Perhatian Pada Magha
Perhatian Pada Magha
"Pemeriksaan dalam, vulva vagina tidak ada kelainan, portio tebal lunak, pembukaan dua centi, ketuban negatif, kepalanya masih station minus satu " dia kembali mengatakan pemeriksaan lanjutannya pada nayya.
Pasien itu tersenyum ke arah nita, "bidan baru disini? "
Nita tersenyum lebar, "wah, ibu hebat sekali bisa menebak "
Dia bicara sambil kembali merapikan pasien yang baru saja di periksanya.
"Ini kehamilan saya yang ketiga " jawabnya, "setiap melahirkan saya selalu datang ke rumah sakit ini, tapi baru melihat bidan... "
Dia terlihat membaca kartu identitas yang berada di seragam nita, "bidan,,, "
"Bidan nita, bu " dia memberitahukannya sambil tersenyum ke arah pasiennya itu.
"Bidan sudah menikah? " dia bertanya pada nita yang sedang merapikan alat-alat yang tadi dipakainya untuk melakukan pemeriksaan.
Nayya yang sedari tadi berada di tengah-tengah mereka tersenyum.
"Kenapa, bu? " dia juga yang mewakili nita bertanya.
"Saya punya adik, usianya pasti sama dengan bidan nita " jawabnya, "menurut saya wajah adik saya itu tampan, dan dia sudah bekerja "
"Pengusaha cafe juga " sambungnya.
"Ayo bidan nita, siapa tahu cocok " nayya menyikut tangan nita yang sedari tadi hanya menanggapinya dengan senyuman.
Nita membulatkan kedua matanya ke arah nayya dengan menahan tawanya.
Hal seperti ini sudah biasa mereka alami ketika pasien yang merasa pelayanan yang di berikan sangat baik, pasien-pasien itu lebih sering mengakrabkan diri dengan menjodohkan keluarga mereka sendiri dengan petugas yang mereka anggap memang paling baik.
"Nah, itu orang yang lagi diomongin datang! " ucap pasien itu pada nita pagi ini menunjuk ke arah pintu ruang ponek.
Nayya dan nita saling memandang dengan wajah yang terkejut, mereka berbalik dan mendapati sosok laki-laki keren bertubuh tinggi dengan kaos hitam yang dipakainya berjalan menghampiri pasien yang sudah berpindah ke sebuah blankar siap untuk dipindahkan ke ruang bersalin.
"Keren gila! " nayya menyikut nita yang sepertinya pun sama sepertinya yang berdecak kagum melihat sosok keren itu.
"Bidan nita, nanti saya kenalkan darvhi adik saya " pasien itu berucap sebelum dia dibawa untuk pindah ruangan.
Nita memperlihatkan senyumannya yang terlihat begitu dipaksakannya, dan wajahnya seketika memerah ketika laki-laki yang akan dikenalkan padanya itu memandangi nita memperlihatkan senyumannya.
"Cie, menang banyak! " lagi-lagi nayya menggodanya.
"Apa yang menang banyak " ucap nita mencoba menenangkan dirinya yang masih merasa malu mendapatkan tatapan dari lelaki keren tadi.
Seketika dia mengusap wajah dan perutnya, "amit-amit! "
Nayya tertawa melihat sikap nita, "kenapa? kan lumayan dapat yang keren! "
"Masih keren suamiku " nita menanggapi ucapan nayya.
Lagi-lagi tawa nayya muncul, "iya tahu yang punya suami big bos! "
"Hati-hati nita, jangan kasih celah karena sekarang ini lagi musim cowo yang incer istri orang! " nayya menakutinya.
Nita tertawa kecil dengan gelengan kepalanya sambil mencuci tangannya.
"Hei, fren! " zhemi muncul dengan langkahnya yang tergesa-gesa.
"Ada apa? " tanya nayya kebingungan dengan zhemi yang sepertinya terburu-buru itu.
"Magha keserempet motor di sebrang jalan sana! " cetus zhemi.
