamu."     

"Sayang lupa jika kamu tidak boleh capek? Ingat embrio-embrio itu tengah berjuang untuk menyatu dengan kamu. Aku tidak apa-apa melakukan semua ini. Demi anak-anak kita sayang. Sudah setahun kita menikah. Aku ingin punya anak yang banyak agar rumah ini ramai dengan tangisan bayi. Aku akan membantu kamu menjaga mereka. Aku akan jadi suami siaga. Siap, antar, jaga. Aku akan jadi ayah terbaik untuk mereka."     

"Aku yakin jika kamu akan jadi ayah terbaik untuk mereka. Sayang….." Lirih Dila memanggil Bara.     

"Ada apa sayang?"     

"Jika kita punya anak nanti, jangan pernah jadi ayah yang otoriter. Mengatur anak dari cara bersikap dan bermain. Aku ingin mereka tumbuh seperti keinginan mereka. Biarkan mereka melakukan apa yang mereka sukai, asal tidak menyimpang. Biarkan mereka berekspresi. Izinkan mereka mengeluarkan pendapat. Jangan pernah bungkam mereka. Aku tidak ingin anak-anak mendapat didikan otoriter seperti aku dan uda."     

"Aku janji sayang. Aku tidak akan menjadi ayah otoriter. Aku berusaha menempatkan diri dengan baik. Aku akan menjadi sahabat untuk mereka."     

"Itu lebih baik sayang."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.