Kolong Meja
Kolong Meja
Nita terkejut karena tiba-tiba dia mendapatkan tugas untuk ikut sebuah seminar di luar kota.
"Cuma dua hari " kepala ruangannya itu kembali berkata tanpa menunggu nita.
"Ibu " panggil nita, "tapi saya kan masih baru disini "
"Karena zhe dan nayya tidak bisa ikut " jelasnya.
Nita menoleh ke arah dua temannya itu yang memperlihatkan senyuman lebarnya pada nita kali ini.
"Terima kasih nita penyelamatku " zhe memegang tangan nita dengan erat ketika mengucapkan rasa terima kasihnya.
Mereka bertiga siang ini berjalan menuju ke kantin untuk makan siang.
"Kenapa kita makan disini? " nita terheran.
"Kami yang akan traktir kamu makan apapun yang kamu mau! " cetus nayya.
Nita mengerutkan dahinya menatap curiga dengan kebaikan kedua temannya kali ini.
"Mumpung di ruangan ada khira " ucap zhe membawa nita duduk di sebuah kursi.
"Kamu mau makan apa? " tanya nayya.
"Eh, tunggu nay! " cetus zhe, "kamu ngerasa gak sih kita lagi di perhatiin banyak orang? "
"Masa " nayya mengelilingkan pandangannya ada banyak orang di kantin yang kali ini di dominasi oleh kaum adam terlihat memandang ke arah mereka.
"Ada apa ya? " nayya menjadi gugup karena mata-mata banyak orang itu tertuju pada mejanya.
Lalu mereka berdua saling memandang dan keduanya secara bersamaan menoleh ke arah nita yang terduduk di hadapan mereka dan lalu senyuman mereka merekah.
"Ada apa? " tanya nita ketika dua temannya itu memandang ke arahnya dengan senyuman.
"Mereka belum tahu dia sudah sold out! " cetus zhe, "yang punyanya saja bukan orang biasa! "
lalu keduanya cekikikan setelah mengatakan itu.
Nita hanya mengerutkan dahinya tidak mengerti dengan apa yang mereka katakan.
"Lihat siapa yang berjalan kesini zhe! " cetus nayya menyikut tangan zhe yang sedang mencari menu yang akan dipesannya.
Zhe mengangkat wajahnya sekilas dan kembali membaca buku menu.
"Pak deon mana mungkin kesini nay " ucap zhe, "dia itu ganteng-ganteng galak! "
"Lagian inikan waktunya istirahat, tidak apa-apa kalau kita makan sebentar! " sambungnya karena pak deon yang di sebutnya itu dikenal sebagai supervisor paling menakutkan di tempat kerjanya. Dia selalu disiplin dan tidak pernah mengampuni petugas yang melanggar aturan rumah sakit.
"Dia siapa? " tanya nita dengan wajah polosnya.
"Dia itu supervisor paling galak " jawab nayya.
Nita menganggukkan kepalanya dan menoleh ke sosok yang teman-temannya itu bicarakan.
Ketika nita melihatnya kedua matanya bertatapan langsung dengan pimpinannya itu, pada awalnya nita mematung kebingungan dan akhirnya dia memutuskan untuk memperlihatkan senyumannya dan menundukan kepalanya sekilas.
"Dia kesini! " cetus nayya pelan pada zhe yang terkejut melihat supervisor tergalak itu berdiri di depan mereka.
"Kami istirahat bergantian pak " ucap zhe memperlihatkan wajahnya yang ketakutan.
Untuk pertama kalinya mereka melihat senyuman pak deon, dan melirik ke arah nita.
"Akhirnya saya bisa bertemu dengan staf baru itu " ucapnya pada nita.
Nita berdiri memberikan salam dengan membungkukkan tubuhnya, "saya nita dari ruangan ponek "
Nayya dan zhe tertegun melihat nita yang seperti orang-orang jepang ketika memperkenalkan diri, sangat terlalu sopan menurut mereka.
"Kalau kamu kebingungan dengan sistem kerja di rumah sakit ini kamu boleh bertanya di kantor saya "
"Baik, pak " ucap nita dengan senyumannya yang dipaksakan, "terima kasih "
Nayya dan zhemi saling memandangi dengan wajah anehnya, ternyata orang yang mereka sebut garang dan disiplin itu ramah sekali pada nita.