Nayya dan nita terkejut mendengar pemberitahuan zhemi tentang magha.
"Karena semua triase instalasi gawat darurat penuh, dokter edwin minta pak satpam bawa magha ke ruang ini! "
Belum kering ucapan zhemi, ada dua orang satpam yang mendorong sebuah blankar yang terbaring sosok magha menangis karena kesakitan. Dan nita melihat ada banyak darah di kaki magha yang tidak terlalu jelas karena terhalangi oleh sosok dokter edwin yang sedang di pegangi tangannya oleh magha sekarang ini.
"Nayya kamu panggil perawat " dokter edwin memberikan perintah, "zhe bilang dokter jaga, kalau magha di ruang ponek "
"Baik dokter " keduanya menjawab dengan kompak.
Nita berdiri di belakang mereka melihat magha yang meringis kesakitan, dan tentu saja kedua matanya terfokus pada pegangan tangan magha yang begitu kuat pada satu tangan kokonya sekarang ini.
Dia berjalan mendekat ke arah dokter edwin dan berdiri di sampingnya dengan matanya yang menyipit dibarengi bibirnya yang mengerucut.
Dokter edwin memberikan tanggapan dengan kerutan di dahinya dan kedua bola matanya yang tertuju pada pegangan tangan magha yang kuat sekali.
"Koko memangnya tidak ada pekerjaan lain sampai harus mengurusi stafnya seperti ini! " gerutu nita pelan dengan wajahnya yang mulai terlihat cemberut dan mata yang seperti penari kecak begilir ke arah samping dan ke atas.
Kedua tangan nita mulai memegang tangan magha yang mencengkram kuat tangan suaminya sekarang.
kesepuluh jarinya mencoba melepaskan pegangan magha satu persatu di tangan dokter edwin kali ini.
"Kamu pegang saja tanganku ya,,, " ucap nita setelah berhasil melepaskan pegangan magha di tangan dokter edwin dan menggantikannya.
Dia menoleh ke arah dokter edwin dengan satu ujung bibirnya yang naik ke atas, nita menggeser posisi dokter edwin jauh dari magha yang sedang kesakitan.
Dokter edwin tertegun melihat tindakan nita kali ini, dia ingin sekali tertawa tetapi itu pasti akan membuatnya menyakiti perasaan magha yang sedang kesakitan.
"Apa lagi? " nita berbisik ke arah kokonya itu dengan kedua alis yang naik dan matanya yang membulat.
"Oke,,, " dokter edwin mengangkat kedua tangannya dan anggukkan di kepalanya seraya mundur sedikit-sedikit menjauh dari tempat tidur magha.
Dan ketika dokter jaga serta perawat datang, lagi-lagi dia mendapat instruksi dari istrinya itu dengan kedua matanya yang memerintahkan dia untuk kembali melakukan pekerjaannya.
"Iya " ucap dokter edwin pelan dan perlahan-lahan langkahnya mundur dari ruangan ponek untuk kembali ke tempatnya bekerja.
"Aww! " teriak magha ketika perawat mulai membersihkan luka di kaki kirinya.
Dengan sengaja mencengkram kuat di tangan nita sampai membuat sebuah bekas yang memerah karena dia sudah membuat kesempatan satu-satunya hilang.
Beruntung magha adalah bidan, kesepuluh kukunya tidak ada yang panjang seperti pasien-pasien nita.
"Kamu model bukan? " nita bertanya pada magha.
Dalam kesakitannya magha menoleh ke arah nita, "kenapa memangnya? "
Dia tahu pasti nita mengagumi kaki jenjangnya yang sama seperti para model. Tubuhnya sangat sempurna dan banyak laki-laki yang mengaguminya.
"Sayang sekali " ucap nita, "lukanya besar sekali! "
Dia menyipitkan kedua matanya dengan wajahnya yang polos, "dan seperti itu harus dilakukan hecting "
"Pasti hectingnya banyak sekali, sudah gitu pakai benang silk yang besar "
Nita lalu menarik nafasnya, "pasti itu akan menimbulkan bekas yang sangat terlihat jelas "
"Seperti barisan rel kereta api " sambung nita puas.
