Part 229 ~ Kecelakaan Vinta
Part 229 ~ Kecelakaan Vinta
"Tapi mereka ada alasan melakukan semua itu."
"Sebelum bertindak seharusnya bang Ad memikirkan keluarganya juga. Satu hal yang perlu kamu ketahui. Jika pegawai bank fraud apalagi menyelewengakan dana bank atau melarikan uang nasabah tak lebih dari gaya hidup. Ibaratnya cuma mampu beli android tapi maksa buat pake iphone itu yang salah."
"Wow bijaksana sekali Bapak ketua DPRD Sumbar." Dila terlihat menyindir dari pada memuji. Mereka telah sampai di rumah. Dila dan Bara memutuskan tinggal di rumah mereka di Danau Teduh. Ketika weekend mereka akan menginap di rumah orang tua Dila.
"Nah Ibu ketua sudah tahu jika Bapak ketua bijaksana. Bagaimana jika Ibu ketua juga bijaksana?"
"Bijaksana bagaimana?" Dila berjalan duluan masuk ke dalam rumah. Mengabaikan Bara yang memarkirkan mobil.
Tak begitu lama Bara berlari mengejar sang istri yang duluan jalan, "Bijaksana dalam membuat keputusan besok masalah bang Ad itu. Ibu ketua akan lebih bijaksana lagi jika...." Bara sengaja menggantung kalimatnya.
"Jika apa?" Dila bersikap ketus karena merasa di permainkan.
"Jika Ibu ketua memberikan Bapak ketua jatah. Ini malam Jumat sayang. Jojo mau gesek ATM," ucap Bara sensual sembari menggendong Dila ala bridal style.
"Kok gesek ATM sich?" Dila tersenyum manis mendengar istilah sang suami.
"Istriku kerja di bank. Kita gunakan istilah perbankan mengganti kata ML biar orang enggak tahu maksud kita. Istri itu ibarat mesin ATM, suami kartu ATM. Kalo kartu ATM masuk mesin ATM pasti mengambil uang. Uang itu artinya anak."
"Hahhahahahah." Dila tak dapat menyembunyikan tawanya. Suaminya memang aneh bin ajaib. Sejak kapan memikirkan istilah gesek ATM.
"Kenapa tertawa?"
"Kamu lucu sayang. Ada-ada saja istilahnya."
"Kamu suka kan?"
"Entah kenapa aku harus jujur kali ini. Iya aku suka."
Bara dengan semangat pejuang kemerdekaan menggendong sang istri. Bukan membawanya ke kamar malah membawa sang istri ke lantai tiga. Kolam air panas.
"Kok bawa aku kesini?" Dila memprotes ketika Bara menurunkannya.
"Kita mandi air panas biar kamu rilex. Kamu terlalu banyak pikiran. Abis berendam di air panas baru kita mulai permainan panas kita," ucap Bara berbisik di telinga sang istri. Dengan terampil Bara melepaskan pakaian Dila satu persatu.
Pasangan suami istri itu berendam dalam kolam air panas. Mereka saling bercanda dan menyabuni ketika mandi. Bara pun tak sabar menggesekkan kartu ATM. Ia menghujam sang istri dengan gairah. Mereka bercinta di saksikan bintang-bintang. Mereka menikmati cinta yang tak pernah pudar.
"Dila." Bara memannggil sang istri yang terlelap tidur.
"Bara, aku ngantuk. Kamu jangan minta jatah lagi, tadi udah tiga ronde. Bisa susah aku jalan jika kamu minta gesek ATM terus," balas Dila menggigau.
Bara tertawa terbahak-bahak, tak dapat menyembunyikan tawanya. Niat Bara membangunkan Dila hanya untuk mengajaknya makan karena sang istri kelelahan efek melayaninya tiga ronde. Bara menyelimuti sang istri yang tidur memakai terusan menerawang. Terpaksa makan sendiri mala mini. Dila sudah sangat lelah.
******
Pagi-pagi sekali Dila diantar Bara menuju ke kantor. Danau teduh lumayan jauh dari pusay kota Padang. Mereka harus berangkat setengah tujuh pagi agar tidak telat ke kantor. Pagi ini rencananya Dila akan mengeprint berita acara fraud yang dilakukan Adrian. Semalam mereka baru mengeprint konsep berita acara di kertas HVS. Pagi ini Dila akan mengeprint berita acara di kertas menggunakan logo bank MBC. Surat resmi harus punya korp bank MBC.
