Bab 80, Dimulainya Mimpi Buruk
Bab 80, Dimulainya Mimpi Buruk
"Siapa sangka cerita yang berasal dari Twitter bisa menjadi film horror terlaris di negeri Indonesia," kata Elizabeth.
"Aku baru tahu kau suka film horror, Eliz," kata Kanselir Leopold menatap wajah Istri pertamanya.
"Kebanyakan perempuan suka film horror," balas Elizabeth. "Bukankah kau juga suka cerita-cerita horror. Di mana kau mengoleksi seluruh karya H.P. Lovecraft dan Edgar Allan Poe."
"Aku lebih suka membaca sambil membayangkan apa yang sedang aku baca. Ada sensasi tersendiri ketika kita membaca sebuah cerita, sambil membayangkannya. Di mana kita merasa menjadi bagian dari cerita tersebut," kata Kanselir Leopold. Lelaki berusia empat puluh lima tahun itu secara bergantian mencium bibir kedua istrinya. "Apa tidak masalah wizard sepertimu menonton film horror, Simone?" tanya Kanselir Leopold kepada Istri keduanya.
"Aku juga suka film horror, selain film-film bergenre fantasi, sihir, dan supranatural seperti Harry Potter dan sejenisnya," balas Simone. "Terlebih jika kita menontonnya beramai-ramai," lanjutnya dengan suara pelan.
"Bagaimana setelah selesai menonton film ini kita bermain? Mengingat tadi kalian telah berbuat curang dengan tidak mengajakku," kata Kanselir Leopold sambil kedua tangannya meremas-remas gunung kembar milik kedua istrinya.
"Boleh, mengingat adegan dalam film tersebut sedang menampilkan adegan yang panas," kata Simone tersenyum lebar. "Aku sering menonton film porno dengan almarhum pasangan lesbianku, agar kami bisa bercinta dengan baik."
"Padahal tidak perlu menonton film lagi. Langsung bermain dan biarkan kita menikmati seiring berjalannya kegiatan bercinta," balas Elizabeth dengan wajahnya yang memerah.
Kanselir Leopold, dan Simone tertawa setelah mendengar kalimat yang barusan dilontarkan oleh Elizabeth. Elizabeth pun ikut tertawa beberapa detik kemudian.
Kanselir Leopold mulai melucuti pakaian tidur Elizabeth, "Jadi kita langsung bermain saja. Mumpung saat ini dunia adalah milik kita bertiga."
Sementara Simone melepaskan pakaian tidurnya dan melucuti pakaian tidur Suaminya.
"Baiklah, kuharap kau tidak kelelahan," balas Elizabeth tertawa pelan.
Kanselir Leopold langsung mencium bibir istri pertamanya, dan menindih tubuhnya. Elizabeth meremas-remas dada bagian kanan Simone. Setelah mencium Elizabeth, Kanselir Leopold mencium bibir istri keduanya yang berdiri di samping kirinya, sambil melakukan aksi dorong keluar-masuk pada area kewanitaan Elizabeth.
Elizabeth menggit bibir bawahnya agar tidak terasa perih, walaupun sebenarnya dia menikmatinya.
Setelah Kanselir Leopold dan Simone selesai berciuman. Kini giliran Simone mencium bibir Elizabeth, sedangkan Kanselir Leopold meremas-remas gunung kembar istri keduanya dan menciumi lehernya sambil melakukan aksi dorong keluar-masuk pada area kewanitaan Elizabeth.
Cairan putih kental penuh rasa cinta membasahi area kewanitaan Elizabaeth.
Setelah bercinta dengan Elizabeth, kini Kanselir Leopold bercinta dengan Simone. Elizabeth bertukar posisi, dengan duduk di belakang Simone sambil meremas-remas dadanya. Kanselir Leopold menahan sepasang kaki Simone, dan segera melakukan aksi keluar-masuk bersama dengan istri keduanya.
Simone meringis kesakitan ketika Kanselir Leopold memasukkan kejantanannya ke dalam area kewanitaannya. Kanselir Leopold segera mencium bibir istri keduanya agar dia tidak meringis kesakitan. Sementara itu, Elizabeth sambil meremas-remas gunung kembarnya Simone, dia menciumi, dan menjilati leher serta telinganya.
