Calon Musuh
Calon Musuh
Nita berdehem melihatnya, tetapi yunna seperti tidak menghiraukannya. Lalu dia merubah pandangannya ke arah di depannya dan melihat adegan yang paling mengenaskan di film yang ditontonnya.
Ada seseorang yang memegang satu tangannya dan nita menoleh ke arah dokter edwin.
"Kenapa kamu biasa saja? " tanya dokter edwin pada nita.
"Ada apa memangnya? " nita balik bertanya.
"Filmnya menakutkan " jawab dokter edwin.
Nita tersenyum, "biasa aja dokter "
"Menurut aku yang lebih menakutkan itu bukan hantu tapi manusia " sambungnya, "atau laki-laki! "
Dokter edwin mengerutkan dahinya, "kenapa jadi aku yang ditakuti? "
"Karena yang paling menakutkan itu adalah sakit hati " jawab nita, "apalagi kalau pura-pura cinta "
Dokter edwin harus menahan tawanya mendengar perkataan nita, dia terlalu gemas dan akhirnya hanya bisa mencubit kecil pipi nita.
"Kapan daddy datang? " key terkejut ketika selesai melihat kehadiran ayahnya itu.
"Baru saja " dia menjawabnya dengan berbohong karena tahu pasti key akan menertawakannya.
Dia sangat tidak suka menonton film apapun ketika key mengajaknya, tetapi hari ini dia mengingkari ketidaksukaannya itu karena nita. Putranya itu pasti akan terus menyindirnya sebagai laki-laki yang terlalu mencintai wanita. Walaupun pada kenyataannya sekarang ini dia sudah di buat tergila-gila oleh keunikan dari sifat nita. Seketika menghilangkan semua cinta masa lalunya yang paling besar dan begitu sulit untuk dilupakannya sebelum akhirnya nita hadir.
"Apa kabar yunna? " dia menyapa yunna yang berdiri di samping key.
"Baik paman " jawab yunna dengan senyuman manis, "ayah dan ibu titip salam untuk paman "
Dokter edwin tersenyum seraya mengangguk, "kami akan datang ke acara yang ayahmu buat minggu depan "
"Nanti sampaikan salam dari paman untuk ayah dan ibumu " sambung dokter edwin.
"Daddy yunna pasti lapar sekarang " sela key, "ayo ajak kami makan "
"Iya "
"Dia memikirkan pacarnya saja! " cetus nita pelan, karena perutnya pun sudah mulai berbunyi karena rasa laparnya.
Dia berjalan paling belakang, memandangi ketiga orang yang berada di depannya itu. Karena tiba-tiba nita merasa dirinya itu sangatlah tidak pantas berada di tengah-tengah ketiga orang yang menurutnya adalah orang yang lahir di keluarga yang sangat terhormat. Sedang dirinya hanya seorang anak petani yang memaksakan diri untuk bisa bersekolah di bidang kesehatan dan sedang beruntung karena menikah dengan seorang dokter.
"Kenapa kamu berjalan di belakang? " dokter edwin menunggu nita yang berada di belakangnya.
Dia tersenyum seraya meraih satu tangan nita dan membawanya untuk berjalan bersamanya.
"Jangan berjalan di belakangku karena kamu itu pendampingku bukan pengikutku " ucap dokter edwin pada nita yang kali ini berjalan di sampingnya.
Nita tersenyum kecil, "saya sedang melihat betapa beruntungnya saya dokter mau membawa saya ke dalam keluarga yang bahagia dan baik sekali "
Mendengar itu dokter edwin tersenyum lebar dan mengusap lembut rambut nita.
"Justru sebaliknya " jawab dokter edwin, "kami yang beruntung dengan kehadiranmu di tengah-tengah kami "
"Daddy " key lalu berhenti di depan sebuah toko mainan dan menoleh ke arah ayahnya.
"Aku boleh beli boneka untuk yunna? " dia lalu bertanya pada ayahnya itu.
Dokter edwin tersenyum menunjuk ke arah nita yang berdiri disampingnya, "sekarang semuanya mommie mu yang pegang "
"Mommie " key lalu memelas ke arah nita.
