Corynebacterium Diphtheriae
Corynebacterium Diphtheriae
Nita berdiri di luar ruangan kantor memutarkan pandangannya ke arah jalan raya yang di penuhi oleh banyak kendaraan karena hari ini adalah hari senin.
Kedua matanya terhenti di sebuah gerobak yang di penuhi oleh tumpukkan kardus bekas dengan seorang anak yang terduduk di atas tumpukan kardus itu, anak berusia kurang lebih tujuh tahun itu terlihat aneh dengan matanya yang sayu dan kedua tangannya yang memeluk tubuhnya sendiri seperti memperlihatkan bahwa dia sangat kedinginan sekarang ini.
Tanpa nita sadari dia berjalan mendekat ke arah gerobak yang tepat berada di luar area rumah sakit.
"Ibu " nita memanggil seorang wanita yang masih memunguti botol-botol minuman bekas yang ada di tempat sampah.
"Putra ibu sedang sakit? " tanya nita tanpa melihat ke arah wanita paruh baya itu, dia hanya fokus pada anak kecil yang berada di atas tumpukan kardus itu yang sedang menggigil.
Satu telapak tangannya lalu menempel di dahi anak laki-laki itu dan lalu menoleh ke arah sang ibu.
"Putra ibu demam tinggi "
Tangan nita masih berada di wajah anak laki-laki itu ketika tiba-tiba anak itu bersin dan lalu terbatuk-batuk tanpa henti. Dan semakin menggigil yang membuat nita terkejut karena mellihat bibirnya yang berubah membiru.
"Anak ibu harus dibawa ke rumah sakit sekarang! "
"Tapi "
Dia terkejut melihat nita yang tiba-tiba menggendong putranya itu, karena tidak mengenal nita dan mengira bahwa dia akan menculik putranya.
"Ibu tidak perlu banyak berpikir saya yang akan membayarnya! " nita seolah tahu bahwa hal yang memberatkan wanita itu membawa putranya ke rumah sakit adalah biaya untuk membayar pengobatan anaknya.
"Tolong periksa anak ini " ucap nita ketika dia sudah sampai di intalasi gawat darurat dan membaringkan anak kecil itu ke atas tempat tidur.
Dia melihat dari belakang ketika dokter jaga dan perawat melakukan pemeriksaan pada anak kecil itu, mulai memasangkan infusan dan memasukkan therapi.
"Harus dilakukan pemeriksaan laboratorium " ucap dokter jaga pada nita.
"Baik dokter "
Tidak lama setelah itu seorang perawat memberikan nita sebuah sampel darah dan selembar resep obat.
"Ini keluargamu? " tanya petugas farmasi pada nita yang baru saja memberikan resep obat.
"Kamu bisa masukan resepnya ke klaim obat pekerja " sambungnya.
"Bukan keluarga " jawab nita, lagipula dia masih baru di tempat kerjanya itu dan dia tidak tahu apakah dia telah mempunyai hak istimewa untuk mendapatkan obat secara gratis.
"Berapa semuanya? " tanya nita ragu.
"Dua juta delapan ratus "
Nita tertegun, dia tidak punya sebanyak itu seakarang ini di dompetnya. Dan lalu memegang dengan ragu kartu yang di berikan oleh dokter edwin padanya.
"Aku boleh kan pinjam? " tanya nita dalam hatinya, "nanti aku bayar ketika gajian! "
Lalu nita menyodorkan kartu itu pada petugas farmasi yang tidak lama kemudian dia bisa mendapatkan obatnya dengan mudah.
"Putra ibu harus mendapatkan obat yang benar untuk sakitnya " ucap nita, "untuk sementara harus di rawat disini, dan ibu tenang saja semuanya sudah dibayar "
Kedua mata wanita itu berkaca dan meneteskan air mata karena kebaikan nita yang sama sekali tidak dikenalnya, seragam yang dipakainya itu seolah membuktikan bahwa mereka adalah manusia baik yang menjadi tangan tuhan yang lain untuk membantu orang lain.
Nita senang sekali bisa menyelamatkan anak kecil itu, karena seperti dia bisa menyelematkan seseorang di masa kecilnya dulu.
