Swords Of Resistance: Endless War

Bab 6, Serangan Werewolf Di Malam Hari



Bab 6, Serangan Werewolf Di Malam Hari

Sekitar sembilan belas unit Tank dari arah utara bergerak menuju ke arah Kota Konigstein. Diantara puluhan Tank tersebut, tiga diantaranya merupakan Tank T-90MS dari Prussia.     

Ketiga Tank T-90MS tersebut berpencar, dimana Tank sayap kanan yang dikomandoi oleh Frederick Ludwig Viktor Constantine Maximilian von Hohenzollern-Orange-Nassau bergerak ke arah barat, sedangkan Tank yang sayap kiri yang dikomandoi oleh Sergey Friedrich Ludwig von Schleswig-Holstein-Gottorp bergerak ke arah selatan, sedangkan Tank T-90MS yang berwarna hitam oleh Fredericka Louise Reginleif Athena Leonne von Hohenzollern-Orange-Nassau bergerak ke arah timur.     

Sebuah misil ATGM meluncur dari atas sebuah gedung menuju ke arah Tank T-90MS yang dikomandoi oleh Maximilian, namun misil tersebut justru seperti menjadi bumerang ketika menghantam operatornya yang berada di atas, setelah Maximilian menggunakan kekuatannya yang bisa mengendalikan api, udara, listrik dan panas sehingga misil tersebut menjadi bumerang bagi operatornya.     

"Kamerad Maximilian memang hebat," puji supir Tank bernama Franz Roman.     

"Ini hanya keberuntungan dari kita, dan lakukan yang terbaik," kata Lelaki berambut gelap tersebut. Sebuah tembakan dari arah jam satu hampir saja mengenai turet Tank T-90MS yang dikomandoi oleh Maximilian.     

"Tembak Tank Leopard 2 yang berada pada posisi arah jam tujuh," perintah Maximilian pada Krzysztof Sobczak dan tembakannya mengenai turet Tank Leopard 2 yang berwarna hijau.     

Sementara itu Tank T-90MS yang dikomandoi oleh Sergey von Gottorp bergerak maju menerobos hujan peluru yang ditembakkan oleh Tentara Czechskia dan Prajurit Bayaran Afrika.     

"Tembak," perintah Sergey von Gottorp. Tembakan dari Tank T-90MS yang dia komandoi menghancurkan pertahanan musuh. Dari balik sebuah gedung diantara pertahanan musuh, muncul sebuah Golem setinggi lima belas meter.     

Tank T-90MS segera berhenti dan segera mundur dengan cepat.     

"Ada sebuah Golem muncul di hadapan kami," kata Sergey.     

"Kalau begitu, tembak kedua kakinya dan kepalanya," kata Athena, "kelemahan Golem ada di kedua kakinya, ketika dia jatuh tembaklah kepalanya."     

"Tembak kaki kanannyanya, Joachim, dan aku akan menembak kaki kirinya," perintah Sergey.     

"Baik," balas Joachim Alfred. Dia mengarahkan turet Tank tersebut ke arah kaki kanan Golem yang bergerak ke arahnya dan menembaknya.     

Golem itu kehilangan keseimbangan, Sergey keluar dari turet Tanknya dan menembakkan granat lontar ke arah kaki kirinya. Granat berdaya ledak tinggi itu menghancurkan kaki kirinya dan membuatnya terjatuh ke belakang.     

"Bagaimana, kamerad? Aku tak bisa menghancurkan kepalanya," tanya Joachim.     

"Jangan khawatir," balas Sergey menenangkan. "Kalian lindungilah aku, aku akan menetralisir Golem dengan kekuatanku."     

"Baik," kata Joachim Alfred dan Clauss Schmidt yang merupakan kru dari Tank T-90MS yang dikomandoi oleh Sergey von Gottorp.     

Sergey berlari dengan cepat ke arah Golem yang jatuh tersebut, sambil menghindari tembakan dari para Sniper musuh dan menembaki beberapa musuhnya dengan kedua pistol yang dia bawa.     

