Jodoh Tak Pernah Salah

Part 220 ~ Curhat Alvin



Part 220 ~ Curhat Alvin

Alvin kebingungan untuk memulai cerita dari mana. Dia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Entah kenapa melihat Fatih membuatnya berani untuk bercerita tentang masalah yang di alaminya.     

Alvin merasa tertekan atas sikap Dian selama ini. Dian menganggap ia tak pernah ada dan selalu dinomor duakan. Bagi Dian adiknya hanya Dean dan Dona. Bagi Dian, dia hanya orang asing dalam keluarga.     

Alvin tak mengerti kesalahan apakah yang telah dia perbuat sehingga dia sangat dibenci oleh kakak kandungnya sendiri. Ingin bertanya tapi Alvin sudah tahu Dian tidak akan pernah mau bicara dengannya     

"Alvin ceritalah! Dimulai dari gambar ini. Apa artinya?"     

Alvin menatap Fatih dengan ragu, namun Fatih berhasil meyakinkannya untuk bicara.     

"Aku mempunyai tiga orang saudara ustad. Aku anak bungsu dari empat bersaudara. Gambar ini adalah kakakku yang paling besar. Dia memeluk kedua kakakku. Kakakku yang paling besar sangat membenciku ustad. Aku tidak tahu kenapa dia sangat membenciku. Sejak kecil aku dikucilkan, tak dianggap dan tidak diizinkan dekat dengan keluarga. Kami biasa memanggilnya teteh.     

Teteh tulang punggung dalam dalam keluarga. Dialah yang membiayai kami selama ini. Aku disekolahkan di pesantren sejak aku SD sementara kedua kakakku yang lain bersekolah di sekolah umum. Aku seolah di buang ustad. Keluargaku mencintai dan menyayangiku kecuali teteh." Air mata Alvin mengalir.     

"Teteh tulang punggung dalam keluarga sehingga dia punya kewenangan mengatur keluarga, apa yang boleh apa yang tidak. Kadang terbersit pikiran negatif jika aku bukan anak kandung ayah dan ibu sehingga teteh membenciku. Dia terbebani dengan adanya aku."     

Fatih memeluk Alvin memberikan kekuatan. Andaikan dia menikah muda mungkin anaknya seusia Alvin.     

"Pernah bertanya pada ayah dan ibu kenapa teteh sangat membencimu?" Fatih memulai sesi tanya jawab.     

"Pernah ustad."     

"Apa jawaban mereka?"     

"Teteh memang pemarah dan gampang emosian."     

"Hanya itu?" Fatih menggeleng sembari menganalisis cerita dari Alvin. Kasihan sekali remaja seperti Alvin mengalami tekanan psikologis dari kakaknya.     

Seharusnya keluarga tempat untuk pulang dan berlindung. Keluarga adalah orang-orang yang paling mencintai kita dan dengan rela hati memberikan kehangatan. Namun itu tak berlaku bagi Alvin. Suasana dalam keluarganya akan memanas jika ia pulang ke rumah dan bertemu dengan Dian.     

Fatih mengambil kesimpulan ada hal yang disembunyikan keluarganya tentang status Alvin .     

"Apakah kamu tertekan selama ini atas sikap teteh kamu?"     

"Sangat tertekan ustad. Aku jadi malas pulang ke rumah jika teteh juga pulang. Setiap kami bertemu hanya ada keributan dan tak ada kedamaian. Aku merasa pembawa sial dalam keluarga."     

"Tidak boleh bicara seperti itu Alvin."     

"Tapi aku merasa seperti itu ustad."     

"Aku akan mengajak keluarga kamu bicara."     

"Maksud ustad?"     

"Aku ingin bicara dengan keluarga kamu. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Tidak baik jika masalah antara kamu dan teteh tidak diselesaikan."     

"Terserah ustad saja. Aku menyerah."     

"Kenapa menyerah? Apa selama ini kamu tidak pernah mencoba menarik perhatian tetehmu?"     

"Sudah ustad. Tapi tak ada gunanya. Apa pun yang aku lakukan selalu salah di mata teteh. Jika orang sudah membenci, apapun yang kita lakukan akan tetap buruk di matanya."     

"Yang sabar Alvin. Kamu anak hebat."     

"Hebat kenapa ustad?"     

"Biasanya hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga akan membuat remaja seperti kamu kehilangan arah dan nakal sementara kamu tetap bersikap baik dan tidak menyimpang."     

"Itu karena aku lampiaskan dengan menggambar dan menulis puisi ustad."     