"Pemakaian hari ini lima juta... " dokter edwin tidak melanjutkannya karena terheran dengan laporan yang muncul di ponselnya ketika dia sedang menuliskan sebuah resep obat untuk pasiennya.
Dia melihat ke arah jarum jam di tangannya, "inikan masih jam kerja, apa dia membolos kerja dengan teman-temannya untuk berbelanja? " dia lalu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
Tapi sepertinya dia penasaran sekali dengan apa yang di beli oleh istrinya itu, setelah semua pasiennya telah habis dia dengan cepat mencari tahu.
"Pembayaran obat dan ruang perawatan aster kamar delapan " dia mengerutkan dahinya ketika membaca rincian yang memperlihatkan lebih detail penggunaan kartu yang nita pakai.
Dengan cepat dia mengambil telepon ruangan dan menghubungi ruangan tersebut.
"Selamat siang dengan ruang anak aster rumah sakit internasional, dengan saya perawat bhia ada yang bisa saya bantu "
"Saya mau menanyakan tentang pasien di kamar nomor delapan " jawab dokter edwin.
"Maaf dengan siapa? "
"Dokter edwin "
"Baik dokter tunggu sebentar "
"Pasien anak aftab dengan diagnosa dengue fever dokter "
"Baik terima kasih "
Dia semakin heran, ketika tahu nita memakainya untuk pengobatan seorang anak kecil berusia tujuh tahun.
"Apa jangan-jangan dia memiliki anak sebelum menikah denganku? " dia merasa curiga dengan anak kecil yang nita tolong itu.
Karena rasa ingin tahunya sangat besar sekarang ini, dia akhirnya memutuskan untuk pergi ke ruangan anak tersebut dan melihat seorang anak laki-laki yang terbaring lemah dari balik jendela ruang perawatan.
"Dokter mau periksa anak saya? " suara seorang wanita dari belakangnya terdengar oleh dokter edwin dan membuatnya terkejut.
Dia berbalik dan mendapati sesosok wanita paruh baya dengan tangannya yang membawa sebuah bungkusan makanan.
"Itu anak ibu? " tanya dokter edwin.
"Iya dokter anak saya "
"Bukan anak nita? " lalu bertanya kembali.
"Nita? " dia balik bertanya, "apa mungkin petugas rumah sakit yang tadi pagi? "
"Iya " dia menjawabnya padahal belum tentu yang wanita itu sebutkan tertuju pada nita, dia sudah terlalu hilang akal karena rasa curiganya kali ini.
"Dia yang membawa anak saya ke rumah sakit dan membayarkan semuanya, padahal kami tidak kenal sama sekali " jawabnya, "dokter tadi bilang beruntung anak saya cepat di bawa kerumah sakit "
Dokter edwin bernafas lega ketika wanita itu mengatakan bahwa dia dan nita tidak saling mengenal dan anak kecil itu tidak ada hubungan apapun dengan istrinya. Kecurigaannya hanya terlalu besar ketika tahu nita memakai uang dalam jumlah besar untuk pengobatan seorang anak kecil yang sama sekali tidak di kenalnya.
"Satu,,, dua,,, " nita terlihat bersembunyi di belakang mobil dokter edwin dan tengan melihat sesuatu dengan sembunyi-sembunyi.
Dokter edwin menghampirinya dan mengejutkannya, "kamu sedang apa? "
"Koko! " nita dengan cepat menyembunyikan sesuatu yang di pegangnya itu di balik punggungnya, "aku kaget sekali "
Tawa kecil dokter edwin muncul melihat nita yang terkejut, "salah sendiri bersembunyi di belakang mobil seperti tukang parkir yang lagi hitung uang setoran "
Nita dengan cepat masuk ke dalam mobil mendahului dokter edwin yang masih berada di luar.
"Koko tunggu sebentar " nita memintanya untuk menunda menyalakan mesin mobilnya.
Terlihat nita yang mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan lalu dia sodorkan ke arah dokter edwin.
"Buku tabungan? " tanya dokter edwin, "buat apa? "
"Tadi saya pinjam uang dari kartu ini " nita menunjukkan kartu atm yang di berikan oleh dokter edwin untuknya, "tapi di tabungan itu cuma ada tiga juta "
"Sisanya saya cicil! " sambung nita sembari memperlihatkan senyuman lebarnya.
