cinta dalam jas putih

Pertarungan



Pertarungan

"Tuhan " ucap nita dalam hati, "aku tahu tidak ada satupun orang yang bisa menyombongkan diri karena kamu lebih hebat siapapun... "     

Tangannya menyisir rambut-rambutnya, dia berkata seraya memandangi dirinya di cermin pagi ini. Dia tidak pernah lupa selalu menyebut tuhannya ketika sedang bercermin sekalipun.     

"Aku hanya akan meminta pertolongan padamu " dan diapun kembali mengucapkan doanya, "dimana pun aku bekerja, lindungilah aku dan semoga apa yang aku lakukan bermanfaat untuk semua orang di sekitarku! "     

Dia membayangkan dihadapannya nanti berdiri orang-orang baru yang sebagian besar adalah bidan pelaksana, mereka masuk ketika semua angkatan nita mendapatkan jabatan baru.     

Dia menarik nafasnya dalam-dalam, "dan aku pastikan bapak tua yang selalu mengusikku itu menjadi bapak yang semestinya, tidak lagi melakukan hal yang merugikan orang! "      

Semua ucapan-ucapan dalam hatinya muncul bertubi-tubi, itulah dia ketika merasakan gugup menghadapi sesuatu. Mulutnya tidak berhenti bergumam, pikiran tidak sedikitpun tenang pergi kesana kemari. Walaupun di wajahnya masih terlihat tenang seolah dia tidak sedang memikirkan apapun sekarang ini.     

Dan yoga, diapun masih tetap menjadi orang pertama nita acuhkan pagi ini. Dia sepertinya sedang tidak ingin berbaik hati pada suaminya yang sebenarnya sangat merasa bersalah padanya.     

"Ini sudah hampir dua belas jam dia marah padaku.. " ucap yoga dalam hatinya, dia sesekali mencuri pandang ke arah nita yang terlihat duduk tenang disampingnya di dalam mobil.      

Sepuluh jam pertama kemarahannya yang membuat yoga seperti tidak memiliki teman hidup yang selalu membuatnya ceria, yang menemani harinya dengan tawa dan kata-katanya yang seperti seorang guru yang selalu mengajarkannya hal baru tentang kehidupan.     

"Dan... " nita bicara pelan ketika sampai di ruangan barunya, mendapati keempat staf barunya yang sudah berkumpul di ruangannya.     

"Aku sama sekali tidak mengenal mereka! " cetusnya dalam hati.     

Senyuman muncul begitu sangat dipaksakan, melihat mereka menyambut nita dengan senyuman.     

"Selamat pagi " sapa nita, "sepertinya saya harus berkenalan terlebih duly dengan kalian "     

Senyuman dan tarikan nafas dalam-dalam dilakukan  nita sebelum dia kembali berucap.     

"Nama saya kanita, tapi kalian panggil saja nita. Saya harap mulai hari ini kita bisa menjalin kerjasama tim dengan baik "      

Kedua matanya silih berganti memandangi keempat rekan barunya itu.     

"Saya juga masih harus banyak belajar disini, jadi kita jangan ragu untuk menegur saya jika melakukan kesalahan " dia melanjutkan ucapannya.     

Dia lalu menoleh ke arah rekan di samping kirinya, dia jelas terlihat memiliki penampilan tomboi walaupun dalam balutan seragamnya. Nita sendiri kebingungan darimana dia dapat menebaknya, hanya dengan melihat sikap berdirinya serta rambutnya yang sangat pendek serta parfum yang tercium maskulin di hidung nita.     

"Siapa namamu? " tanya nita.     

"Saya Liana, bu. Tapi saya selalu dipanggil lian disini "     

Nita tersenyum dengan anggukan kepalanya, memori pikirannya sedang mulai menyimpan data-data baru.     

"Dan selanjutnya " nita menatap ke arah wanita disamping lian, wajahnya cantik dengan polesan make up natural yang sering dilihatnya di sebuah chanel kecantikan. pipinya yang merah merona, mata dengan kontak lensa berwarna abu membuat matanya terlihat bulat lipstik ombre di bibirnya sepertinya tidak pernah luntur.     

"Gisya, bu "      

"Saya elma, bu "     

Nita tersenyum ke arah rekannya bernama elma, dia sama seperti dirinya sedang mengandung.     

