cinta dalam jas putih

Imunitas



Imunitas

Dokter edwin yang terduduk di samping nita mengawasi bahwa dia seperti sedang tidak merasa nyaman dalam duduknya itu.     

"Apa kalau seperti ini akan membuatmu nyaman? "      

Dia lalu mengusap dengan lembut punggung bagian bawah agar dapat mengurangi rasa sakit yang sedang di rasakan oleh nita sekarang.     

Nita tersenyum tetapi di wajahnya terlihat sekali bahwa dia sedang menahan rasa sakit.     

"Tidak apa-apa, nanti juga sakitnya hilang " ucap nita, "ini kan hari pertama jadi pasti akan sedikit sakit "     

"Terima kasih " sambung nita.     

Dia lalu menyandarkan tubuhnya dan masuk ke dalam pelukan dokter edwin yang masih memijat punggungnya. Selain masih belum percaya bahwa dokter edwin dan key rela pergi pagi-pagi sekali ke mini market untuk membelikannya pembalut, sekarang pun masih mendapatkan pijatan untuk mengurangi rasa sakitnya.     

"Aku buka dulu pintunya " nita mencoba beranjak dari pelukan dokter edwin ketika dia mendengar suara bel rumah berbunyi.     

Dia memandangi wajah dokter edwin yang hanya tersenyum mendengar bel rumah berbunyi.     

"Koko sedang tunggu tamu? " tanya nita.     

Dia hanya menjawab dengan anggukkan di kepalanya yang lagi-lagi dihiasi oleh senyumannya.     

Nita mengerutkan dahinya ketika mellihat sikap dokter edwin yang aneh sekarang ini, dan lalu berjalan menuju ke arah depan rumahnya untuk membukakan pintu.     

"Mama " nita terkejut mendapati mama mertuanya yang sudah berdiri di depan pintu dan di depan halaman rumahnya dia melihat papa mertuanya yang masih berada di dalam mobil bersama key.     

Senyuman lebar terlihat di wajah mama mertuanya sambil memperlihatkan dua tangannya yang memegang dua tas besar.     

"Mama bawa makanan buatmu! "     

Nita terkejut ketika semua isi dari tas besar yang dibawa oleh mama mertuanya itu adalah makanan.     

"Nita bantu bawakan " dia lalu mengambil alih satu tas yang di bawa oleh mama mertuanya itu.     

Dia tercengang ketika satu tas yang dibawanya itu berat sekali, nita dibuat takjub oleh mama mertuanya yang selalu terlihat sehat itu.     

"Kita langsung ke dapur saja " ucap mama mertuanya.     

"Baik, ma "     

Nita melewati sosok dokter edwin yang masih terduduk di sofa dengan laptop yang kali ini berada di hadapannya. Mereka berdua saling memandang, dan nita menaikkan kedua alisnya dengan bola matanya yang bergulir ke arah mamanya.     

Dokter edwin hanya menjawab dengan menaikkan kedua bahunya dan lalu gelengan kepalanya.     

"Mama bawakan banyak sayuran dan buah-buahan " ucapnya sambil mengeluarkan satu persatu makanan dari dalam tas, "nah ini, kamu minum ini "     

Dia menyodorkan sebuah tumbler berwarna abu ke tangan nita, "itu air jahe, mama dulu selalu minum itu kalau sedang datang bulan hari pertama "     

"Itu ramuan dari nenek moyang, jadi lebih hebat dari obat yang edwin kasih sama kamu "     

Nita tersenyum haru ketika tahu bahwa mama mertuanya itu dengan sengaja berkunjung ke rumahnya hanya supaya rasa sakit karena premenstual syndromenya hilang.     

"Koko yang bilang, ma? " tanya nita sambil membuka tutup tumbler yang di berikan oleh mama mertuanya itu.     

Matanya menyipit dengan kerutan di dahinya ketika aroma jahe dari dalam tumbler yang di buka tutupnya itu menusuk hidung nita.     

"Cucu mama yang bilang " jawabnya.     

"Key? " nita tertawa kecil dan terkejut ketika yang memberitahukan itu adalah key.     

"Ayo minum dan habiskan " ucapnya, "setelah itu kamu makan sop ayam yang mama buat di rumah tadi "     

"Kamu harus terbiasa minum itu " sambungnya, "jangan makan yang aneh-aneh supaya imunitas kamu baik saat sedang datang bulan, jadi tidak gampang sakit "     

"Setelah itu kamu bisa cepat hamil "     

Nita tersenyum dan meminum air jahe yang dibuatkan oleh mama mertuanya, walaupun rasanya sangat menyengat dan aneh di lidah nita tapi dia tidak boleh membuat mama mertuanya kecewa dengan tidak menghabiskannya.      