"Aku sangat suka bermain dengan Perempuan berdada besar seperti dirimu, Simone. Bahkan aku harus mendatanginya secara pribadi agar bisa bermain dengan Pekerja Seks langgananku. Walaupun aku pernah mendekam di Penjara karena kasus pemerkosaan, di mana Pekerja Seks yang merupakan langgananku menolak untuk bermain dan aku terpaksa memperkosanya."
Setelah mencium Simone, Kanselir Leopold segera mencium Elizabeth, di mana dia semakin keras dalam bermain keluar-masuk bersama Simone.
Simone berteriak cukup keras, namun dia menikmati rasa perih bermain keluar-masuk bersama suaminya. Kanselir Leopold berhenti bercinta dengan Simone dan dari kejantanannya keluar cairan putih kental yang membasahi wajah Simone dan juga Elizabeth.
"Woah, kau keluar banyak. Sepertinya kau lebih ganas jika bermain bersama dengan Simone," kata Elizabeth yang terlihat takjub.
Kedua tangan Kanselir Leopold memegang kepala istri keduanya dan memaksanya untuk mengulum kejantanannya. Elizabeth berpindah posisi di belakang uaminya. Dia memasukkan jarinya ke area kewanitaan Simone dan menggerayangi dengan keras sehingga keluar cairan bening yang cukup banyak. Setelah itu, Elizabeth menjilati area kewanitaan Simone dengan penuh hasrat.
Setelah selesai bermain dengan Simone. Kedua tangan Kanselir Leopold memegang kepala istri pertamanya dan memaksanya untuk mengulum kejantanannya. Elizabeth terlihat sangat menikmati dalam mengulum kejantanan suaminya. Sementara Simone terbatuk-batuk dengan wajahnya yang memerah setelah mengulum kejantanan suaminya.
Simone mengambil segelas vodka dan meminumnya. Setelah itu Simone menghampiri kedua orang yang dia cintai, di mana tangan kanannya meraba-raba area kewanitaan Elizabeth sehingga keluar cairan bening. Setelah itu, Simone menjilati area kewanitaan Elizabeth, sambil tangan kanannya meremas-remas dada bagian kirinya, dan tangan kirinya meraba-raba area kewanitaanya sendiri.
Setelah bercinta selama satu jam di malam musim gugur yang dingin. Kanselir Leopold membawa tubuh kedua istrinya yang telanjang bulat ke atas kasur dan menutupnya dengan selimut. Elizabeth dan Simone tertidur dengan pulas setelah kegiatan cinta tersebut. Sementara Kanselir Leopold tidur di samping Elizabeth sambil memeluknya dari belakang.
.
.
Elizabeth terbangun dari tidurnya ketika air asin menyapu wajah cantiknya.
"Asin," katanya terbangun dari tidurnya.
Mata biru Elizabeth menatap sekelilingnya, di mana hamparan laut yang luas, dengan langit malam yang gelap gulita. Elizabeth terlihat heran bahwa dirinya ada di atas sebuah perahu dayung yang berada di tengah lautan yang cukup luas.
"Di mana aku ini?" ekspresi wajah Elizabeth terlihat panik dan gelisah.
Dalam rasa takut yang menghantui dirinya. Elizabeth segera mendayung perahunya sekuat tenaga. "Aku harus segera menepi ke daratan. Semakin aku mendayung, semoga semakin dekat dengan daratan. Terasa begitu menakutkan berada di tengah lautan yang sepi dan gelap."
Secara tiba-tiba Elizabeth terlihat begitu terkejut ketika dia secara mendadak bertemu dengan sosok monster ikan raksasa yang menghampiri pikirannya. Di mana monster ikan raksasa itu terlihat menatapnya dengan tajam.
Ombak yang besar membalik perahu tersebut, sehingga Elizabeth tenggelam. Elizabeth yang dilanda rasa takut tidak bisa berbuat apa-apa sehingga membuatnya tenggelam dan digulung oleh ombak yang kuat.
Elizabeth kembali terbangun dari tidurnya. Dia terbatuk-batuk,dan mencoba berdiri sambil memegang kepalanya yang sakit.
