cinta dalam jas putih

Tergila-gila



Tergila-gila

"Saya dengarnya saja langsung tahu kalau ibunya yunna dan dokter axel itu pasti cantik, ramah dan,,, " nita membayangkan sosok wanita yang diceritakan oleh dokter edwin dengan menggabungkan wajah yunna yang cantik dan dokter axel yang tampan.     

"Sempurna " sambung nita seraya memperlihatkan senyuman lebarnya.     

Dokter edwin tersenyum dan mengerutkan dahinya, "bisa-bisanya kamu bersikap biasa saja setelah aku ceritakan wanita lain "     

Nita menyipitkan matanya, "saya senang sekali dokter, habisnya nama kami hampir sama walaupun saya tidak akan bisa dibandingkan dengan wanita sempurna seperti ibunya yunna "     

Dan kali ini dokter edwin menggelengkan kepalanya.     

"Kamu terlalu merendah saja " ucapnya, "padahal mungkin kamu lebih baik dari siapapun "     

Nita tersenyum kecil, "saya tidak bisa sekuat wanita yang tidak bisa dokter lupakan itu, saya itu wanita yang terlalu memberikan cinta dan kepercayaan pada galil dulu. Sampai bekerja di desa dan semua gaji saya dia yang kelola, dulu dia bilang untuk membuat rumah ketika kami menikah "     

"Memang rumahnya ada, tapi isinya ternyata wanita lain " nita menarik nafasnya, "saya hampir putus asa dan ingin berhenti saja, tapi melihat tangisan ibu saya berubah pikiran "     

"Dia takut sekali kalau kami sudah melakukan hal yang terlalu jauh ketika berpacaran, bodoh sekali saya tidak sadar kalau dari sikapnya ketika berpacaran diapun sudah terlihat berbeda seperti pacaran orang lain "     

Dokter edwin tersenyum, dia lalu memegang satu tangan nita.     

"Dia petugas honorer di tempat kelahiranmu kan? " tanya dokter edwin.     

Nita mengerutkan dahinya, "darimana dokter tahu? "     

"Semua tetangga kamu membicarakannya ketika waktu itu kita kesana " jawab dokter edwin.     

Nita terkejut ternyata dia sepopuler itu di tempat kelahirannya, sampai dokter edwin tahu lebih dulu dari semua tetangganya yang sangat kreatif. Memberikan sebuah jawaban sebelum muncul pertanyaan. Ternyata hidup di desa memang berbeda, itu satu mata yang melihat tetapi seribu mulut yang berbicara.     

"Dulu kan saya dan teman-teman merasa sangat hebat punya calon suami pegawai daerah dokter " nita menertawakan dirinya sendiri yang tertipu oleh sebuah seragam.     

Tapi ternyata nasib berkata lain, dia bisa dipertemukan dengan orang yang baik setelah melalui berbagai kejadian yang sangat mengerikan.     

"Rumah itu sudah menjadi milikmu sekarang " ucap dokter edwin pada nita, "dan aku minta sama bapak untuk merubah bangunannya dan di perluas "      

"Apa yang dulu kamu berikan padanya sudah kembali lagi ke tanganmu " sambung dokter edwin.     

"Aku sudah membeli rumahnya untukmu "     

Bibir nita seketika tertutup mendengar semua yang dikatakan oleh dokter edwin tentang rumah yang dulu tidak dia permasalahkan karena nita lebih memilih untuk tidak kembali ke tempatnya itu.     

"Dan orang itu tentu saja tidak akan pernah berani menyapamu karena malu " dokter edwi  kembali bicara, "karena ternyata dia sudah tertipu oleh wanita itu dan harus merawat dua anaknya sendiri sekarang "     

"Kecuali kalau kamu yang mau mendekatinya lagi "     

"Dokter! " cetus nita seraya menggelengkan kepalanya, dia sudah cukup merasakan sakit yang terlalu besar oleh laki-laki itu. Dan jika dia kembali dekat itu artinya dia adalah orang yang paling bodoh.     