Nita menjawabnya dengan anggukkan kepalanya, dia menuruti semua yang diinginkan oleh key sekarang ini karena dia tidak memiliki keberanian untuk tidak memberikan ijin pada putra sambungnya itu.
"Dokter " nita memanggilnya dengan nada suara pelan ketika mengikuti key dan yunna yang sedang mencari boneka.
"Ya "
Nita memperhatikan key dan yunna ketika bicara dengan dokter edwin, "kenapa dokter tidak memberikan key kesempatan untuk mengelola keuangannya sendiri? "
"Dulu saya belajar sewaktu duduk di bangku smp, jadi bapak dan ibu tidak mau tahu uang itu cukup atau tidak karena sudah membuat kesepakatan jatah uang yang diberikan "
Nita lalu tersenyum sendiri, "sampai saya pernah kehabisan uang dan harus berjalan ke sekolah supaya uang jajannya tidak berkurang "
"Tapi setelah itu saya mulai terbiasa mengatur keuangan sendiri "
"Baiklah terserah kamu saja " ucap dokter edwin, "kamu sekarang kan mommienya key "
"Apa yang mau kamu terapkan pada key aku ikut saja, bukannya tidak mau tapi kamu tahu pekerjaanku membuat aku melupakan hal penting seperti itu untuk key " sambungnya, "mungkin kamu benar, sudah waktunya key seperti kamu "
Nita mengernyit dan lalu tertawa kecil, "kenapa seperti saya? "
"Karena kehidupanmu terbaik " jawabnya.
"Terbaik apanya,,, " nita merasa minder jika harus di katakan terbaik, karena pada kenyataannya dia hanya mencoba bangkit dari semua keterpurukan dan menciptakan sebuah pemikkiran bahwa kehidupannya akan dapat berubah dengan usahanya sendiri.
"Kamu harus menjadi yang terbaik " ucap dokter edwin dengan tatapannya yang meneduhkan ke arah nita.
'Aku bisa jatuh pingsan kalau terus dipandangi seperti itu! ' cetus nita dalam hatinya dan memalingan pandangannya ke arah lain.
Dan ketika nita mencoba menghindarinya lalu kedua matanya tertuju pada sosok cantik yang tersenyum ke arah dokter edwin.
'Magha ' ucap nita dengan terus mengawasi langkahnya yang menghampiri dokter edwin yang berdiri di sampingnya.
Sepertinya dokter edwin tidak menyadari kehadiran magha yang sedari tadi tersenyum padanya.
"Dokter " panggilnya.
Nita dengan cepat berbalik dan berpura-pura melihat boneka yang ada di etalase di depannya.
"Mentang-mentang tadi aku nonton film babi ngepet, kenapa sekarang boneka yang aku pegang juga berjenis sama... " lirihnya.
Dia mematung tidak merubah posisinya agar magha yang sedang menyapa dokter edwin itu tidak menyadari kehadirannya.
"Dokter sedang jalan-jalan juga? " tanya magha dengan nada suara yang sangat bahagia.
"Iya " jawab dokter edwin, "kamu sendirian? "
"Iya dokter, kebetulan hari ini lepas malam " jawan magha yang kali ini nada bicaranya berubah menjadi manja.
"dokter sendirian juga? "
Dia tersenyum dan lalu mengerutkan dahinya ketika menoleh ke arah nita yang sedang melihat boneka dan dia tahu nita sengaja ingin menghindari magha. satu tangannya lalu meraih tangan nita dan memaksanya untuk bisa dilihat oleh magha sekarang ini.
"Key sedang membeli sesuatu dan ini ibu negaranya " ucapnya memberitahukan pada magha bahwa nita adalah istrinya.
Senyuman magha perlahan-lahan mengecil ketika melihat sosok nita dengan satu tangannya yang di pegang oleh dokter edwin dan di diperkenalkan sebagai istrinya. Hal yang paling mencengangkan dalam hidupnya, karena selama ini dia sudah terlalu percaya diri mendengar semua ucapan teman-temannya tentang dokter edwin yang sedang mendekatinya. tapi ternyata telah memiliki seorang istri yang ternyata teman satu tempat kerjanya.