"Di mana lagi ini? Ini seperti di Afrika Selatan, kah?"
Elizabeth menatap sekelilingnya, di mana hanya sebuah pantai berlumpur yang dipenuhi dengan bangkai berbagai macam jenis binatang laut yang terlihat sangat menyeramkan. Elizabeth berjalan sempoyongan sambil menutupi hidungnya, untuk menahan bau bangkai yang luar biasa busuk. Dia juga mengalami muntah-muntah karena jijik akan suasana yang sedang dia alami saat ini.
"Simone, Leo. Di mana kalian?"
Elizabeth yang berjalan dengan tatapan lurus, langsung terjatuh, dan tubuhnya berguling-guling. Tubuhnya berguling-guling layaknya bola yang jatuh menggelinding. Tubuh Elizabeth menabrak sebuah batu karang, sehingga berhenti menggelinding.
Dia memegangi dada bagian kanannya yang mengalami patah tulang. Rasa sakit tersebut terasa menyakitkan, walaupun usianya belum terlalu tua. Elizabeth terlihat begitu takjub akan sebuah monolith raksasa dengan motif-motif berbentuk aneh yang terukir di sana.
Monolith tersebut memancarkan cahaya temaram berwarna kehijauan, yang terletak di sebuah teluk. Mata birunya melihat lebih jelas berbagai macam motif yang terukir pada monolith tersebut, di mana terukir cthulhu, dinosaurus, elder thing, kraken, Dewa Poseidon, Dewa Njord, dan berbagai macam jenis hewan-hewan purba.
Dagon muncul secara tiba-tiba dari tepian teluk, sehingga membuat Elizabeth jatuh terkaget dibuatnya. Dagon langsung memeluk monolith yang bercahaya temaram berwarna hijau.
Monster berbentuk Ikan Raksasa tersebut persis seperti yang dia lihat dalam mimpinya. Memiliki tubuh yang besar layaknya Godzilla, serta sirip bagian depannya yang besar dengan cakar-cakarnya yang panjang dan besar.
Dagon menatap Elizabeth yang terlihat sangat ketakutan, dengan menampilkan gigi-gigi taringnya yang sangat tajam dan berukuran besar.
Elizabeth berteriak sekencang-kencangnya ketika dagon tersebut bergerak menghampirinya.
Elizabeth segera terbangun dari mimpi buruknya dengan teriakannya yang begitu memekakan telinga. "Leo, Simone!!!!" teriaknya menyebut nama dari dua orang yang dia sayangi dan dia cintai.
Di samping Elizabeth, Kanselir Leopold telah bangun dengan ekspresi wajahnya yang terlihat gusar. Sementara Simone terlihat sangat tenang sambil mengenakan celana jeans pendek dan kaos lengan panjang berwarna biru gelap.
"Sepertinya kalian berdua habis mengalami mimpi buruk," kata Simone menatap kedua orang yang dia cintai dan dia sayangi.
"Bisa dikatakan begitu," balas Kanselir Leopold dengan suara datar.
"Memang kau mimpi apa, Leo?" tanya Elizabeth dengan ekspresi wajah yang terlihat khawatir.
"Mungkin efek dari film horror yang barusan kita tonton tadi malam," jawab Leopold.
"Padahal menurutku KKN Di Desa Penari itu tidak begitu horror. Mengingat masih banyak film horror daripada film tersebut," balas Elizabeth.
"Daripada kalian berbicara yang tidak-tidak. Lebih baik kalian mandi lalu sarapan. Aku sudah membuatkan berbagai macam menu sarapan untuk kalian dan aku harap kalian menyukainya," kata Simone yang berjalan pergi meninggalkan mereka berdua.
Setelah selesai mandi dan sarapan. Kanselir Leopold menjelaskan bahwa dirinya mengalami mimpi buruk. Begitupula dengan Elizabeth.