Dia langsung membalas magha yang dengan sengaja mendekati dokter edwin ketika mendapatkan musibah.
"Nita!! " cetus magha semakin kesal karena nita malah menakutinya sekarang ini.
"Kemana dokter edwin? " tanyanya.
"Diakan dokter obgyn jadi wilayah kerjanya bukan disini, sudah ada dokter jaga disini " jawab nita, "kamu tenang saja, saya istrinya dokter edwin "
"Saya akan temani kamu sampai tindakannya selesai, sebagai istri yang baik semua staf dokter edwin itu adalah sahabat saya " sambung nita.
"Kamu mau menyombongkan diri sekarang " nada bicara terdengar sekali bahwa sekarang ini kesal sekali dengan nita.
Nita masih memasang wajah polosnya, "saya sedih sekali kamu mengatakan itu, padahal saya berusaha menjadi sahabat yang baik "
Nita lalu melihat dokter jaga dan perawat yang sudah bersiap untuk melakukan tindakan hecting luka di kaki magha.
"Kamu tahan ya " ucap nita pelan pada magha, "sakit sedikit "
"Kalau sakitnya besar kamu teriak saja "
"Nita!! " geramnya, perkataan nita itu justru semakin membuatnya ketakutan.
"Kamu sengaja kan mau membuat aku ketakutan karena dokter edwin memperhatikanku! "
"Berhenti bicara, nanti tenagamu habis " saran nita seraya mengusapkan satu tangannya di pundak magha yang mulai di suntikkan lidocain untuk menghilangkan rasa sakitnya ketika dokter melakukan penjahitan pada luka di kakinya.
Dia menunggu magha sampai dia selesai dilakukan tindakan oleh dokter jaga dan perawat dari ruang IGD. Lebih baik seperti itu daripada dia memberikan kesempatan pada magha untuk mencoba mencari perhatian dokter edwin sekarang ini.
'Magha sudah pindah ke ruangan puspa, dan semua obatnya sudah di masukan. Laporan selesai ' nita mengirimkan sebuah pesan singkat pada dokter edwin untuk memberitahukan bahwa staf kesayangannya itu sudah dijaganya dengan baik dan selamat tanpa kekurangan apapun.
'Baiklah, terima kasih '
Tidak lama kemudian pesan balasan masuk di ponsel nita.
Dia tersenyum dengan balasan pesan singkat dari dokter edwin dan menyimpan kembali ponselnya. Tetapi tidak lama setelah itu muncul kembali notifikasi pesan masuk di ponselnya.
'Ini masih dengan cici yang terbaik dan kesayanganku kan? '
Nita mengerutkan dahinya, dia hanya tertawa kecil membaca pesan yang lagi-lagi dikirimkan oleh dokter edwin padanya.
Tapi nita tidak memutuskan untuk tidak membalasnya karena sebentar lagi pun mereka aka bertemu untuk pulang.
Baru saja dia memasukan ponselnya ke dalam sakunya, nada dering panggilan masuk di ponselnya berbunyi.
"Kenapa kamu tidak membalasnya? " suara dokter edwin terdengar di telinga nita.
"Sebentar lagi kan ketemu " jawab nita.
"Kamu harus tetap membalas pesannya "
Nita tersenyum lebar, "iya, aku balas sekarang "
"Aku tunggu "
Nita menganggukkan kepalanya dengan senyuman menanggapi sikap dari dokter edwin kali ini.
'Saya tidak akan marah kalau magha yang mencoba menarik perhatian koko, karena dia tidak cengeng dan lucu pasti koko tidak akan suka. Tapi sekali lagi koko bersikap berlebihan seperti itu dengan magha, siap-siap untuk pakai bantal dan selimut yang ada di kamar tamu! '
Nita terkekeh ketika pesan yang diketiknya itu dia kirimkan pada dokter edwin...