"Berapa minggu kehamilanmu? " tanya nita pada elma.     

"Ini sudah tiga puluh satu minggu "     

"Kehamilan pertama? " tanya nita kembali.     

Elma tersenyum tipis, "ini kehamilan saya yang kedua "     

"Baiklah, jaga kesehatanmu walaupun harus bekerja "     

"Terima kasih, bu "     

Nita tersenyum ke arah dinar yang dia kenal, dia orang yang selalu bidan sani bawa ketika rapat apapun. Tentu saja nita berpikir dia adalah orang yang dipercaya bidan sani di ruang bersalin.     

"Aku boleh minta nama-nama semua staf yang tidak ada hari ini? " nita melihat ke arah dinar.     

"Tentu saja, bu " ucapnya, "saya beritahukan hari ini adalah shift bidan elma, dia yang menjadi penanggung jawabnya. Karena dia lebih senior dari kedua rekannya lian dan gisya "     

"Baiklah, saya mengerti " ucap nita, dia harus mengakhiri sesi perkenalannya hari ini karena sepertinya masih ada banyak pekerjaan hari ini.     

"Kalian lanjutkan pekerjaannya, sementara saya menunggu dokter andien dan membaca program kerja yang sudah dijalankan oleh bidan sani kemarin "     

"Baik "     

Dalam hitungan detik semua rekan kerjanya meninggalkan ruangan nita, dan kali ini dia sendirian dengan tumpukan buku-buku di atas meja kerjanya.     

"Pekerjaanku hari ini... " tentu saja nita hanya bisa berteriak dan menangis dalam hatinya.     

Dia merasa jika hanya terus bergumam tidak akan pernah menyelesaikan pekerjaannya, maka dengan segera dia memulai tugas laporan pertamanya yang begitu bertumpuk satu persatu.     

Nita menghentikan laporannya ketika mendengar suara ketukan di pintu kantornya, dan menyambut dokter andien dengan senyuman. Ada yang aneh dari senyuman yang terlihat di wajah dokter andien olehnya, dia seperti menjadi seseorang yang tidak ramah.     

"Selamat bekerja di tempat baru " ucap dokter andien pada nita, dan setelah raut wajahnya yang aneh kini dia menyilangkan kedua tangannya.     

Perasaan aneh nita mulai muncul dengan sikap pimpinannya itu kali ini, tetapi nita mencoba membuang semuanya dan bersikap seperti biasanya.     

"Terima kasih dokter, saya masih perlu belajar dari dokter juga "     

"Kenapa masih harus belajar.. " ucap dokter andien dengan nada datar, "kamu itu kan sudah terbaik dan terpilih, itu karena terlihat dengan jelas kalau kamu itu berbeda "     

Nita mencoba mencerna dengan baik setiap ungkapan yang disebutkan dokter andien padanya.     

Dia tersenyum tipis, "kita hanya harus bersadar diri saja dokter, bahwa yang terbaik pun belum tentu tidak pernah melakukan kesalahan. "     

Kali ini senyuman terlihat dari wajah dokter andien, "kamu benar, yang terbaik pun pasti pernah melakukan kesalahan. Dan, saya hanya ingin mengingatkan saja pada bidan kanita bahwa untuk bisa merubah ruangan ini lebih baik tidak bisa dilakukan hanya dengan melihat laporan itu, lalu duduk manis di kursi kebanggaanmu! "     

Nita terdiam dengan kedua matanya yang lekat menatapi dokter andien, dia tengah mengomentari pekerjaan pertama yang dilakukan oleh nita saat ini.     

"Saya tidak mengerti dokter, apa maksudnya dari ucapan dokter tadi.. "     

Tawa tanpa suara pun terlihat padanya, "saya pikir kamu cepat tanggap dan cerdas seperti yang orang katakan, tapi ternyata sama saja. Memang terlihat jelas mana yang benar-benar pintar dan mana yang dibantu oleh kedudukan seseorang! "     

Nita mengernyit, dan mengumpat dalam hatinya. "dan sekarang dia mulai menyebalkan seperti kakaknya itu, kalau aku sedang tidak hamil sekarang ini pasti sudah aku cakar-cakar! "     

Dia lalu mengusap lembut perutnya setelah memaki dalam hatinya.     