"Hati-hati nita " bisik nayya ketika pimpinan mereka itu telah pergi, "godaan sudah menikah itu besar! "
Nita tertawa kecil mendengar perkataan nayya yang sudah menyimpulkan sesuatu hal dengan tidak baik.
Pembicaraan mereka terhenti karena ponsel nita berdering kali ini. Dia melihat nama dokter edwin di layar ponselnya.
"Iya dokter "
Akan tetapi tidak ada suara sedikitpun dari ponselnya. Nita baru menyadarinya setelah beberapa detik.
"Ada apa koko? " dia merubah ucapannya.
Tentu saja dia berani bicara seperti itu karena kedua temannya sedang memesan makanan saat ini.
"Ke kantorku sekarang " dan terdengar suara dokter edwin di telinga nita setelah dia mengganti panggilannya.
"Poliklinik? " nita memastikan tempatnya.
"Ya " jawabnya pendek, "sekarang! "
"Jarak dari kantin ke poliklinik itu dekat sekali "
Nita mengerutkan dahinya mendengar ucapan dokter edwin yang tahu keberadaannya sekarang ini, lalu senyumannya muncul.
"Iya "
Dia lalu mengakhiri telponnya dan menghampiri kedua temannya yang sedang memesan makanan.
"Aku ke toilet sebentar " ucap nita pada kedua temannya itu.
Dan berjalan menuju ke poliklinik tempat dokter edwin meminta nita menemuinya.
Suasana poliklinik sudah sangat sepi dan nita masuk ke dalam ruang pemeriksaan dimana sosok dokter edwin sedang terduduk menunggunya dengan banyak makanan di mejanya.
"Kamu tidak boleh makan di kantin " ucapnya pada nita dan membawanya untuk duduk di kursinya.
"Semua makanan ini sengaja aku beli buatmu " sambung dokter edwin dan lalu menutup pintu ruangannya sehingga hanya ada mereka berdua di ruangan tersebut.
"Apalagi sampai harus beramah tamah dengan supervisor muda! " celetuknya.
Senyuman nita muncul mendengar itu, dia tidak tahu darimana dokter edwin tahu. Sepertinya mata-mata suaminya itu sangat banyak sekali sampai hal sekecil apapun pasti dia tahu.
"Boleh dimakan tidak makanannya? " tanya nita memandangi makanan yang ada di depannya.
"Makanlah "
Dokter edwin pun baru tersadar bahwa ucapannya kali benar-benar diluar keinginannya, dia terlalu berlebihan ketika merasa cemburu.
Nita mengambil potongan ikan dory yang di goreng dengan tepung roti di tangannya, dia belum sempat memasukkannya ke dalam mulut sudah terdengar lebih dulu oleh mereka berdua sebuah ketukan pintu.
"Dokter edwin " terdengar suara laki-laki dari arah luar.
Nita terkejut dan dia merasa jika ada yang melihatnya sekarang ini akan membuat berita paling menghebohkan satu tempat kerjanya. Dengan cepat nita bergerak dari duduknya untuk bersembunyi di bawah kolong meja.
"Nita! " cetus dokter edwin pelan dia terkejut melihat nita yang bersembunyi di bawah meja kerjanya.
Tetapi ketukan di pintu ruangannya masih diketuk seseorang.
"Dokter belum pulang? " ternyata sosok deon yang tidak lain adalah supervisor di rumah sakit itu sudah berada di ruangannya.
"Saya makan siang dulu sebelum ke ruang operasi " dokter edwin menjawabnya dengan berjalan menuju ke kursinya dan duduk.
Dia harus menahan tawanya mendapati nita yang bersembunyi di kolong meja kerjanya dengan membawa satu potongan ikan yang tadi diambilnya.
Nita sudah seperti kucing kecil manis yang mencuri makanannya sekarang ini.
"Saya tadi seperti melihat bidan yang baru bekerja ke arah sini " ucapnya pada dokter edwin masih berdiri di posisinya.
Raut wajah dokter edwin berubah, ketika dia merasa orang yang diikutinya itu adalah nita yang tidak lain adalah istrinya.
"Tidak ada yang kesini " ucap dokter edwin.
