42. MENEMUI KINANTI ( 1 )
42. MENEMUI KINANTI ( 1 )
"Bravo Bara. Saya tertarik berbisnis dengan perusahaan anda," ucap Tuan Irfan dengan wajah sumringah. Mereka menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi.
"Saya sangat tersanjung Tuan Irfan mau berbisnis dengan perusahaan kami." Bara lega akhirnya mendapatkan angin segar dari Tuan Irfan.
Bara tahu Tuan Irfan sangat perfeksionis dan mendetail makanya Bara menjabarkan kerja sama mereka dengan detail pula. Daniel dan Tia tak dapat menutupi kegirangannya. Ternyata langsung gol tanpa melakukan negosiasi.
"Saya akan meminta pengacara saya mengurus kerja sama kita. Anda silakan bawa pengacara juga untuk mengurus kerja sama kita. Setelah pernikahan putri saya selesai dilaksanakan kita akan tanda tangani kesepatan," ucap Tuan Irfan bak penyejuk di hati Bara.
"Terima kasih Tuan Irfan. Kami benar-benar tersanjung dan terkesan Tuan masih menyempatkan datang padahal Tuan sendiri sibuk mempersiapkan pernikahan anak Tuan. Saya benar-benar beruntung," ucap Bara tulus tanpa perlu menjilat.
"Jangan seperti ini Aldebaran. Anda layak mendapatkannya. Saya sudah dengar track record anda. Semua pebisnis yang pernah kerjasama dengan anda sangat puas dan ingin kerja sama lagi. Apa salahnya saya memulai hubungan bisnis dengan anda apalagi keuntungan yang anda janjikan sangat lumayan. Perusahaan anda sudah terbukti kualitasnya. Saya yakin anda tidak mengecewakan kami."
"Terima kasih perhargaannya Tuan. Perusahaan kami akan bekerja lebih keras untuk proyek ini. Saya tidak akan mengecewakan anda."
"Baik Bara. Saya tidak bisa berlama-lama. Masih banyak urusan yang harus saya urus." Tuan Irfan bangkit.
Bara menyalami pria itu diikuti Daniel dan Tia. Keduanya bersorak gembira. Bonus sudah di depan mata. Bara menjanjikan mereka bonus yang lumayan besar jika Tuan Irfan mau bekerja sama dengan mereka. Usaha tak mengkhianati hasil. Kerja keras mereka di apresiasi.
"Jangan lupa datang ke pesta putriku. Aku menunggu kedatangan kalian bertiga."
"Tentu saja Tuan. Kami akan datang ke pesta putri anda. Saya beruntung menjadi salah satu tamu undangan," ucap Bara dengan wajah bahagia.
Tuan Irfan menepuk pundak Bara. Pria itu terkesan dengan pembawaan Bara. Anak muda dihadapannya pekerja keras, gigih dan ambisinya besar. Tuan Irfan suka bekerja sama dengan orang yang berambisi besar seperti Bara.
Ketiganya mengantar Tuan Irfan sampai ke depan pintu. Setelah pengusaha keturunan India itu pergi mereka pun pergi. Mereka menuju ke kamar Bara membicarakan legalitas kerjasama mereka.
"Pak akhirnya kita kerjasama dengan Tuan Irfan. Kami benar-benar senang. Semoga Bara Corporation semakin sukses dan Berjaya." Tia meluapkan perasaannya ketika telah berada di kamar Bara.
"Bilang saja kamu senang karena mendapatkan bonus yang saya janjikan," balas Bara datar.
Tia menelan ludah karena sang atasan mengetahui alasan dibalik kebahagiaannya. Daniel menahan tawanya. Tia melotot padanya hingga pria itu tak berani tertawa lagi.
"Bapak kok gitu? Saya benaran mendokan perusahan kita semakin maju lo Pak. Kalo perusahaan kita semakin maju bukannya karyawan semakin makmur." Tia berusaha ngeles.
Bara mengamini ucapan Tia. Berharap perusahaannya semakin maju dan dipercayai para pebisnis. Bara ingin sekali membuka cabang di luar negeri namun masih sebatas wacana.
"Daniel kamu siapkan tim pengacara untuk mengurus kerjasama kita. Mereka harus datang ke KL minggu depan. Pernikahan anak Tuan Irfan diadakan selama tujuh hari tujuh malam. Kita akan datang setiap hari kesana. Setidaknya dengan kita hadir tiap hari kesana beliau semakin terkesan dengan kita. Tia kamu urus tiket pesawat dan keperluan lainnya tim pengacara kita." Bara menatap Tia.
"Baik Pak, " ucap Daniel dan Tia hampir berbarengan.
