116. HUKUMAN DILA ( 2 ) 21+
116. HUKUMAN DILA ( 2 ) 21+
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Jangan membohongiku. Dari awal tidak ada penolakan. Kamu menginginkannya," bisik Bara sensual.
Bulu roma Dila merinding akibat deru napas Bara. Pria itu sangat tahu titik kelemahan Dila. Terkejut dan terbelalak Bara merengkuh kepalanya dengan kedua tangan lalu kembali menyerang bibirnya dengan serangan bertubi-tubi. Dila terengah karena kehabisan napas. Ia belum siap menerima serangan Bara yang begitu mendadak. Pria itu berhasil menguasai hati dan tubuhnya. Dila tak memberontak, membiarkan pria itu mereguk kenikmatan dari tubuhnya. Ia sadar jika statusnya masih istri sah Bara. Pria itu sangat menginginkannya. Menolak pun tak punya kekuatan. Bara tidak bisa ditolak kemauannya dan pria itu bisa saja nekat memperkosanya seperti waktu itu.
Dila berusaha menikmati apa yang dilakukan Bara padanya. Melawan hanya membuat pria itu semakin beringas. Dila membutuhkan waktu untuk mengimbangi permainan Bara. Pria itu mulai menciumi lehernya, tulang selangka dan dadanya.Dila kewalahan mendapatkan serangan yang tiba-tiba.
Pria itu sudah terlalu lama menahan gejolak yang ada dalam tubuhnya. Hampir empat tahun menahan hasrat, pastinya Bara sangat lapar ingin menuntaskan dahaganya. Berduaan dengan Dila membuatnya tidak tahan. Dila terpaksa berpegangan pada lengan dan dada Bara ketika serangan pria itu semakin ganas dan panas. Pria itu menjilati tubuhnya. Menyesap aroma tubuh Dila kuat-kuat. Wangi tubuh itu sangat ia rindukan dan ia nantikan.
Ciuman mereka semakin panas dan menggelora. Mereka berpagutan lidah. Keduanya ingin merengkuh kenikmatan yang semakin lama semakin nikmat dan membuat nagih. Menginginkan lebih dan lebih. Bukan hanya sekedar dipuaskan tapi lebih dari itu.
Keduanya hampir kehabisan napas. Bara lebih dulu melepaskan pagutan bibir mereka. Napasnya naik turun karena ngos-ngosan. Terlalu terbawa nafsu hingga ia lupa jika ciuman butuh jeda. Napas mereka saling bersahutan. Dila mengambil napas dengan rakus. Dadanya sesak karena tak bisa bernapas. Ciuman Bara sangat memabukkan. Bara menatap Dila tepat di matanya. Ia tatap wajah cantik yang selalu dirindukan. Pria itu membelai pipi Bara. Dila malah memegang tangan Bara yang tengah membelai pipinya.
"Kenapa?" Tanya Bara dengan suara serak akibat gairah.
Tak ada jawaban, hanya gelengan kepala. Dila tak bisa berkata-kata. Ia malu sendiri karena ia kehilangan kontrol. Ia malah membalas ciuman Bara tak kalah ganas. Hilang sudah rasa malu dan gengsi. Ciuman selanjutnya tak kalah panas. Bara angkat tubuh Dila lalu ia baringkan dengan lembut di atas sofa. Pria itu melepaskan kancing dress Dila.
Dila mencekal tangannya dengan kuat. Netra mereka beradu. Dila melihat Bara tak ingin ditolak.
"Kamu istriku. Layani aku," lirih Bara membelai pipi Dila.
"Ja-jangan Bar." Dila kaget dan shock. Ia tahu kemana arah tujuan Bara. Pria itu pasti menginginkan bercinta.
Tak menghiraukan permintaan Dila. Bara melepaskan dress Dila secara paksa. Setelah itu Bara menubruk tubuh Dila lalu menjelajahi tubuh istrinya yang hanya mengenakan bra dan celana dalam.
Bara terpesona melihat tubuh mulus Dila. Tak ada yang berubah, masih sama seperti yang dulu. Tubuh putih, mulus, lembut bak sutra. Ia paling suka membelai paha Dila karena kulitnya sangat lembut. Tubuh Dila masih ramping. Tak ada bekas strechmark khas wanita yang sudah melahirkan. Dila seperti anak gadis. Inilah definisi mak-mak rasa gadis. Bara mengagumi Dila. Ia elus paha mulus itu. Kembali ia merengkuh kenikmatan dari bibir Dila. Ciuman itu di bumbui lenguhan Dila. Tak hanya ciuman Bara juga menjelajahi inci tiap inci tubuh istrinya.