Sergey menghampiri tubuh Golem tersebut dan memilok sebuah tulisan yang ditulis dalam Bahasa Yiddish. Sergey menulis beberapa kata dalam Bahasa Yiddish yang artinya, "Kematian, Kosong, Kehampaan."     

Setelah selesai menuliskan kalimat dalam Bahasa Yiddish, tubuh Golem tersebut segera berubah menjadi debu.     

"Berhasil," kata Sergey.     

Seorang Sniper yang ingin menembak Sergey, terjatuh dari atas sebuah gedung dengan tubuhnya yang terbakar.     

"Kau berhutang nyawa padaku, Sergey," kata Maximilian.     

"Terima kasih, akan aku balas, Maximilian."     

Maximilian hanya tersenyum mendengar perkataan Sergey, "Kira-kira apa yang sedang dilakukan Tuan Putri?"     

Athena hanya tersenyum mendengarkan ocehan dari adik sepupunya tersebut, walaupun Maximilian tujuh bulan lebih tua darinya, tapi Ayahnya Maximilian adalah adik sepupu dari Ayahnya Athena yang menjabat sebagai Stadtholder Prussia.     

"Patricia, ada tiga unit Tank M1 Abrams di seberang sana. Kita akan mengeksekusi mereka satu per satu," kata Athena pada supir Tanknya.     

"Baik," kata Patricia de Jong, seorang Perempuan yang merupakan blasteran Hollande-Maluku.     

"Michelle Joasia, jangan mau kalah dengan mereka berdua. Kau adalah penyerang yang baik," kata Athena pada kru tembaknya.     

"Siap, komandan," kata Perempuan berambut pendek sebahu berwarna coklat tersebut.     

Tank tersebut bergerak maju diikuti dengan Tank M1 Abrams milik Czechskia.     

"Maximilian dan Sergey. Jangan ikut campur urusanku, mengerti!"     

"OK," jawab mereka berdua yang tengah menyerang musuh.     

Ketiga Tank M1 Abrams tersebut menembaki Tank T-90MS yang dikomandoi oleh Athena.     

Joasia perlahan membalikkan turetnya ke belakang, Tank T-90MS itu berbelok ke kiri dan langsung menembak Tank musuh di seberangnya. Tembakan yang ditembakkan oleh Joasia menghancurkan Tank M1 Abrams musuh.     

Tank T-90MS lalu berbelok dan berhenti. Kedua Tank M1 Abrams berpencar mengikuti Tank Prussia tersebut dan mereka berencana akan menghancurkan Tank yang dikomandoi oleh Athena dari depan dan belakang.     

Ketika salah satu Tank M1 Abrams berbelok ke arah kanan, Tank tersebut langsung hancur setelah ditembak oleh Tank T-90MS yang bersembunyi di samping sebuah rumah.     

"Kerja bagus, Joasia," puji Athena mengelus punggung Joasia.     

Athena keluar dari dalam Tanknya. Dia mengambil toanya dan memberikan peringatan kepada musuhnya, "Menyerahlah dan kembalilah kalian ke Suddetenland."     

"Kami menolak! Lebih baik kami mati sebagai Prajurit daripada mati sebagai sampah!" tegas seorang Lelaki.     

"Baiklah, kalau begitu," kata Athena dengan nada dingin. "Familiaris Minervarias."     

Sementara itu Tank berisikan empat Orang tersebut bergerak maju menuju ke arah bunyi tembakan yang berasal dari arah selatan.     

"Sepertinya itu suara Athena, anak dari Stadtholder Prussia," kata Komandan Tank, Miklas Augusta.     

"Bagaimana kalau kita memperkosanya secara bergiliran," kata seorang Loader Tank tersebut.     

"Ide bagus," timpal Miklas.     

Tiba-tiba terdengar ada banyak suara Burung Hantu, sehingga membuat Tank tersebut berhenti secara mendadak.     

"Kenapa berhenti, Tas?" tanya Miklas dengan sedikit kesal.     

"Apakah kalian mendengarnya?"     

Miklas memukul pundak Tas, "Jangan pedulikan."     

