Jodoh Tak Pernah Salah

32. JANGAN SAMPAI BOS TAHU



32. JANGAN SAMPAI BOS TAHU

Bara juga kaget dengan sikap Tia yang menariknya begitu saja. Ia tak mau ambil pusing karena ia tahu Tia hanya ingin menjauhkannya dengan Kinanti. Bara kebingungan bagaimana menghadapi wanita genit seperti Kinanti. Ketika Kinanti menyusulnya Daniel merentangkan tangan tak memberi akses wanita itu mendekat.     

Kinanti menghentakkan kakinya karena kesal. Dua orang bawahan Bara benar-benar mengganggunya. Namun Kinanti tak patah arang. Bagaimana pun ia akan berjuang keras untuk mendapatkan Aldebaran. Meski ia tahu dulunya Bara mantan gay namun tak membuatnya menyerah. Semakin sulit mendapatkan Bara maka Kinanti semakin bernafsu untuk mendekatinya.     

Ucapan Kinanti juga terngiang di telinga Bara. Kinanti tahu masa lalunya? Apa yang Kinanti ketahui tentang masa lalunya? Bara mencoba berpikir keras namun ia tak menemukan jawaban. Tiga tahun ini Bara masih terombang-ambing mencari jati diri. Hampir setiap malam ia memimpikan wanita yang sama namun wajah wanita itu samar. Bara hanya bisa melihat sinar putih diwajah wanita itu.     

Bara bangkit setelah mendengar pemberitahuan dari pihak bandara bahwa penumpang sudah bisa naik pesawat. Berbaris dengan rapi seperti penumpang lainnya Bara menunggu giliran masuk pesawat. Meski seorang CEO Bara tak sungkan mengantri. Bisa saja pria itu menggunakan akses VIP namun pria itu menolak. Bara ingin sama dengan Tia dan Daniel.     

Kinanti dan Ara mengekorinya dari belakang. Ternyata perempuan ular itu juga pergi ke KL bersama sekretarisnya.     

"Bara duduk dimana Ya?" Kinanti menggigit bibirnya mengajak Ara bicara.     

"Kurang tahu saya Bu," ucap Ara malas. Ara paling benci melihat sikap sang atasan. Jika tak berhutang budi pada almarhum papa Kinanti, mungkin Ara sudah mengundurkan diri karena tak sanggup memiliki atasan bad attitude seperti Kinanti. Almarhum papa Kinanti berpesan pada Ara agar selalu disamping Kinanti untuk memajukan perusahaan.     

"Harusnya kamu tahu Ara. Banyak sekali kamu enggak tahu. Saya enggak mau tahu. Kamu harus mengatur gimana caranya agar Bara mau makan malam dengan saya."     

"Tapi….."     

"Nggak ada tapi-tapi. Saya enggak mau tahu," ucap Kinanti tanpa mau dibantah.     

Bara sudah masuk ke dalam pesawat dan duduk di kelas bisnis. Bara duduk paling depan. Sementara Daniel dan Tia duduk di kelas ekonomi.     

"Lo berani banget sih Ti tarik tangan Pak Bara kayak gitu," ucap Daniel ketika mereka telah duduk di kursi pesawat.     

"Gimana gue enggak tarik Niel. Gue enggak mau wanita jahanam itu buka suara soal masa lalu si bos."     

"Masa lalu yang gimana?" Daniel berpikir keras.     

"Coba lo maknai ucapan Kinanti tadi. Aku tidak akan menyerah begitu saja sebelum mendapatkan kamu. Meski aku tahu siapa kamu dulunya."     

"Jangan bilang Kinanti tahu masa lalu Pak Bara yang mantan gay," ucap Daniel menutup mulutnya takut kedengaran yang lain.     

"Nah itu lo tahu. Makanya gue tadi menarik Pak Bara menjauh agar si Kinanti enggak cerita. Pak bos masih hilang ingatan dan gue sudah diperingatkan sama Rere dan Bu Dian agar menjaga kesehatan Pak Bara. Jika Bapak mengingat hal yang buruk tentang masa lalunya takutnya merusak kesehatan beliau."     

"Baiklah gue mengerti. Pak Bara duduk di kelas bisnis. Apa si Kinan juga enggak duduk di kelas bisnis?" Mata Daniel menerawang melihat sekeliling pesawat.     

Pria itu bernapas lega ketika melihat Kinanti dan Ara duduk di bangku belakang. Sepertinya Kinanti tidak dapat tiket kelas bisnis.     