Leopold bercerita:
Kanselir Leopold tengah berdiri di bagian depan Kapal Battleship Van Heiden sambil membaca buku yang berjudul, "The Call Of Cthulhu" karya H. P. Lovecraft. Kapal Battleship Van Heiden yang dikawal Kapal Frigate Nassau-Dietz dan Kapal Corvette Molukken tengah mengarungi Samudra Pasifik Selatan untuk melakukan sebuah misi penjelajahan di ujung selatan Planet Bumi. Ketiga kapal tersebut tengah terlibat baku tembak dengan puluhan kapal berbendera hitam dengan lingakaran merah darah di tengahnya yang di dalam lingkaran merah darah tersebut tergambar logo seperti gurita.
Rudal-rudal dari ketiga Kapal Angkatan Laut Belanda, menghujani seluruh kapal-kapal berbendera aneh yang ditumpangi oleh orang-orang berdarah campuran Europa-Melanesia.
Ketiga kapal tersebut berhasil menghancurkan seluruh kapal-kapal berbendera aneh tersebut, di mana ratusan jasad dari para Pelaut musuh berdarah campuran mengapung di lautan, dan darah mereka mengotori lautan sehingga membuat air laut di sekitarnya menjadi merah.
"Letnan Jenderal Leopold terlihat tenang meskipun kita sedang berperang. Sepertinya Letnan Jenderal Leopold suka sekali membaca buku-buku karya H.P. Lovecraft," kata seorang lelaki berbadan kekar dan ramping dengan tinggi sekitar seratus tujuh puluh centimeter yang mengenakan seragam pelaut berwarna putih. Lelaki tersebut bertampang kalem, dan mengenakan kacamata, dengan rambutnya yang berwarna cokelat muda model cepak, dan bermata biru gelap. Dia adalah seorang pelaut muda yang bernama Louwrens Morrenhof.
"Horror yang dia tulis berbeda dengan horror pada umumnya. Dia memadukan fiksi ilmiah, misteri, dan fantasi yang ganjil. Sebuah rasa takut akan sosok di luar sana yang jauh lebih kuat, dan besar, dengan entitas-entitas kuno berkekuatan laksana para Dewa dan Dewi," balas Kanselir Leopold. "Sepertinya kau menyukadi cerita horror, Louwrens."
"Yah, kebetulan pekerjaan sampinganku adalah menerjemahkan novel-novel ke Bahasa Flemish. Selain itu, saat ini orang-orang dari komunitas Flemish sangat menyukai novel-novel horror. Jadi aku memanfaatkan keahlianku untuk menerjemahkan beberapa novel horror populer ke dalam Bahasa Flemish," balas Louwrens.
"Kau benar-benar Marinir yang kreatif, dan berwawasan," puji Leopold kepada bawahannya.
Seorang Marinir Perempuan berseragam putih menghampiri Leopold, dan memberikan hormat. "Lapor, Letnan Jenderal Leopold. Di depan, kami melihat sebuah pulau dengan bentuk yang aneh. Di mana terdapat berbagai macam Gedung yang menjulang tinggi ke langit, serta pilar-pilar raksasa juga berbagai Patung Cthulhu dari berbagai ukuran."
Leopold mengambil teleskopnya dan melihat ke arah tenggara. "Kau benar, Valeria Glockenton. Aku kira R'lyeh hanyalah kota fiksi yang ada di buku-buku karya H.P. Lovecraft. Namun juga ada di dunia nyata. Walaupun R'lyeh terlihat cukup menyeramkan. Namun ada sejuta misteri yang membuatku penasaran, dan ingin menjelajahi Kota yang dipenuhi dengan sejuta misteri."
Ketiga Kapal Perang Angakatan Laut Belanda singgah di tepi pantai yang berkabut, dan ratusan Pelaut bersenjata lengkap keluar dari ketiga kapal tersebut. Mereka berpencar dalam beberapa pleton untuk menjelajahi R'lyeh yang dipenuhi dengan sejuta misteri.
Leopold memimpin sebuah pleton dan berjalan lurus ke depan melewati jalan setapak yang kanan dan kirinya dihiasi oleh beberapa monolith berbentuk aneh yang memancarkan cahaya temaram berwarna hijau, dan juga batu-batu yang terukir sesosok monster berkepala gurita, berbadan manusia, dan memiliki sayap layaknya naga, juga patung cthulhu yang memiliki bentuk yang bervariasi, mulai dari patung yang berukuran kecil hingga berukuran besar.