Secara tiba-tiba muncul puluhan roh berbentuk Burung Hantu dengan bentuk yang menyeramkan di dalam Tank tersebut. Ekspresi wajah keempat kru Tank tersebut tampak pucat, dan keringat dingin keluar dari wajah mereka.     

"Selamat tinggal dunia," kata Miklas.     

Puluhan familir berbentuk Burung Hantu yang menyeramkan tersebut menyerang mereka berempat dan mencabik-cabik tubuhnya hingga habis dan mengoyaknya hingga hanya menyisakan tulang-belulang serta organ tubuh dan darah yang berceceran.     

.     

.     

Seribu dua ratus Tentara Galicia-Saxony memasuki Kota Koniegstad setelah tujuh jam pertempuran. Beberapa Penduduk Kota yang disandera oleh musuh keluar dari rumah mereka dan menyambut para Pahlawan hidup dengan penuh suka cita dan menyampaikan berbagai macam kalimat pujian.     

Langit malam yang gelap dihiasi oleh puluhan rudal Katyusha yang ditembakkan ke arah wilayah Czechskia. Rudal-rudal tersebut menyala dan membakar langit lalu menghancurkan beberapa titik musuh di kawasan Suddetenland.     

Serangan Katyusha adalah salah satu serangan mematikan Galicia untuk menghancurkan kekuatan militer dan mental musuh secara efektif.     

"Setiap inchi dari Saxony akan dibebaskan," kata Athena yang tengah meregangkan tubuhnya.     

"Aku tak menyangka kau sebrutal itu, Athena," kata Maximilian yang berjalan menghampirinya.     

"Familiaris tersebut bertindak layaknya binatang liar, aku hanya memanggilnya dan memberikan perintah," ujar Athena. "Kau terlihat sangat tegang, Maximilian," kata Athena menatap Maximilian.     

"Benarkah," jawab Maximilian menyiram wajahnya dengan air hangat.     

"Aku kira Orang sok keren seperti dirimu selalu tenang," kata Athena tersenyum mengejek adik sepupunya, di mana Maximilian menatapnya dengan tatapan yang dingin dan tajam. "Jangan menatapku seperti itu, Prince von Orange. Kau akan kehilangan aura ketampananmu," sindirnya.     

"Kau sudah membunuh berapa Orang, Athena? Aku sudah membunuh kurang lebih ada seratus Orang dengan bantuan dua temanku."     

"Aku tak menghitungnya, karena kita bukanlah Gimli dan Legolas. Meskipun kau menganggapku sebagai rival."     

"Sudah, lupakan. Maafkan aku, saudaraku jika ada yang salah dengan perkataanku barusan," kata Maximilian mengulurkan tangannya kepada Athena.     

"Aku juga minta maaf, Maximilian." Athena dan Maximilian berjabat tangan dan saling memaafkan.     

Bagi rekan-rekannya dan juga Klan Hohenzollern-Orange-Nassau, rivalitas antara Maximilian dan Athena adalah warisan dari Ayah mereka berdua. Dimana Ayah dari Maximilian, yaitu Letnan Jenderal Alexander Friedrich Wilhelm Viktor Nikolaus von Hohenzollern-Orange-Nassau merupakan saudara sepupu, rival sekaligus sahabat dari Ayah Athena yang sekarang menjabat sebagai Stadtholder kelima Prussia.     

"Mereka itu, selalu saja begitu." Sergey von Gottorp mengomentari kedua Orang dari Klan Hohenzollern-Orange-Nassau yang selalu bertengkar.     

Bersama dengan para penduduk Kota, puluhan sukarelawan dari Prussia, para Tentara Galicia saling berbagi makanan, minuman dan rokok yang mereka miliki. Suasana begitu hangat di antara mereka, meskipun dinginnya malam saat ini menusuk tulang.     

"Apakah kalian pernah mendengar sebuah proyek bernama Ostrogoth Werewolf?" tanya Athena kepada Sergey dan Maximilian.     

