Jodoh Tak Pernah Salah

125. KEMBALI KE AWAL



125. KEMBALI KE AWAL

"Aku sekretarisnya Pak Bara. Mungkin kakak ga melihat aku tadi," ucap Tia mengulas senyum.     

"Oooh." Dila manggut-manggut mengerti.     

Tia memberikan sapu tangan pada Dila untuk menghapus air mata. Dila menerima sapu tangan Tia. Dila membasuh wajahnya di wastafel lalu mengeringkannya dengan sapu tangan pemberian Tia. Merasa dejavu ketika menghirup aroma sapu tangannya.     

"Sapu tangan kamu udah basah sama aku?" Dila enggan mengembalikannya. Wangi parfumnya mengingatkannya dengan aroma tubuh Bara. Sudah lama ia tak mencium aroma tubuh Bara.     

"Gapapa kak. Itu punya Pak Bara. Masih ada sapu tangan yang lain."     

"Kok punya Bara?" Dila kaget. Ada rasa cemburu dibalik pertanyaan. Pantas saja parfumnya sangat familiar di hidung Dila. Kerinduan kembali menyergapnya. Sungguh rindu bermanja di lengan kekar Bara.     

"Kebetulan saya sekretarisnya Pak Bara. Semua kebutuhan beliau saya yang siapkan," ucap Tia tersenyum sumringah.     

Umpannya dimakan Dila.     

"Semua keperluan?" Dila memicingkan mata. Penasaran dengan Tia. Bicaranya terlalu ceplas-ceplos dan memantik rasa penasarannya.     

"Kak mending ngobrol diluar yuk. Sambil duduk. Masa ngobrol di WC. Aku senang lo ketemu orang Indonesia di luar negeri." Tia menarik tangan Dila dari kamar mandi.     

Tia membawa Dila bicara di sebuah gazebo yang menghadap laut. Dila ikut duduk di sebelah Tia. Entah kenapa dia nurut aja diajak Tia. Rasa penasaran membuatnya pasrah ditarik Tia. Setidaknya bisa menanyakan kabar Bara selama tiga tahun ini.     

"Kok kamu SKSD banget sama aku." Dila menatap curiga sama Tia.     

"Aku orangnya emang SKSD kak." Tia mengiyakan ucapan Dila seraya menutup mulutnya. "Cepat akrab sama orang."     

"Aku lagi perjalanan bisnis sama si bos selama dua minggu. Aku, Pak Bara dan Daniel. Bete aja ngobrol sama cowok. Ketemu teman cewek kayak kakak senang deh. Enak ada teman ngobrol apalagi kita satu negara. Kita bakal lama disini. Lebih dari empat hari. Pesta sangeet ini empat berturut-turut. Tuan Irfan memang beda. Buat pesta nikahan anaknya aja diadakan selama tujuh hari tujuh malam. Aku mau cerita dikit kak. Kadang agak susah kalau kita sama bos kalau keluar kota dalam jangka waktu yang lama. Kalau mau ngobrol rasanya ada jarak. Bingung mah ngomong apa. Masih ada rasa sungkan. Apalagi bos aku orangnya dingin, tapi sekali bicara menyeramkan."     

"Bara maksud kamu?" Tia mengangguk.     

"Bara enggqk seseram yang kamu pikir. Memang sih kalau buat kerja dia itu profesional dan selalu serius, tapi sebenarnya orangnya baik. Mungkin karena kamu bawahannya, makanya dia jaga wibawa." Tanpa sadar Dila menceritakan tentang Bara pada Tia.     

Sang sekretaris hanya menyunggingkan senyum penuh misteri. Melihat reaksi Dila yang begitu bersemangat membahas Bara, jelas sekali di mata wanita itu masih ada cinta yang membara untuk sang bos. Dia begitu lepas dan begitu antusias ketika menceritakan tentang Bara. Tia bukannya sok ikut campur cuma dia hanya ingin membahagiakan Rere.     

Rere ingin kakak tirinya itu bahagia bisa bertemu lagi dengan istrinya. Rere tahu kebahagiaan Bara ada bersama Dila. Sebagai sahabat yang baik Tia akan membantu Rere menemukan Dila. Mempersatukan Bara dan Dila.     

PR banget buat Tia. Sekarang status Dila tidak sendiri lagi. Dila memiliki seseorang yang diakuinya sebagai suamimu. Tia harus berusaha keras untuk mempersatukan Dila lagi dengan Bara. Mereka harus kembali demi tiga anak kembar mereka. saat sedang asyik mengobrol dengan Dila notifikasi pesan masuk di ponsel Tia.     