Dokter edwin tersenyum, "dia sudah mendapatkan balasan yang dilakukannya padamu "     

"Dokter sudah banyak membantu saya " ucap nita, "tapi saya belum membantu apapun pada dokter, malah menjadi beban hidup dokter "     

"Dari mulai tempat tidur harus membaginya, uang jajan dan harus mengantar saya ketempat kerja! "     

Tawa kecil dokter edwin lepas, "kamu ini! " dia menjewer kecil telinga nita.     

"Kamu cukup berada di sampingku dan membuatku tertawa seperti sekarang ini aku akan mempertahankanmu sampai kapanpun "     

Nita menyipitkan kedua matanya, "dalam sekali dokter ucapannya, saya sampai terharu,, "     

"Kalau ternyata saya melakukan kesalahan bagaimana? " tanya nita.     

"Aku maafkan " jawab dokter edwin dengan cepat.     

Nita menaikkan kedua alisnya, "kalau saya selingkuh? "     

"Akan aku ajari caranya menjadi seseorang yang setia "     

Nita tersenyum, "kalau saya manja "     

"Tidak apa-apa, karena itu tugasku untuk memanjakanmu! " dan jawaban itu terlontar dari bibir laki-laki dengan wajahnya yang datar dan seperti tanpa ekspresi sedikitpun.     

Dokter edwin menoleh ke arah nita, "apalagi? "     

Nita tertawa kecil seraya menggelengkan kepalanya sebagai tanda dia tidak akan lagi memberikan pertanyaan.     

"Tapi tunggu " nita merasa ada yang aneh, sedari tadi dia menunggu key dan yunna yang ingin makan tidak muncul-muncul setelah waktu yang lama.     

Dia bahkan sudah menghabiskan makanannya dan bercerita panjang lebar dengan dokter edwin tapi kedua remaja itu belum muncul.     

"Mereka pulang dengan pak tito " jawab dokter edwin dengan wajah yang masih sama.     

Nita mengerutkan dahinya, "terus kenapa kita malah makan disini dokter? "     

"Berarti tugas mengawasi key pacaran sudah selesai " sambung nita.     

Dokter edwin beranjak dari duduknya dan meraih satu tangan nita sambil tersenyum.     

"Sekarang giliranku mengajakmu berkencan " ucapnya.     

Dia tidak melihat ke arah nita ketika mengatakan itu hanya untuk menutupi rasa malunya.     

Nita terkejut dengan ajakan kencan dokter edwin kali ini, berlebihan atau tidak ini adalah kali pertamanya merasa menjadi seorang wanita yang selalu di beri momen indah yang tidak terlupakan setiap waktunya.     

"Kamu mau apa? " tanyanya pada nita ketika melewati barisan toko-toko yang menjual barang yang sangat di sukai banyak wanita.     

Nita hanya terdiam dan memandangi saja toko-toko tersebut untuk waktu yang lama.     

"Kenapa? "     

"Dokter " dia memanggil dokter edwin dengan nada manja, "apa aku boleh minta eskrim? "     

"Eskrim? " kerutan dahinya terlihat jelas mendengar permintaan nita.     

Nita menjawabnya dengan anggukkan kepalanya.     

"Dimana? "      

"Diluar sana " nita menunjuk ke arah luar gedung.     

Dia menarik tangan dokter edwin yang memegangnya untuk ikut dengannya keluar dari tempat yang banyak menjual barang-barang mewah dan bagus. Sebenarnya nita tidak terlalu ingin eskrim, dan itu hanya di jadikannya alasan saja agar keluar dari tempat yang menyilaukan matanya itu.     

"Tidak ada eskrim disini " ucap dokter edwin, "hanya ada badut-badut saja "     

Nita terkekeh mengambil sesuatu dari tas nya.     

"Saya boleh minta tolong dokter? "     

"Minta tolong apa? "     

Nita lalu memberikan ponsel miliknya pada dokter edwin, "saya mau berfoto dengan badut-badut itu "     

Dokter edwin menganga mendengar permintaan nita yang sangat aneh sekali baginya, tetapi ponsel milik nita itu sudah ada di tangannya dan wanita itu pun sudah lebih cepat berlari ke arah badut dengan karakter doraemon.     

"Foto saya dua kali dokter dokter " perintah nita.     

"Iya " dokter edwin mengambil foto nita yang berpose dengan badut doraemon dengan perasaan geli.     