"Proyek sihir yang dikembangkan dan diawasi oleh Pemerintah Ostrogoth di wilayah mereka yang berbatasan dengan Hungaria. Mereka mengembangkan sebuah obat, dimana obat yang disuntikkan pada Manusia akan merubahnya menjadi seorang Werewolf jika dia terpengaruh oleh bunyi dalam frekuensi ultrasonik," jawab Maximilian.     

"Apakah ini ada kaitannya dengan Golem yang aku lawan barusan?" tanya Sergey.     

"Tidak," jawab Athena. "Golem yang barusan kau hancurkan dikendalikan dengan sebuah mantra sihir yang tertulis dan Golem tersebut tak ada kaitannya dengan proyek Ostrogoth Werewolf."     

Dari dalam puluhan Truk militer Czechskia, ratusan tahanan dikeluarkan dengan mata mereka yang tertutup, mulut yang ditutup dengan lakban hitam besar serta tangan dan kakinya yang terikat. Mereka dikeluarkan dengan cara dibanting ke tanah.     

Setelah mengeluarkan seluruh tahanan, puluhan Truk militer tersebut meninggalkan mereka yang tergeletak di tanah dengan keadaan yang menyedihkan. Ketika puluhan Truk militer tersebut sudah berada dalam jarak dua kilometer dari tempat tersebut. Sebuah Drone yang memancarkan gelombang ultrasonik terbang di atas mereka.     

Tubuh ratusan Orang tersebut bereaksi akan gelombang ultrasonik yang dipancarkan oleh Drone tersebut. Tubuh mereka menggeliat dan perlahan mereka semua berubah menjadi segerombolan Werewolf atau Manusia Serigala yang buas dan liar.     

Longlongan Serigala terdengar begitu jelas ditambah suasana malam ini terasa begitu mengerikan. Ratusan Werewolf tersebut berlari dengan cepat ke arah Kota Konigstein.     

"Apakah kalian mendengar suara Serigala, mengingat mayoritas Serigala ditemukan di wilayah Pegunungan Zittau?" tanya Maximilian.     

"Semuanya, bersiaplah dalam posisi tempur. Ratusan Werewolf akan menyerbu kita dalam waktu lima menit," kata Athena.     

Maximilian dan Sergey menembakkan AK-47 ke atas untuk memberi tanda bahwa serangan musuh dalam skala yang mengerikan akan segera tiba.     

"Semua, bersiaplah untuk menahan gelombang Werewolf! Cepat! Cepat!" kata Maximilian.     

Seluruh Tentara Galicia dan sukarelawan dari Prussia bersiap dalam posisi mereka, sedangkan Athena, Maximilian, dan Sergey bersiap dengan Pedang dan Pistol yang mereka bawa. Para penduduk Kota yang habis dibebaskan bersembunyi di dalam rumah mereka dan mengunci rapat-rapat pintu rumah mereka juga menutup tirai dan cerobong asapnya.     

"Kalian berdua, bertahanlah di dalam Tank dan tembak mereka!" perintah Athena, Maximilian, dan Sergey secara bersamaan pada kru Tank mereka.     

"Baik."     

Ratusan Werewolf berlari, kedatangan mereka layaknya sebuah banjir yang datang dari atas bukit yang menerjang area rendah di bawahnya. Mata mereka yang menyeramkan dan penuh akan kejahatan memancarkan cahaya berwarna kuning terang seperti sinar rembulan.     

Werewolf tersebut terlihat dari jarak satu kilometer.     

Para Tentara telah bersiap untuk menembak sambil menunggu perintah.     

"Tembak!"     

Beberapa Tank Prussia dan Galicia yang masih tersisa dan Tank Leopards 2 dan Tank M1 Abrams yang mereka rampas tersebut menembakkan peluru ke arah gerombolan Werewolf dan menghancurkan tubuh mereka. Puluhan mortar dan peluru yang ditembakkan membunuh sebagian di antara mereka.     

Gerombolan Werewolf tersebut terus maju tanpa mempedulikan hujan peluru, dan mortar dari Tentara Galicia.     

Gerombolan Werewolf menerkam mereka. Para Werewolf tersebut mencakar dan menggigit leher para Manusia yang mereka lihat.     