Nita sepertinya tahu sekali perasaan magha sekarang ini, dan itu benar-benar membuatnya merasa bersalah karena kehadirannya menggeser posisinya yang menjadi kandidat kuat calon istri dokter edwin.
Ada tatapan kecil lain dari sudut mata magha ketika dia memutuskan untuk berpamitan setelah tahu tentang posisi nita sekarang ini. Dia tiba-tiba merasa magha tidak akan pernah bisa menerima itu dengan mudah begitu saja.
"Kenapa? " dokter edwin mendapati raut wajah nita yang berubah setelah magha berpamitan.
"Itukan kejam sekali dokter " jawab nita.
"Memangnya apa yang aku lakukan? "
Nita memasang wajah cemberut ke arahnya, "dia itu suka sama dokter, tapi dokter malah membuatnya sedih seperti itu. Dokter harus tahu dari wajahnya kalau dia itu berharap sekali pada dokter "
Tetapi justru dokter edwin malah memandangi nita dan mencoba mencari tahu apakah dia juga memilik harapan yang sama dengan magha.
Senyuman terlihat di wajah dokter edwin dengan kedua alinya yang naik, "lalu perasaanmu bagaimana? "
"Tidak apa-apa kalau dokter berpura-pura saja " jawab nita.
Dokter edwin tertawa kecil sambil mengacak-acak rambut nita, "masa berpura-pura, sudah jelas yang aku utamakan itu perasaanmu "
"Jangan-jangan kamu yang sedang pura-pura mencintaiku? " kali ini dokter edwin balik bertanya pada nita.
Nita membulatkan kedua matanya, "saya beneran jatuh cinta sama dokter! "
"Lagipula memangnya dokter tahu cinta yang asli dan pura-pura itu seperti apa? " lalu nita bertanya padanya, "karena belum tentu orang yang berada di samping kita itu memang mencintai kita "
"Bagaimana kalau dia itu sebenarnya memaksakan diri untuk cinta? hanya karena nama kita yang sama dengan orang yang tidak pernah bisa hilang dari pikiranya atau hanya karena sikap, sifat dan bahkan mungkin banyak kesamaan lain "
Dokter edwin terdiam, ucapan nita itu benar-benar menyindirnya sekarang, karena seperti itulah dia dulu rasakan pada nita dan dengan pengecutnya dia merasa bahwa itu adalah hal yang benar baginya.
Nita tersenyum tipis ke arah dokter edwin, yang ternyata sedari tadi memandanginya ketika membicarakan tentang wanita yang di ceritakan yunna tadi.
"Tapi kamu berbeda " ucap dokter edwin, "memang pada awalnya aku berpikir seperti itu, tapi sekarang aku melihatmu utuh. Bukan karena kamu sama persis dengannya "
"Kamu menjadi dirimu sendiri dan itu yang membuat pikiranku berubah " sambung dokter edwin.
Nita tersenyum dan berubah menjadi tawa kecilnya, "saya bercanda dokter "
"Jangan serius seperti itu " sambungnya sambil terus tertawa kecil.
"Nita!! " cetus dokter edwin dengan wajah kesal dan ketakutannya akan kemarahan nita tapi ternyata dia hanya sedang dipermainkan.
Nita memegang tangan dokter dan tersenyum ke arahnya, "ayo ceritakan dokter seperti apa ibu yunna itu "
Dokter tertunduk menyembunyikan rasa malunya, kenapa dia bisa lupa bahwa yunna pasti cerita itu dari axel kakaknya dan semua di luar prediksinya karena ternyata yunna menceritakannya pada nita.
Semua rahasianya akhirnya di ketahui oleh nita dari orang lain dan bukan dari dirinya sendiri, dia beruntung karena ternyata nita sama sepertinya tidak akan pernah mempermasalahkan sebuah masa lalu dari pasangannya...