"Rasanya tidak ada lagi yang harus kita bicarakan. Kalian bisa pergi." Bara mengusir keduanya dari kamar.
"Pak," lirih Tia memanggil sang bos.
"Ada apa?" Tanya Bara dingin.
"Apa Bapak akan menemui Kinanti?" Tia bertanya dengan hati-hati. Tia tak ingin bosnya terperangkap dalam permainan Kinanti.
"Kenapa kamu tanyakan itu? Jangan bilang kamu cemburu?" Ucap Bara ngasal. Ia ingin melihat reaksi sekretarisnya.
"Tidak Pak," jawab Tia panik. Berani sekali dia cemburu pada Bara. Tia tahu diri tak mungkin ia menyukai Bara. Tia tahu siapa yang ada dalam hati sang bos. Selama ini Tia dan Rere kerjasama mencari keberadaan istri Bara. Kepeduliannya pada Bara hanya sebatas bawahan. Rere pernah berpesan padanya untuk membantu dan melindungi sang kakak. Tia hanya menjalankan amanah Rere.
"Saya bukan tim suka suami orang," lanjutnya lagi. "Saya masih single Pak tentu saja cari yang single juga."
"Daniel suka sama kamu. Kenapa enggak terima cintanya?"
"Hah?" Tia hanya melongo mendengar penuturan Bara. Semoga ia salah dengar.
Daniel terperangah dan kaget. Darimana Bara tahu jika ia menyukai Tia. Ini benar-benar mengejutkan untuk keduanya.
"Pak kok libatkan saya?" Daniel merasa malu. Wajahnya merona. Tiba-tiba saja pria itu kikuk menatap Tia.
"Harusnya kamu makasih sama saya sudah jadi juru bicara. Jadi cowok lemah banget. Mengatakan cinta saja tidak berani. Apa yang kamu tunggu Daniel? Ungkapan saja perasaan kamu sama Tia. Kamu mapan dan memiliki karier bagus, menyedihkan sekali jomblo sampai sekarang." Bara menahan tawanya. Pria itu tetap menunjukkan wibawanya.
"Pak," cebik Daniel bak seorang gadis.
"Saya sudah buka jalan sama kamu. Tinggal eksekusi saja." Bara tersenyum masam menepuk bahu Daniel.
Daniel dan Tia sama-sama gugup. Mereka salah tingkah. Tak berani menatap satu sama lain.
"Saya akan menemui Kinanti. Penasaran, apa yang diketahui perempuan itu tentang masa lalu saya. Kalian ikut dengan saya!" titah Bara berbisik-bisik dengan Daniel dan Tia.
Bara tahu Kinanti sangat licik dan menggunakan berbagai macam cara untuk menjeratnya. Sebelum terjerat Bara harus melakukan persiapan terlebih dahulu.
Bara mengambil smartphone lalu menghubungi Kinanti. Tak butuh waktu lama perempuan itu menjawab panggilannya.
"Hai Bar. Aku sudah duga kamu bakal telepon," ucap wanita itu bahagia.
"Aku akan datang menemui kamu. Silakan japri dimana kamu menginap," balas Bara tanpa ekspresi.
"Ok Bar. Aku tunggu kedatangan kamu," ucap Kinanti dengan gaya centil.
Bara memutuskan panggilan mereka. Tak lama kemudian ada notifikasi pesan masuk. Kinanti memberi tahu nama dan nomor kamar hotel tempatnya menginap.
Bara mengetuk pintu kamar 1331. Tak berapa lama kemudian sosok Kinanti datang membukakan pintu. Perempuan itu mengenakan baju tidur yang tipis. Bara sakit mata melihatnya. Pria memalingkan wajahnya. Ia pria normal. Pria mana tak tergoda melihat lekuk tubuh perempuan bahkan perempuan itu dengan sengaja memamerkannya. Lelaki ibarat kucing jika dikasih ikan asin pasti akan memakannnya.
"Kenapa Bar?" Kinanti pura-pura tak tahu kenapa Bara membuang muka.
"Ganti pakaian kamu. Jika tidak aku pergi." Bara masih buang muka tak berani menatap Kinanti.
"Gak mau Bar," jawab Kinanti dengan gaya menggoda.
"Ya sudah kalo begitu. Aku pergi." Bara melangkahkan kaki dari pintu kamar.
"Tunggu Bar." Kinanti menarik tangan Bara. "Aku akan ganti pakaian."
"Ok. Saya tunggu kamu diluar."
*****
Cerita ini hanya ada di webnovel. Jika menemukan cerita ini di platform lain berarti cerita ini telah dibajak. Jangan lupa baca novel saya yang satu lagi tak kalah menarik dan mengocok perut. Doctor Couple : Pernikahan Sang Dokter Cinta.