"Kamu lihat sekarang ke ruang tindakan, apakah kamu tidak memikirkan hal yang penting tentang staf mu. Dia sedang hamil besar, kamu tega membiarkan dia melakukan hecting perineum pada pasien yang baru saja saya lakukan vakum ekstraksi? "     

"Dokter sudah vakum.. " suara nita pelan, dia sama sekali tidak mengetahuinya karena tidak ada siapapun yang memberitahunya. Dan tentang elma pun dia mengetahuinya saat dokter andien memberitahukan padanya.     

"Ini yang saya katakan, bahwa perubahan tidak akan bisa dilakukan kalau hanya dengan duduk di kursimu! "     

"Iya, dokter saya mengerti " ucap nita, "saya minta maaf jika hari pertama saya bekerja dimulai dengan kesalahan, dan saya ucapkan terima kasih dokter sudah mengingatkan saya "     

Nita berdiri berhadapan dengan dokter andien, dan tersenyum kecil.     

"Terima kasih dokter sudah mau membantu saya hari ini, kebaikan dokter akan selalu saya ingat "     

Dan ucapan yang sengaja nita lontarkan untuk membuat dokter andien terdiam itupun berhasil, wanita itu memperlihatkan ketidak percayaannya pada nita yang setelah dia sudutkan tidak sedikitpun memperlihatkan ketakutannya.     

"Dia orang aneh! " cetus dokter andien dalam hatinya, dia memperhatikan langkah nita yang keluar dari ruang kerjanya tanpa beban sedikitpun.     

"Dia itu memang sudah kebal dengan sindiran, atau dia tidak punya rasa takut? " lagi-lagi dokter andien berkata pada dirinya sendiri, setelah susah payah dia membuat skenario paling antagonis untuk menyerang nita menjadi seperti sebuah iklan berdurasi pendek bagi nita. Dan semuanya terlihat menjadi sia-sia bagi dokter andien.     

Nita masuk ke dalam ruang tindakan dan melihat elma yang tengah melakukan tindakan seperti yang dokter andien sebutkan tadi.     

"Dimana rekan kerjamu yang lain? " nita bertanya pada elma ketika dia sudah berdiri di samping elma.     

"Ada, bu " jawaban elma tanpa menoleh sedikitpun ke arah nita karena harus fokus pada pekerjaannya.     

"Ruptur perineum grade berapa? " tanya nita kembali.     

"Dua " sesekali elma menyeka keringat yang muncul di keningnya, dengan tangan yang bersarung tangan penuh dengan darah.     

"Apa kedua rekanmu tidak bisa melakukannya? "      

"Kalau dokter yang melakukan vakum harus penanggung jawab shift yang menjadi asistennya, bu. Dokter andien maunya seperti itu "     

Nita menganggukan kepalanya, "itu artinya kedua rekanmu sudah dapat melakukan hecting pada grade dua, tetapi karena ini tindakan vakum jadi harus kamu yang melakukannya.. "     

"Iya, tidak apa-apa bu. Karena jika tidak oleh penanggung jawab dokter andien pasti marah besar "     

"Dia menyindirku tadi, dan ternyata ini semua peraturan dia sendiri yang membuatnya! " nita menjadi geram.     

"Apa dia secara tidak langsung mengibarkan bendera pertarungan, yang semuanya di dasari karena dia tidak bisa menikah dengan dokter yoga! "     

Nita menarik nafasnya, "ternyata menikah dengan laki-laki seperti itu benar-benar rumit, membuat yang tersakiti tidak dengan mudah melepaskan! "     

"Setelah selesai, katakan pada kedua rekan kerjamu dan dinar untuk kumpul di ruanganku "     

Elma menghentikan sejenak pekerjaannya dan menoleh ke arah nita, dia tidak dapat melihat ekspresi wajah elma karena tertutup masker wajah.     

Dia memberikan jawaban pada nita dengan anggukan kepalanya.     

Nita berbalik dan mulai memikirkan permasalahan pertama yang ditemuinya, dia merasa tidak memiliki hati karena harus membiarkan elma menyelesaikan pekerjaannya.      

Ada hal yang harus dia luruskan terlebih dahulu tentang peraturan yang disebutkan elma tadi, dan semua itu harus dia tanyakan dengan baik kepada stafnya karena dia adalah orang baru ditempatnya sekarang. Dan dia tidak dapat mengubah begitu saja peraturan yang menurutnya tidak sesuai...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.