Rere : Lo lagi ngobrol sama kak Dila?     

Tia : Iya nih. Gue lagi ajak ngobrol. Keliatan banget kakak ipar lo masih cinta sama abang lo sayangnya dia udah nikah lagi.     

Rere : Nikah? Rasa gue enggak deh. Jika abang gue aja yang hilang ingatan enggak mau nikah karena masih cinta sama istrinya apalagi kak Dila. Kalau pun nikah pasti demi anak aja. Triplets butuh sosok ayah.     

Tia : Kayak tahu aja lo Re.     

Rere : Lo lupa jika gue seorang ibu?     

Tia : Maafkanlah. Gue amnesia. Hahahaha. Gue ajak dulu kakak ipar lo ngobrol. Ntar malam gue VC sama lo.     

Rere : Ok.     

"Serius banget chat. Dari pacar?" Tanya Dila pada Tia.     

"Kakak tahu aja." Tia malah mengamini ucapan Dila dan senyum cengengesan.     

"Aku pernah muda dek."     

"Sekarang udah tua kak?" Ledek Tia tertawa cekikikan.     

"Anggap aja gitu."     

"Maaf nanya nih kak. Kayaknya kakak kenal deh sama Pak Bara. Apa gara-gara kakak orang Padang?"     

"Enggak kenal kok. Kalo kami saling kenal pasti sudah saling sapa dan terlihat akrab," ucap Dila menyembunyikan perasaannya. Ada rasa heran menyergapnya. Reaksi Bara seperti tak mengenalnya. Bukan tak mengenal atau Bara sudah tak ingin kenal dengannya lagi?     

"Wajar sih kak Pak Bara enggak kenal kakak. Bapak hilang ingatan. Sudah tiga tahun beliau seperti itu."     

"Apa hilang ingatan?" Dila tak bisa mengontrol perasaannya. Getir dan ngilu terasa dihatinya.     

"Kenapa Bara sampai hilang ingatan? Apa yang terjadi sama Bara?" Dila memberondong Tia dengan dua pertanyaan. Dila bahkan mencengkram lengan Tia dengan keras saking penasarannya.     

"Kakak enggak bisa bohong sama aku. Kenapa pengen tahu banget sama Pak Bara? Kakak khawatir bukan?" Tia menyunggingkan senyum evil. Melepaskan tangan Dila lengannya.     

"Jawab saja pertanyaanku. Ada apa dengan Bara? Apa yang terjadi dengan dia?" Dila hampir mengeluarkan air mata. Tubuhnya lemas mengetahui hal buruk menimpa Bara.     

"Jawab dulu siapa kakak? Kenapa ingin tahu?" Tia merasa menang karena Dila mulai kelabakan.     

Dila bingung mau jawab apa sama Tia. Jika dia tidak jujur Tia tidak akan mau bicara. Dila jadi serba salah. Tia merasa di atas angin. Benar juga kata Rere ditelpon, Dila masih cinta dan peduli sama Bara.     

'Pancing saja sedkit masalah hilang ingatan bang Bara. Pasti kak Dila bakal tanya lo.'.     

"Enggak mungkin aku ceritakan tentang bos aku sama orang asing kak. Sepertinya enggak ada lagi yang kita bicarakan lagi kak. Aku mau menari dan bernyanyi. Aku permisi dulu." Tia menundukkan kepala seperti salam penghormatan orang Korea. Dasar fangirl. Tata krama orang Korea dipraktekkan di dunia nyata.     

"Tunggu dulu." Dila mencekal tangan Tia. Dila butuh kejelasan dan tak akan membiarkan Tia pergi begitu saja. Sebelum Tia bicara Dila akan tetap menahannya.     

"Ada apa lagi kak?" Tia pura-pura kesal padahal sikap Dila yang seperti ini yang di inginkannya. Ada untungnya nonton drama setidaknya dia bisa berakting di depan Dila.     

"Kenapa Bara hilang ingatan?" Dila bertanya sekali lagi.     

Tia memicingkan mata, menghirup napas dalam dan sekejap kemudian membuangnya. Angin malam menyergap tubuhnya. Masih memperhatikan Dila yang menunggu jawaban. Dila menatapnya dengan wajah sedih dan mengiba. Tia jadi tahu betapa besar cinta Dila pada Dila. Berasumsi Dila meninggalkan Bara karena suatu alasan.     

****     

Jangan lupa baca ceritaku yang lain Doctor Couple : Pernikahan Sang Dokter Cinta.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.