"Syukurlah si Kinan duduk di bangku belakang." Daniel memberi tahu Tia.     

"Baguslah kalo begitu. Setidaknya dia tidak akan mengganggu bos lagi. Bagaimana pun bos tidak boleh tahu tentang masa lalunya." Tia mengingatkan Daniel.     

"Lo perhatian banget sama bos. Apa lo punya perasaan sama Pak Bara?" Daniel berusaha memancing Tia. Ingin tahu bagaimana perasaan Tia yang sesungguhnya sebelum ia mengatakan cinta.     

"Gila lu ndro. Mana mungkin gue suka sama Pak Bara." Tia menolak keras.     

"Gue tahu dimana posisi gue Niel. Kerja di perusahaan Pak Bara dengan gaji lumayan seperti ini gue udah bersyukur. Jika gue enggak dikasih kerjaan ini mana bisa gue membiayai mama dan adik-adik gue. Gue kerja dengan Pak Bara juga tak lepas dari andil Rere. Kalau bukan karena Rere belum tentu gue kerja disini. Gue hanya bersikap profesional aja. Rere berpesan agar gue menjaga abangnya. Gue hanya melakukan apa yang di pinta Rere."     

Ada kelegaan dihati Daniel mendengar penuturan Tia. Setidaknya ia masih punya harapan untuk mendekati Tia. Daniel sudah jatuh hati sejak pertama kali melihat Tia. Cinta pada pandangan pertama. Perasaan itu yang tengah dirasakan Daniel pada Tia. Hanya butuh keberanian dan waktu untuk mengungkap perasaannya pada Tia.     

Sementara itu Bara tertidur di pesawat. Ia kembali terbang ke alam mimpi. Seperti biasanya ia memimpikan wanita yang sama. Suara wanita sudah ia hafal dengan baik. Bara ingin tahu wajah wanita yang selalu hadir dalam mimpinya.     

"Aku tidak akan menyerah begitu saja sebelum mendapatkan kamu. Meski aku tahu siapa kamu dulunya."     

Bara terjaga dari tidurnya. Ucapan Kinanti terngiang-ngiang di telinga. Apa maksud perempuan itu? Tidak akan menyerah meski ia tahu masa lalunya. Masa lalu yang seperti apa yang diketahui Kinanti? Bara sangat penasaran dengan ucapan Kinanti namun pria itu ogah menanyainya. Bisa besar kepala wanita itu jika Bara bertanya.     

Tiga tahun ini Bara masih dihantui rasa penasaran. Peristiwa apa yang telah ia alami hingga harus koma selama tiga bulan. Mual dan muntah yang ia rasakan hilang begitu saja setelah sembilan bulan. Bara pernah bermimpi menyaksikan proses melahirkan tanpa ia tahu siapa wanita itu. Hidup Bara penuh dengan misteri meski ia mencoba mencari tahu.     

Bara berharap Tuhan akan mengungkap tabir dalam kehidupannya. Sudah cukup ia dibohongi Dian dan Herman. Bara sudah tak sabar lagi mengetahui kisahnya di masa lalu. Satu hal yang disesalkan oleh Bara kenapa ia masih belum bisa mengingat masa lalunya. Bertanya pada Dian dan Herman pun percuma. Bara tak akan mendapatkan jawaban.     

"Tuhan pulihkanlah ingatanku agar aku tahu apa yang telah menimpa aku di masa lalu. Hidupku penuh dengan misteri Tuhan. Mohon buka tabir ini perlahan-lahan. Siapakah wanita yang selalu hadir di dalam mimpiku? Aku mengetahui suaranya namun aku tak bisa melihat wajahnya. Tuhan izinkan hamba untuk memperbaiki segalanya, seandainya wanita yang ada dalam mimpi hamba mantan istri hamba sendiri. Berikanlah hamba petunjuk agar bisa bertemu dengan dia Tuhan. Permudah semuanya. Hamba muak dibohongi Dian dan papa. Meski alasan mereka demi kebaikan hamba namun hamba tidak bisa menerima alasan mereka Tuhan." Bara berdoa seraya menatap langit biru dari jendela.     

Sungguh besar keagungan Tuhan. Bara terlihat kecil sebagai makhluk Tuhan. Matanya berkaca-kaca menatap keindahan awan dan langit biru. Bara berharap setelah ini ia memiliki harapan untuk mengingat semuanya. Semoga ia tak kehilangan kesempatan mengingat semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.