Matanya lalu menoleh ke arah nita yang tersenyum ke arahnya seraya menempelkan kedua telapak tangannya seolah memberitahukan bahwa dia sama sekali tidak tahu apa-apa.
"Baiklah saya tidak akan mengganggu makan siang dokter " dia berpamitan ketika tidak menemukan sosok yang dicarinya itu.
Dokter edwin memastikan bahwa sosok deon telah jauh dari ruangannya dan dia segera menutup pintu dan menguncinya.
'Mau apa dia mengikuti nita? ' tanyanya dalam hati sambil terus memikirkan hal-hal yang membuatnya cemburu.
"Aww! " suara nita yang kesakitan ketika dia berusaha keluar dari kolong meja kepalanya terbentur.
Dokter edwin dengan cepat berjalan ke arah nita dan mengusap kepalanya.
"Hati-hati " ucapnya pada nita.
Dia lalu membawa nita untuk duduk kembali di kursinya.
"Lanjutkan makan siangmu " ucapnya lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan nita.
"Koko tidak makan? " nita bertanya sambil memasukkan makanan yang disiapkan oleh dokter edwin untuknya.
"Sudah makan " jawabnya berbohong.
"Kamu tidak boleh dekat dengan deon " ucap dokter edwin sambil memperhatikan nita yang sedang mengunyah makanannya.
"Deon itu siapa? " tanya nita dengan ekspresinya yang datar.
Dokter edwin menyembunyikan tawa kecilnya mendengar pertanyaan nita, padahal dia dan supervisor itu baru saja bertemu tadi di kantin lalu nita dengan cepat lupa dengan nama itu.
"Kenapa? "
"Deon supervisor " jawab dokter edwin.
"Oh.. " nita lalu mengingatnya dan menganggukkan kepalanya sambil terus memakan makanannya.
"Dia itu rajanya buaya " ucap dokter edwin, "karena wajahnya yang tampan, atletis dan muda. Banyak perawat wanita bahkan ada juga bidan yang selalu kena rayuannya "
Nita tersenyum lebar, "tapi menurutku masih kerenan koko! "
Dokter edwin tercengang ketika nita menyebutnya lebih keren dari deon yang benar-benar muda dan tampan itu, sepertinya dia harus membawa nita ke dokter spesialis mata untuk bisa melihat lebih baik.
"Kenapa? koko pasti tidak percaya " ucap nita, "sisi keren itu berbeda, bukan hanya dilihat dari wajah saja oleh setiap wanita "
"Tapi koko tetap dokter paling keren di mata saya " sambungnya.
Dokter edwin berdehem ketika dia merasa besar kepala mendengar pujian nita padanya. Dia merasa menjadi pemenang saat ini.
"Tapi menyembunyikan istrinya di kolong meja! " setelah nita mengucapkan itu dia tertawa tanpa suara menertawakan dirinya sendiri yang begitu cepat masuk ke dalam kolong meja untuk bersembunyi.
"Romantis sekali " ucap nita.
"Romantis apanya! " cetus dokter edwin tertawa kecil mendengar nita mengatakan itu hal romantis.
Nita mengerucutkan bibirnya, "karena menurut saya itu romantis koko,,, "
Dokter edwin tertawa kecil seraya menggelengkan kepalanya, ternyata mudah sekali untuk membuat istrinya merasa di berikan adegan romantis. Masuk ke dalam kolong meja saja sudah membuatnya berbunga-bunga seperti orang yang pertama jatuh cinta.
"Oh, iya besok saya dapat tugas untuk ikut seminar di luar kota selama dua hari " ucap nita.
Dokter edwin menganggukkan kepalanya, "iya "
Nita mengerutkan dahinya, "beneran saya boleh ikut? "
"Boleh " jawabnya dengan anggukkan kepala dan senyumannya.
"Tapi kan menginap " nita kembali memastikan ijin itu.
"Iya tahu " jawab dokter edwin.
Nita tersenyum aneh karena dokter edwin ternyata begitu dengan mudah untuk memberikannya sebuah ijin walaupun itu di luar kota dan harus menginap.
Setelah beberapa waktu yang lalu dia pergi bersama dengan kedua temannya diikuti olehnya dan diberikan waktu yang sangat terbatas.
Nita merasa aneh tetapi dia juga senang karena dokter edwin sudah memberikannya sebuah kepercayaan....