cinta dalam jas putih

Lawan Tangguh



Lawan Tangguh

Nita tersenyum memandangi wajah penuh kasih sayang seorang ibu, dulu ketika dia merasa tidak memiliki seorang ibu istri dari pamannya tersebut menjadi pengganti terbaik.     

Dia mengerti mengapa bibinya itu berkata padanya agar selalu menyayangi axel.     

"Terima kasih bibi sudah memberikan ilmu terbaik padaku " nita memeluk bibinya itu dari arah belakang.     

"Jadi jangan lagi marah jika dulu aku selalu cerewet padamu agar bisa melakukan semua pekerjaan rumah "     

Nita tertawa kecil, dia selalu teringat ketika bibinya itu selalu memarahinya ketika tidak dapat melakukan pekerjaan rumah dia selalu mengadu pada nenek.     

Semua membuatnya merindukan masa lalu dimana dia masih anak-anak bersama ayah dan nenek yang walaupun hidup mereka berada dalam kesusahan tetap selalu bersyukur dan bahagia.     

Setelah mendapat kejutan dari suaminya kemarin, hari ini nita kembali pada pekerjaannya.     

"Ada surat undangan dari keperawatan, bu " filla pagi ini mendapati nita yang baru saja sampai di ruangannya, "dikatakan juga ini adalah undangan semua kepala ruangan "     

Nita berpikir sejenak, dia sedang memikirkan ketidak percayaannya pada setiap cara yang dilakukan orang tersebut agar nita mau bertemu dan bicara dengannya.     

"Apa dia mengatakan pukul berapa aku harus menemuinya? " pertanyaan nita kali ini terdengar menantang.     

Filla tersenyum kecil, "pukul dua belas siang nanti "     

"Baiklah, terima kasih " nita tersenyum dan melanjutkan kembali pekerjaannya.     

Filla berjalan kecil keluar dari ruangannya, senyuman sinis yang terselubung muncul. Dia sedang sangat senang hari ini, karena berharap akan ada perubahan di tempatnya bekerja kali ini. Perubahan yang disukainya, karena dia sangat membenci suasana ketika orang-orang tidak mempercayainya dan menganggapnya biasa-biasa saja. Dia sangat membenci tawa yang muncul dari persahabatan mereka yang terjalin baik, dia hanya berpikir bahwa semua orang harus merasa senang ketika berada disampingnya apapun caranya.     

Nita melihat ke arah jarum jam di tangannya yang sudah menunjukan pukul dua belas sianh. Dia segera menyudahi laporan yang tengah dibuatnya, dan bersiap untuk menemui seseorang yang sudah berkali-kali menghubunginya dan memaksanya untuk bertemu.     

Dia segera beranjak dan melangkahkan kakinya dengan mantap untuk bertemu dengannya, dia tidak boleh terlihat lemah karena itu akan sangat disukainya. Sambil memikirkan cara yang harus dia lakukan agar tetap tenang dan tidak terpancing emosi oleh semua perkataannya nanti.     

"Masuklah "      

Nita teraneh ketika melihat seno sudah berdiri di depan pintu kantornya untuk menyambut nita, dia sedang berpikir siapa yang telah memberitahukannya bahwa dia akan datang kali ini.     

"Tidak perlu sungkan masuk saja " dia dengan sikap ramah membukakan pintu untuk nita.     

"Duduklah "      

Nita mengikuti semua perkataannya dan terduduk di tepat di hadapannya.     

"Akhirnya kamu membuat keputusan yang terbaik " ucapnya.     

Dahi nita berkerut, "keputusan tentang apa? "     

Lalu sebuah tawa muncul dari wajah seno, "aku tahu kamu sangat mencintai pekerjaan dan kedudukanmu saat ini "      

"Sebuah kedudukan bergengsi di tempat yang menjadi sorotan banyak orang " sambung seno, "dan lagi profesi kalian sedang banyak dibicarakan, dari prestasi, kehidupan pribadi sampai dengan skandal! "     

"Dia benar-benar tidak nyambung! " cetus nita dalam hatinya, dia hanya sedang menyimak semua perkataannya. Akan nita tunggu sampai sejauh mana dia mengoceh yang tanpa memiliki arti bermakna sedikitpun.     

"Pimpinan sedang memikirkan hal perubahan besar pada semua pekerja " ucapnya, "dan kali ini akan ada sebuah mutasi besar-besaran, kamu pasti tahu orang yang bertugas untuk mengatur mutasi itu adalah pihak keperawatan dan saya yang menjadi penanggung jawabnya "     

"Itu bagus jika direktur ingin membuat perubahan untuk perbaikan berkelanjutan " nita menanggapi ucapannya dengan sangat tenang.     

"Kamu pikirkan saja dulu, jangan terburu-buru ketika membaca itu " dia lalu memberikan nita selembar kertas yang telah berisikan sebuah kata-kata dan terdapat namanya di dalam kertas tersebut.     

Nita membacanya dengan hati-hati dan sangat teliti.     

"Aku tahu kamu sangat mencintai posisimu sekarang ini " ucapnya, "dan aku bisa merubahnya jika kamu mau, tapi tentu saja dengan satu kesepakatan "     

Seketika nita berhenti membaca, dia tidak memandangi laki-laki itu. Sepertinya seno telah mengambil kesempatan dari keputusan direktur yang mengandalkannya.     