Dokter edwin tersenyum, "kamu pakai uang sebanyak itu untuk apa? "
"Buat aftab, anak kecil yang saya lihat keaakitan di atas tumpukan kardua pagi tadi "
Nita terdiam sejenak lalu menarik nafasnya sebelum akhirnya bicara, "dulu sewaktu saya sekolah di bangku smp, bapak sama ibu sedang kesulitan uang. Adik laki-laki saya sakit demam tinggi sampai berhari-hari hanya bisa dibelikan obat warung, karena terlambat di bawa ke puskesmas adik saya satu-satunya itu tidak bisa tertolong "
"Melihat anak laki-laki itu terbaring lemah di atas tumpukan kardus bekas, masih berusaha menemani ibunya mencari uang padahal dia sudah tidak kuat dengan rasa sakitnya saya seperti melihat sosok adik saya sendiri "
Dokter edwin tersenyum mendengar cerita nita, dan lalu mengusap dengan lembut kepalanya. Ternyata ada banyak cerita yang menyedihkan dari nita yang belum dia tahu.
"Kamu boleh sesuka hatimu menggunakan semuanya " ucapnya seraya mengembalikan buku tabungan milik nita dan juga kartu yang sudah di berikan olehnya.
"Semuanya untuk kamu " sambungnya.
"Kamu tahu tadi itu aku mencurigaimu " dokter edwin kembali berucap, "aku pikir anak kecil itu anakmu, aku pikir kamu mempunyai anak sebelum kita menikah "
"Karena tidak akan mungkin kamu sebaik itu menolong orang yang tidak kamu kenal " pikirnya.
Nita tertawa, "aku punya anak sama siapa koko! "
"Hasil halu sama aktor-aktor ganteng idola saya? " lalu tawanya kembali muncul, "aneh-aneh saja "
"Itu artinya koko belum sepenuhnya percaya " sambung nita masih dalam tawanya.
"Bukan itu maksudku " dengan cepat dokter edwin meraih satu tangan nita, dia mencoba mengkoreksi perkataannya agar tidak di salah artikan oleh nita.
Tawa nita berubah menjadi senyuman, "tidak apa-apa koko, wajar kalau belum percaya. Kita bertemu dengan waktu singkat lalu menikah, pasti ada yang koko belum tahu semuanya "
"Itu artinya kamu juga belum percaya denganku? "
"Ada sedikit " jawab nita
Nita tersenyum lebar, "karena ternyata dibalik wajah cuek ini, manjanya gak ketulungan! "
Tawa dokter edwin seketika keluar mendengar nita yang berkata jujur tentang dirinya, dia menjadi gemas karena malu oleh ucapan nita. Yang akhirnya hanya bisa membuatnya untuk mengacak- acak rambut nita sekarang ini.
Sepanjang hidupnya hanya nita yang berani mengomentari wajahnya dan juga sikap aneh alaminya yang muncul ketika sedang bersama dengan nita berdua saja.
Dia melupakan usianya dan juga siapa dirinya ketika dibuat gemas oleh tingkah lucu nita.
"Selamat malam dengan dokter edwin "
"Iya "
"Dokter maaf saya dari pihak kepegawaian, ingin memberitahukan bahwa hari ini ada empat petugas ruang instalasi gawat darurat dan dua perawat aster yang harus masuk ruang isolasi karena setelah dilakukan pemeriksaan positif difteri "
Dokter edwin merasakan sesuatu hal yang membuat perasaannya tidak nyaman dan teringat pada nita ketika menyebutkan nama petugas ruangan anak yang tadi di kunjunginya.
"Dari hasil tracking dokter jaga mengatakan bahwa bidan nita orang yang kontak erat pertama dengan anak bernama aftab yang ternyata adalah pasien pertama yang membawa bakteri difteri "
"Kami akan jemput malam ini bidan nita untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut "
Dokter edwin tertegun dia terkejut dan seketika merasakan kekhawatiran yang begitu besar mengingat nita adalah orang yang membawa anak itu...