Dia sengaja tidak memberikan aba-aba pada nita ketika mengambil fotonya, dan tawanya muncul melihat foto nita yang terlihat aneh itu.     

Nita terlihat mengambil selembar uang sepuluh ribu dan lalu memasukkannya ke dalam kotak yang berada di dekat berdirinya badut itu. Dan tidak sampai disitu nita pun berganti ke badut lainnya hanya untuk berfoto dan memberikan uang.     

"Dokter!!! " nita menghentak-hentakkan kedua kakinya seperti seorang anak kecil melihat hasil jepretan dokter edwin di ponselnya.     

Sebenarnya dia ingin sekali tertawa tetapi semua itu ditahannya agar terlihat keren dimata nita. Tapi ternyata dia tidak bisa menahan satu tangannya yang secara reflek mengusap dengan lembut kepala nita yang sedang terlihat kesal karena melihat hasil foto yang diambil oleh dokter edwin tadi.     

"Aku dan key harus banyak belajar darimu " ucapnya memuji nita yang sengaja mengambil foto-foto dengan para badut dan memberikan mereka bayaran.     

Karena hanya wanita itu saja yang mau berfoto dengan para badut itu dengan sangat gembira seolah dia sudah sangat terhibur walau sekedar berfoto saja. Dia berpura-pura ingin berfoto hanya untuk bisa memberikan uang pada badut itu.     

"Kita pulang saja dokter "      

Dahi dokter edwin berkerut, "pulang? "     

Nita menganggukkan kepalanya dan memperlihatkan senyumannya ke arah dokter edwin.     

Dia melihat dokter edwin yang memikirkan sesuatu dan lalu menyetujui permintaan nita untuk pulang. Sambil memikirkan sesuatu lain di dalam pikirannya selama perjalanan.     

"Dokter " panggil nita.     

Dia teraneh melihat jalan yang di lewatinya sekarang ini terlihat sedikit berbeda menuju ke rumah.     

"Apa ini jalan baru kerumah? " tanya nita, "kenapa saya merasa belum pernah lewat kesini "     

Dokter edwin tersenyum, "ini memang bukan jalan kerumah "     

"Kita ke rumah lain, kebetulan tadi ada yang berminat untuk membelinya " sambungnya, "kita kesana dulu sebentar, aku mau memastikan bahwa rumahnya masih baik-baik saja "     

Nita mengerutkan dahinya dan merasakan ada sesuatu yang aneh serta mulai merasakan perasaannya yang mulai tidak enak. Terlebih ketika dia melirik ke arah dokter edwin yang berwajah mesem walaupun tidak melihat ke arahnya.     

"Sudah sampai " dokter edwin menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah rumah dengan cat putih dan bergaya scandinavian.     

Nita semakin kebingungan melihat rumah tersebut dan mengikuti dokter edwin yang terlihat sedang membuka pintu yang terkunci.     

"Dokter, ini rumah siapa? " tanya nita berdiri di belakangnya.     

"Ini rumah pertama yang aku dan key tempati ketika kembali kesini " jawab dokter edwin.     

Dia berbalik ke arah nita setelah berhasil membuka pintu tersebut dan mempersilahkan nita masuk lebih dulu.     

Nita berjalan pelan masuk ke dalam rumah, melihat semua isi di rumah tersebut.     

"Rumahnya unik sekali dokter,,, "     

Dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena tiba-tiba dokter edwin menghampirinya dan mengunci bibirnya dengan ciuman.     

"Kamu tahu aku sudah terlalu lama menahannya sejak tadi " ucap dokter edwin dengan tatapannya yang begitu dalam pada nita.     

"Kamu sengaja membuatku gila seperti sekarang ini? " dia menundukan wajahnya di hadapan nita.     

Nita tertegun dengan ucapan laki-laki yang beberapa detik tadi memberikan sebuah ciuman yang berbeda padanya, yang terasa lembut dan sedikit bergairah.     

Dia ragu tetapi akhirnya memberanikan diri untuk menaikkan kedua tangannya yang kali ini berada di dada dokter edwin dan berpindah melingkar di lehernya.     

Nita memperlihatkan lengkungan bibir membentuk senyuman ke arahnya dan membiarkan dirinya kembali di beri sebuah sentuhan oleh laki-laki itu...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.