"Sudah siap sayang?"
"Sudah."
"Jalannya gimana sayang? Susah gak? Maaf semalam gempur kamu tiga ronde," kata Bara menggoda sang istri.
Dila mencubit lengan sang suami.
"Awwwwwwwwww sakit." Bara berteriak. "Kejam banget sich sama suami. Main kekerasan aja.
"Habisnya kamu bikin aku malu. Pagi-pagi udah ngomong vulgar."
"Kenapa emangnya? Sah- sah aja. Atau kamu jadi kepengen kalo aku ngomong vulgar?" Bara menaik turunkan alisnya.
"Dasar mesum."
"Mesum sama istri sendiri enggak masalah. Malah kita kalo mesum dapat pahala Dila."
"Sayang cepat setir mobilnya!" Titah Dila memasang senyum kecut.
"Kiss dulu dong." Bara memonyongkan bibirnya.
"Sayang mau setir mobil atau aku turun dari mobil kamu?"
Bara tak berkutik mendengar ancaman sang istri. Jika Dila turun dari mobil artinya sang istri akan membawa mobil sendiri. Jika Dila bawa mobil berarti Bara tak perlu menjemput Dila. Bara sangat senang jika bisa menjemput sang istri pulang kerja
Bara membanting stir membelah jalanan kota Padang. Enaknya tinggal di kota kecil seperti Padang tak ada kemacetan. Kemacetan terjadi jika hanya ada hujan atau kecelakaan. Sayangnya dibalik efek positif tidak ada kemacetan, efek negatifnya juga ada. Pengemudi motor atau mobil tidak sabaran dalam berkendara. Jika ada yang menyeberang jalan mereka tidak mau memberikan jalan. Maunya duluan terus. Jika kita lambat bawa mobil ketika lampu telah hijau jangan kaget akan diklakson panjang oleh pengemudi di belakang.
Kemacetan terjadi di pusat kota. Macetnya ada sekitar satu kilometer. Dila pun heran tumben jalan sepi jam segini. Biasanya jalanan lancar. Diliputi rasa penasaran Dila menurukan kaca mobil dan bertanya pada Pak Ogah yang membantu pengendara menyeberang jalan.
"Pak macet kenapa?"
"Ada kecelakaan Buk. Nah yang kecelakaan itu sama seragamnya sama Ibuk," kata Pak Ogah kaget melihat Dila.
Jika seragamnya sama dengan Dila berarti karyawan MBC. Tanpa meminta ijin Bara, Dila turun dari mobil.
"Sayang kamu kemana?" Bara bersorak dari mobil
"Seperti yang kecelakaan karyawan MBC. Aku mau cek."
Dila berlari menuju tempat kecelakaan. Dila menyelinap masuk dari kerumunan orang-orang yang mengelilingi korban kecelakaan. Jaman sekarang empati sudah berkurang. Bukannya menolong korban mereka malah sibuk memotret dan menvideokan lalu memposting di media sosialnya.
"Vinta," pekik Dila kaget melihat nyai badas tergeletak bersimbah darah.
Dila menangis terisak dan menaruh kepala Vinta di pahanya.
"Kalian kenapa lihat saja? Cepat telpon ambulan!" Pekik Dila menatap orang-orang yang mengerubungi Vinta.
Bara menyusul Dila bersama anggota kepolisian. Polisi segera ke lapangan begitu dapat telepon dari ketua DPRD.
"Kep," ucap Vinta terbata-bata.
"Jangan bicara dulu Vinta. Ambulan akan datang.
"Ambulan lima menit lagi sampai kesini." Kata Bara dengan napas tersengal-sengal. Bara tak tega melihat keadaan anggota Dila yang bersimbah darah.
"Kep seseorang sengaja menabrakku kep. Dia melakukannya karena aku menyelidiki kasusnya. Berhati-hatilah melaporkan kasus Bang Ad. Banyak pejabat besar yang terlibat." Kata Vinta sebelum pingsan.
"Vinta," teriak Dila histeris.
Ambulan pun datang. Dila berada dalam mobil ambulan menemani Vinta. Dila sudah melaporkan kecelakaan Vinta pada Renata dan kantor cabang utama. Dila berharap Vinta baik-baik saja. Orang yang menabrak Vinta sangat berniat membunuhnya.