Awalnya terasa tidak enak di mulutnya, tetapi setelah air jahe itu habis diminumnya dia merasakan hangat di perutnya dan rasa nyerinya mulai berkurang.     

"Mommie masih kesakitan? " key bertanya padanya ketika nita sedang membantu neneknya itu menghangatkan sup ayam di dapur.     

Nita tersenyum lebar, "sudah baikan, terima kasih key "     

"Daddy yang minta key bilang sama nenek supaya nenek mau datang kesini dan membuat makanan " ucap key, "daddy itu banyak ide yang bagus-bagus tapi sayang "     

"Sayang kenapa? "      

"Sayang karena daddy gak pernah lakuin idenya sendiri, pasti suruh key! "      

"Padahal kan kalau daddy sendiri yang bilang, dia pasti dapat pujian dari mommie " sambung key.     

Nita tertawa kecil mendengar ucapan key, "ya sudah, memang seperti itu daddy kamu tidak bisa di rubah "     

"Tapi kalian berdua ksatria paling hebat di rumah ini " puji niita.     

"Kalau dulu kamu yang manja, sekarang kamu manjain mommie kamu " celetuk mama mertuanya pada key yang mendengar percakapan mereka berdua.     

"Mommie kan perempuan satu-satunya di rumah nek " jawab key, "supaya mommie tetap mau tinggal disini menemani daddy, aku kan pasti harus kuliah karena ada mommie akhirnya aku bisa tenang "     

Dia lalu mengambil makanan manis yang ada di meja makan, "aku pergi dulu belajar kelompok di rumah alva " mendaratkan sebuah ciuman di pipi nita dengan penuh tenaga.     

"Key! " cetus nita karena terkejut.     

Key nyengir sambil melambaikan satu tangannya, "maaf mommie, jangan marah-marah kan aku sudah bawakan nenek! "     

Nita tertawa kesal melihat kelakuan key yang seperti anak kecil padahal dia sudah duduk di bangku smu.     

"Kalau cape kamu duduk saja, biar mama yang kerjakan "     

"Saya senang lihat mama masak, siapa tahu bisa membuat makanan yang enak seperti yang mama buat "      

Mama mertuanya itu tersenyum malu ketika mendengar pujian dari nita.     

"Oh iya, kamu sudah tahu belum kalau ada adik mama yang menikah dengan dengan dokter " ucap mamanya, "dia itu duda dengan dua orang putri, satu putrinya kebetulan dokter juga. Dia mau melanjutkan sekolahnya ke spesialis "     

"Dia minta edwin untuk mengajarkannya dan mengawasinya putrinya " sambung mamanya, "anak sambungnya itu sedikit keras kepala dan tidak suka di atur, jadi kemarin sewaktu adik mama itu ngobrol mama minta edwin bantu bibinya "     

"Kamu tidak keberatan kan kalau dia ikut dengan kalian? "tanya mama mertuanya, "tapi mama terserah kamu saja, kalau kamu setuju atau tidak juga tidak apa-apa "     

"Koko jawab apa, ma? "      

Nita sama sekali tidak tahu tentang hal ini, dan juga dia belum pernah bertemu dengan bibinya itu karena di setiap acara keluarga dia selalu absen untuk hadir.     

"Dia bilang terserah kamu, sekarang setiap keputusannya ada di tangan kamu " jawabnya, "dia itu memang satu-satunya anak mama yang tidak bisa di tebak, dulu mama selalu memikirkan bagaimana dia berumah tangga dengan sifatnya yang keras dan dingin itu "     

"Tapi ternyata setelah menikah, semua ketakutan mama tidak terjadi "     

"Kamu bicarakan saja lagi dengan edwin nanti " ucapnya lagi, "lagi pula anak itu sedang liburan ke luar negeri jadi tidak tahu kapan dia mau melanjutkan sekolahnya lagi "     

"Dan jangan memakskan diri karena mama yang minta, kalau kamu dan edwin tidak setuju bilang saja "     

Nita tersenyum menganggukkan kepalanya, dia penasaran sekali dengan sosok yang dibicarakan oleh mama mertuanya kali ini. Tapi lebih penasaran karena dokter edwin sama sekali tidak pernah menceritakan bahwa dia mempunyai saudara yang berprofesi sama sepertinya sebagai seorang dokter...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.