Athena, Maximilian dan Sergey menebas gerombolan Werewolf. Pedang mereka menebas tubuh para Monster berwujud Manusia setengah Serigala tersebut.     

"Matilah, keparat!" teriak Sergey yang menusuk Kepala seekor Werewolf dengan Pedangnya.     

Mereka bertarung dengan sengit melawan para Werewolf yang datang seperti tsunami yang menyapu bersih pinggiran pantai. Peluru yang mereka tembakkan menembus tubuh para Werewolf, begitu pula dengan Werewolf yang mencakar perut, menggigit leher dan mencabik-cabik tubuh para Tentara Galicia dan sukarelawan dari Prussia.     

Selain mahir dalam bela diri tangan kosong, Athena sangat mahir dalam menggunakan Pedang. Kedua Pedang yang Athena genggam membelah tubuh para Werewolf yang dia lawan. Sedangkan Maximilian, dia menembakkan kekuatan berlemen listriknya dari ujung jari telunjuk tangan kanannya dan serangannya menghancurkan tubuh beberapa Werewolf.     

"Kau sudah membunuh berapa Werewolf, Athena?" tanya Maximilian yang tengah menusukkan Pedangnya pada kepala seorang Werewolf yang terjatuh di depannya. "Kalau aku sudah membunuh lima puluh empat."     

"Aku tak menghitungnya, dan sudah aku tegaskan bahwa kita bukanlah Legolas dan Gimli!" tegas Athena pada saudara sepupunya.     

Maximilian mencabut Pedangnya dan membelah seekor Werewolf yang akan menerkamnya. Lelaki berbadan tinggi tersebut menjentikkan jarinya, sehingga keluarlah sebuah sambaran api berwarna biru yang segera menyambar dan membakar beberapa Werewolf.     

Athena tersenyum melihat kekuatan alchemist yang dipamerkan oleh Maximilian. Dia mengalirkan kekuatannya pada kedua Pedangnya, sehingga Pedangnya terbakar oleh api yang berwarna hitam. Athena membakar para Werewolf tersebut sehingga mereka semua berubah menjadi abu.     

Seekor Werewolf hampir saja menerkam Sergey, namun Monster itu terjatuh ketika kepalanya ditembak oleh seorang Sniper.     

"Terima kasih sudah menyelamatkanku," kata Sergey mengacungkan jempolnya pada seorang Sniper yang ada di atas sebuah rumah.     

Sergey mengambil senapan AK-47 dari mayat rekan seperjuangannya, dan dia memberondong beberapa Werewolf yang tersisa.     

Pertempuran Kota Konigstein di malam hari sangatlah sengit, dimana dari seribu dua ratus Tentara Galicia dan sukarelawan dari Prussia, hanya tersisa seratus delapan puluh delapan dalam menahan serbuan empat ratus tiga belas Werewolf.     

Sergey terjatuh di antara tumpukan mayat Werewolf yang telah dia bunuh. Dia menutup matanya, dan berkata dengan penuh rasa syukur, "Syukurlah, aku masih hidup."     

Sedangkan Maximilian dan Athena masih berdiri di antara lautan mayat Werewolf yang terbakar dan Tentara Galicia yang tubuhnya hancur.     

"Suka atau tidak suka, bahwa kita telah membunuh warga sipil yang tak bersalah," kata Athena dengan nada dingin. "Aku merasakan jiwa-jiwa terpenjara dalam wujud Werewolf," ungkapnya dengan penuh rasa bersalah.     

"Suka atau tidak suka kita hanya memiliki dua pilihan, yaitu membunuh atau dibunuh karena ini adalah medan peperangan bukan Free Fire, Arknights apalagi Mobile Legends," balas Maximilian.     

"Aku rasa kali ini kau menang, Maximilian," kata Athena. Dia mengulurkan tangannya kepada Maximilian, dan berkata, "Selamat atas kemenganmu."     

Maximilian menjabat tangan saudaranya, "Ini bukanlah kemenanganku, namun kemenangan kita semua di Kota Konigstein."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.