"Itulah kehebatan kamu bisa mengalihkan rasa sakitmu menjadi sebuah karya yang bagus. Alvin biar pun sikap teteh kamu tidak baik pada kamu tapi kamu tidak boleh membencinya. Apapun yang terjadi dan menimpa kamu keluarga tidak akan pernah menghakimi. Mereka akan selalu ada, menopang dan mendukung apapun yang ingin kamu lakukan. Keluarga adalah orang-orang yang paling mencintai kamu dan dengan rela hati memberikan kehangatan untuk kamu. Kebahagiaan kamu adalah kebahagiaan keluarga, sedangkan kesedihan kamu merupakan kesedihan bagi keluarga kamu juga. Oleh sebab itu, keluarga akan selalu membantu dan menerima kamu saat sedang merasa sepi, gagal atau terpuruk di kehidupan kamu. Keluarga akan selalu ada di lini terdepan dalam kehidupan kamu. Mereka siap untuk menjaga kamu ketika sakit, menolong dan membantu kamu ketika sedang lemah dan memiliki beban berat. Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah rasa dihargai dan rasa dimiliki. Keluarga akan memenuhi kebutuhan kamu."     

"Iya ustad aku mengerti."Alvin menunduk. "Terkadang ustad aku berpikir."     

"Berpikir apa?"     

"Terkadang aku berpikir jika bisa memilih lahir pada keluarga mana, aku tidak akan mau jadi anak ayah dan ibu karena teteh sangat membenci aku."     

"Istighfar Alvin. Tidak boleh bicara seperti itu."     

"Aku sedih ustad. Seolah aku anak yang tak diharapkan kelahirannya."     

"La tahzan Alvin. Jangan berkata seperti itu. Bukankah ayah, ibu dan kedua kakakmu menyayangi kamu? Hanya teteh tidak baik sama kamu?"     

"Ustad aku ingin teteh juga menyayangiku seperti dia menyayangi kak Dona dan Aa Dean. Aku pengen dimanja dan dipeluk sama teteh. Sekali saja ustad. Aku ingin disayangi. Aku ingin diberikan kesempatan merasakan kasih sayang teteh. Aku anak bungsu, biasanya anak bungsu paling disayang dan dimanja keluarga tapi aku malah sebaliknya. Aku dibenci ustad.", Alvin menangis terisak-isak melampiaskan uneg-uneg dihatinya.     

"Menangislah Alvin. Menangis akan membuat perasaan menjadi lebih baik dan lega."     

Alvin menghapus air matanya. Malu jika ada orang yang melihatnya menangis. Alvin dan Fatih berada di alun-alun pesantren.     

"Aku akan bicara dengan teteh kamu."     

"Bagaimana ustad bicara dengan teteh?"     

"Aku akan kirimkan surat pada keluarga kamu. Lomba kreativitas akan dimulai dua hari lagi. Perlombaan apa yang kamu ikuti?"     

"Aku lomba bikin puisi dan pencak silat ustad."     

"Hebat." Fatih mengacungkan jempol.     

"Kamu jangan sedih lagi Alvin."     

"Akan aku usahakan ustad."     

"Usahakan bukan akan usaha. Kesedihan merupakan sifat alami yang dimiliki manusia Alvin. Biasanya kesedihan muncul akibat dari tidak dapat menerima keadaan, seperti kehilangan, kegagalan, kesusahan, kecewa, stres, atau patah hati. Orang yang bersedih biasanya akan menangis, akan tetapi orang yang menangis belum tentu bersedih. Jika kamu bersedih ingatlah Bahwa Allah Bersama Kita, Berdzikirlah, Istighfar, shalat sunah. Shalat merupakan bentuk komunikasi kita kepada Allah SWT. Ketika kita memiliki masalah, mengadukannya kepada Allah adalah hal yang tepat. Meski kita tidak bisa berkomunikasi kepada Allah selayaknya berkomunikasi kepada manusia, akan tetapi percayalah bahwa Allah mendengar dan melihat kita. Dia akan memberikan solusi atas permasalahan yang kita hadapi dengan caranya sendiri. Selain itu, shalat juga dapat membuat hati menjadi lebih tenang. kemudian berdoalah kepada Allah. Membaca Al Qur'an juga menjadi salah satu cara menghilangkan kesedihan. Di balik sebuah peristiwa, pasti ada hikmahnya. Berpikir positif dan ambillah hikmahnya. Dengan begitu kita akan belajar untuk memahami apa yang telah diberikan oleh Allah kepada kita meskipun itu terasa buruk. Allah Maha baik, pasti memberikan yang terbaik untuk kita. Tetap semangat dan jangan menangis Alvin."     

"Terima kasih ustad,", ucap Alvin dengan mata berkaca-kaca. Baru kali ini dia mendapatkan tempat untuk mencurahkan seluruh isi hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.