Pleton yang dipimpin langsung oleh Kanselir Leopold tiba di sebuah istana raksasa berbentuk aneh dengan gerbang yang berukuran maha besar. Di gerbang tersebut terukir motif kepala gurita, seperti bendera dari kelompok berdarah campuran yang habis mereka lawan dalam perjalanan sebelum tiba di Kota R'lyeh.
Orang-orang melihat takjub akan istana raksasa di hadapan mereka. "Sepertinya bajak laut yang kita perangi barusan masih memiliki keterkaitan dengan R'lyeh," kata salah seorang Marinir bernama Moritz Seelmann.
"Bisa jadi," balas Leopold yang masih diam memandangi dengan takjub istana raksasa yang ada di hadapannya.
Moritz Seelmann berjalan menuju ke arah gerbang yang berukuran maha besar dan menyentuhnya. Gerbang tersebut memancarkan cahaya berwarna merah darah setelah disentuh oleh Moritz Seelmann. Gerbang itu terbuka secara perlahan dan menampilkan sebuah kegelapan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Moritz Seelmann berjalan menuju ke dalam kegelapan, hingga akhirnya dia terjatuh ke dalam jurang yang gelap. Teriakan Moritz Seelmann membuat yang lainnya berusaha mendekati kegelapan tersebut. Namun mereka semua terkejut ketika mendengarkan sebuah geraman yang sangat menyeramkan. Geraman tersebut terdengar lebih menyeramkan daripada suara seribu iblis. Dari dalam kegelapan, keluar banyak tentakel yang langsung menusuk tubuh para Marinir. Leopold segera menghindar ketika tentakel-tentakel tersebut mengarah kepadanya.
Dari dalam kegelapan, cyang agung telah bangun dari tidur panjangnya yang lama. Beberapa Marinir terlihat takjub akan kebesarannya, sementara Leopold segera memerintahkan kepada seluruh Marinir untuk kembali ke kapal mereka masing-masing.
Cthulhu berjalan mengejar para Marinir yang berlarian dan menginjak mereka. Sayap-sayapnya dia kepakkan dan dari langit yang berawan gelap keluarlah petir-petir yang mengerikan dan langsung menyambar beberapa pleton Marinir yang tersebar di seluruh penjuru R'lyeh.
Ketiga kapal perang yang berada di tepai panti menembakkan rudal-rudal mereka untuk melumpuhkan cthulhu yang mengejar rekan-rekan mereka. Cthulhu berteriak dengan teriakannya yang memekakan telinga, dan mengepakkan sayap-sayapnya. Sehingga muncul sebuah ombak yang besar, yang disertai dengan tornado yang menggulung kapal-kapal perang Belanda yang berteknologi canggih.
Para Marinir Belanda hanya bisa diam mematung ketika ketiga kapal perang mereka yang berteknologi canggih digulung oleh kekuatan yang begitu mengerikan. Cthulhu menatap Leopold dan para Marinir yang ketakutan.
Para Marinir langsung tewas, termasuk Leopold dengan perut mereka yang tertembus oleh tentakel-tentakel dari cthulhu yang agung.
Kanselir Leopold langsung terbangun dengan keadaan yang gusar setelah mengalami mimpi buruk yang mirip dengan cerita karya H.P. Lovecraft yang berjudul, "The Call Of Cthulhu."
"Itu adalah mimpi buruk yang aku alami semalam barusan. Bagaimana dengan kalian berdua?" tanya Kanselir Leopold kepada kedua Istrinya sambil memegang kepalanya.
"Kalau dalam mimpi burukku. Aku bertemu dengan dagon yang muncul dari teluk, di mana dagon langsung memeluk monolith bercahaya temaram berwarna hijau," jawab Elizabeth yang terlihat ketakutan sambil melipat tangan di dadanya.
"Aku tidak mengalami mimpi sama sekali. Mengingat aku jarang bermimpi dalam setiap tidurku," balas Simone dengan santainya. Dia meminum secangkir kopi hitam panas yang ada di mejanya. "Tetapi tadi malam aku merasakan sebuah kekuatan jahat yang besar dari arah hutan. Namun, kekuatan itu jauh lebih mengerikan daripada para witch yang pernah aku temui."