"Aku tidak akan berbasa-basi, terus terang saja aku sangat mengagumi wanita cantik dan pintar sepertimu " ucapnya, "wanita yang penuh dengan cita-cita untuk mendapatkan posisi yang bisa diakui semua orang "     

"Dokter yoga itu dokter yang menjadi favorit semua pasien kita, dan dia akan sangat sibuk dengan pasien-pasiennya " dia lalu mulai berbicara ke arah inti dari maksud pemanggilannya, "aku akan menjamin dia tidak akan mengetahuinya, dan aku juga akan menjamin bahwa mutasimu akan ditangguhkan "     

Nita menarik nafasnya dalam-dalam dan memandangi wajah laki-laki yang sedari tadi membual dihadapannya.     

"Pak seno, saya memang sangat mencintai pekerjaan saya sekarang ini. Sampai saya rela mengorbankan sebagian waktu saya disana " ucap nita, "mencintai bukan berarti membuat saya gila dan berpikiran pendek, apapun yang mereka pikirkan tentang posisi yang saya dapatkan saat ini saya sama sekali tidak mempermasalahkannya. Tapi jika sudah menyangkut dengan hal pribadi saya sepertinya harus meminta maaf terlebih dulu pada bapak... "     

Nita beranjak dari duduknya seraya memegang kertas yang dibacanya, "jika memang direktur menginginkan saya untuk mutasi ke sebuah ruangan itu bukan masalah besar bagi saya, karena dengan senang hati saya akan menerimanya. Saya lebih baik menghadapi masalah beradaptasi dengan orang baru, daripada tetap pada posisi sekarang tapi bermain dengan hal yang memalukan "     

Nita tersenyum penuh dengan keramahan, "sebelumnya saya ucapkan terima kasih karena bapak sudah mengkhawatirkan kedudukan saya, tapi saya tidak boleh menyulitkan bapak jadi lakukan saja apa yang sudah diputuskan oleh direktur "     

"Sepertinya pembicaraan kita sudah selesai, saya pamit sekarang karena masih ada pekerjaan yang harus saya lakukan "     

Nita menundukan kepalanya sekilas sebagai bentuk dia menghormati atasannya itu walaupun dia telah merendahkan nita dengan semua perkataannya. Tapi nita tidak akan memasukannya dalam hati secara serius, dia hanya menulis dalam pikirannya untuk lebih berhati-hati berhubungan dengan orang terhormat seperti seno.     

"Kamu seharusnya sadar kalau kamu sedang di uji oleh tuhan dengan kedudukan sekarang ini! " cetus nita seraya meremas kertas yang di pegangnya, dia telah berada di luar ruang keperawatan.     

"Kalau kamu selalu mempermainkan wanita seperti ini, kamu hanya akan tinggal menunggu kehancuranmu saja! "      

Dengan penuh kekesalan dia melemparkan gulungan kertas yang dia pegang tadi dengan rencana membuangnya ketempat sampah yang tepat berada jauh dari posisinya.      

Dia hanya sedang kesal sehingga dia begitu ingin melempar kertas tersebut.     

Tapi sepertinya secara kebetulan seseorang lewat dihadapannya dan terkena lemparan kertasnya.     

"Ya ampun " menyadari lemparannya mengenai seseorang nita menghampirinya, rasanya dia ingin mempunyai kekuatan menghilang saat ini ketika orang tersebut adalah aditya.     

"Pak adit maaf saya benar-benar tidak sengaja " nita memasang wajah ketakutannya di hadapan aditya.     

Tentu saja laki-laki itu tidak akan memarahinya, karena senyumannya terlihat seraya memungut kertas yang nita lemparkan.     

"Tidak apa-apa, bidan kanita sepertinya sedang mencoba terobosan baru membuang sampah dalam jarak jauh "     

Tawa nita muncul dengan wajah kakunya, dia hanya harus membuat alasan bagus untuk dapat segera pergi dari atasannya itu. Dia hanya sedang ingin menghindarinya saat ini karena rasa malunya.     

"Maaf saya harus kembali ke ruangan pak, untuk menyelesaikan laporan bulan ini "     

Aditya tersenyum, "silahkan "     

Nita tersenyum lega ketika aditya membebaskannya, dengan segera dia melangkahkan kakinya menjauhi aditya.     

Di belakang nita, aditya tampak bertanya-tanya ketika nita keluar dari kantor keperawatan dan melemparkan kertas yang di pungutnya. Diapun lalu membuka kertas yang telah kusut, akan tetapi tulisan di dalamnya masih terlihat jelas oleh aditya. Kerutan di dahinya terlihat ketika masih membaca semua tulisannya dan lalu memandang ke arah pintu kantor keperawatan dengan waktu yang cukup lama.     

Yoga menutupi mulutnya dengan satu tangannya untuk menyembunyikan tawanya, malam ini istrinya itu telah menceritakan kejadian yang membuat nita kesal bercampur malu.     

"Jangan menertawakan aku! " rengek nita yang terbaring di sampingnya.     

"Kamu juga kenapa harus membuang sampah sembarangan seperti itu " yoga menanggapi cerita nita, "ketika kamu cerita itu di awal aku mendengarkan dengan serius lalu tiba-tiba kamu selalu menyelipkan kejadian lucu di akhirnya, dan itu membuatku tertawa "     

"Aku malu sekali mengingatnya! " nita mengerucutkan bibirnya.     

Yoga melihat kekesalan di wajah nita karena kejadian yang diceritakannya tadi siang, dia lalu membawa nita dalam pelukannya dan menenangkannya. Pelukannya itu seolah-olah mengatakan bahwa dia akan berada di samping nita untuk melindunginya.     

"Jadi, dia sudah mulai membawa istriku dan mengancamnya " ucap yoga dalam hatinya, "aku tidak akan berdiam diri saja sekarang "     

Dia merasa kali ini tindakannya sudah berada di luar batas, dan dengan terpaksa dia harus membuka hal yang selama ini dia sembunyikan...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.