"Jangan Bar."
"Kamu bilang jangan maka aku semakin bernafsu."
Ucapan Bara membuat Dila skakmat dan tak mampu berkata-kata. Pasrah, hanya itu yang bisa di lakukan Dila. Kembali terengah kala ciuman Bara sudah berpindah tempat. Ia bisa merasakan hisapan di leher lalu ke tulang selangka selanjutnya ke dada. Bra Dila terlepas begitu saja. Tak lupa Bara juga melepaskan celana dalam Dila. Kini tubuh wanita yang sangat ia cintai itu polos tak menggunakan apa-apa. Dila menutupi area intinya dengan telapak tangan. Bara hanya tersenyum lucu melihat sikap konyol Dila. Bagaimana pun Dila menutupinya Bara akan membukanya.
"Jangan buang-buang waktu. Jalankan kewajiban kamu," bisik Bara otoriter di telinga Bara.
"Hentikan Bar," ucap Dila terengah kala jemari Bara masuk ke dalam inti tubuhnya. Ucapan Dila terpotong karena ia terengah dan melenguh. Bara melakukannya berulang kali hingga Dila menutup mulutnya agar tak bersuara.
"Bilang jangan, tapi kamu menginginkannya." Bara mengangkat jarinya dari tubuh Dila. "Kamu menginginkan aku sayang."
Dila kembali ke gelisah kala jari jemari Bara keluar masuk dalam inti tubuhnya. Dila seperti cacing kepanasan. Melihat istrinya sudah siap. Bara melepaskan celananya sendiri tanpa memisahkan tubuhnya dari Dila.
Pria itu merunduk di antara kedua paha Dila. Menyeringai dan meregangkan paha Dila. Pria itu pun berkata pelan. Saking pelannya Dila yang sudah menggelepar dalam gairah tak mendengarnya,"Aku merindukan kamu sayang."
Dila terperanjat. Menarik napas dengan dalam dan mencoba meremas sofa namun tak bisa. Matanya terpejam, mati-matian menahan gairahnya yang dibangkitkan Bara. Ia merasakan bibir dan mulut Bara bermain-main di inti tubuhnya.
"Bara….." Dila menahan napas dan gairah kala jilatan Bara di intinya semakin geli dan nikmat. Dila tak bisa mengontrol mulutnya untuk tidak mendesah. Apa yang dilakukan Bara sangat nikmat dan membuatnya ingin lebih dan lebih.
Lidah hangat itu membelai tanpa ragu dan sungkan. Lembutnya melenakan namun bisa berubah tegang, mengejutkan dan penuh tantangan. Bibir kenyalnya menangkup dan menghisap dengan rakus. Dila semakin liar dan tak terkendali.
Dila tak tahan dengan desiran yang diciptakan Bara. Berusaha menjauh namun Bara tak setuju. Pria itu menahan pinggang Dila agar tidak bisa menjauh. Bara malah menenggelamkan wajahnya di inti tubuh Dila. Semakin tak karuan saja Dila dikuasai nafsu dan gairah. Darah Dila berdesir. Nikmatnya lebih nikmat dari apa yang ia rasakan tadi. Bara kembali menyongsong kenikmatan demi kenikmatan bersama. Kehangatan menjalar di tubuh DIla, pening rasanya mendapat hukuman dari Bara. Pria itu menghukumnya bukan dengan pukulan namun menghukumnya dengan kenikmatan. Ia tak bisa menghindar dari Bara. Pergerakannya terkunci. Nafsu menguasai akalnya.
"Udah Bara." Dila berusaha menggapai Bara dengan sisa-sisa kesadarannya.
Bara menarik wajahnya. Pria itu tersenyum evil melihat Dila sudah awut-awutan. Rambutnya sudah acak-acakan dan keringat membasahi tubuh polos wanita itu. Bara bangga dengan hasil karya. Berhasil membuat wanita itu bertekuk lutut padanya. Berhasil membuat wanita itu mendesah nikmat. Dila menarik napas kuat-kuat. Ia kehabisan napas karena perbuatan Bara.
Bara kembali membuat Dila kalang kabut ketika jari jemarinya tenggelam dalam inti tubuh Dila. Wajahnya memerah dan tubuh bergejolak. Sungguh pemandangan yang sangat indah dan membuatnya bergairah. Bibir Dila mendesah sangat seksi, apalagi mendesahkan namanya.