Kamera Pengintai
Kamera Pengintai
"Tidak ada orang,,, " ucap nita pelan ketika dia masuk ke dalam ruangan yang sudah sepi tersebut.
"Aku simpan saja di meja! " dia lalu berjalan menuju ke arah meja dan menyimpan beerkas yang sedari tadi di pegangnya di atas meja.
Dia terkejut ketika mendengar suara pintu ruangan yang bergerak dan menutup, dengan cepat berbalik dan melihat sosok yang sudah berdiri di depan pintu.
"Dokter! " cetus nita dengan nada tinggi ketika melihat sosok dokter edwin yang sudah berdiri di depan pintu poliklinik yang tertutup.
Karena kaget nita berani bicara dengan nada tinggi pada pimpinannya di tempat bekerja.
"Aku sengaja memintamu datang kesini " ucapnya, "untuk membicarakan sesuatu "
"Tentang apa? " tanya nita, "memangnya tidak bisa dibicarakan di rumah nanti? "
"Tidak bisa " jawabnya dengan cepat.
Jika dia harus menunggu sampai kembali kerumah, akan berapa kali lagi dia melakukan keteledoran lain-lain lagi.
Sampai akhirnya harus memutuskan untuk meminta maaf sekarang juga pada nita.
"Duduklah " ucapnya pada nita.
Nita menurutinya dan duduk di sebuah kursi yang biasa dipakai oleh pasien. Dia mengawasi sosok dokter edwin yang masih berdiri di hadapannya.
"Aku minta maaf " ucapnya sambil memegang kedua tangan nita.
Wanita yang terduduk di depannya itu sepertinya terkejut mendengar permintaan maaf dari dokter edwin dengan ciuman bertubi-tubi di tangannya.
"Dokter " nita merasa risih dengan perlakuannya saat ini.
Karena sekarang ini mereka berada di tempat kerja.
'Dia itu lelaki yang sangat susah di tebak! ' cetus nita dalam hatinya.
'Tidak pernah terlihat marah, tapi sekalinya marah dia terlihat menakutkan. Tetapi tiba-tiba melakukan sesuatu hal yang membuatku terkejut! ' lagi-lagi nita berkata dalam hatinya.
Dia terlalu lama berpikir ketika permintaa maaf dari dokter edwin muncul, dan lalu kemudian tersadar.
"Baiklah dokter, saya sudah maafkan " ucap nita mencoba menarik kedua tangannya dari genggaman dokter edwin sambil sesekali memutarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang terlihat sepi.
"Lagipula itu juga salah saya, menyimpan obat milik nayya " sambung nita.
"Tapi apa kamu tidak sakit hati ketika aku melempar obat itu ke wajahmu? " tanya dokter edwin yang kemudian memindahkan posisi duduknya di samping nita.
"Aku saja merasa bersalah sampai terus memikirkan tindakanku itu, dan bahkan sampai aku melakukan kesalahan ketika melakukan pemeriksaan tadi " sambung dokter edwin.
Nita terdiam sejenak dan lalu memperlihatkan senyumannya.
"Saya bahkan sudah lupa dan diingatkan oleh dokter sekarang " dia berkata sambil memasang wajah kikuk.
"Dokter kan tahu saya pernah di pukul pakai tas oleh keluarga pasien jadi mungkin kalau benda yang ringan saya cepat lupa "
Dokter edwin mengerutkan dahinya, dia tidak dapat menahan tawa kecilnya mendengar perkataan nita.
"Bisa-bisanya kamu lupa masalah besar seperti itu " ucap dokter edwin mengulurkan satu tangannya dan mengusap rambut nita.
Dia berniat ingin mengusap rambut nita yang terikat rapi tapi justru membuatnya sebagian rambut nita keluar dari ikatannya.
"Dokter! " rengek nita seraya mengerucutkan bibirnya.
Lagi-lagi dokter edwin hanya bisa menanggapinya dengan tawa kecil melihat sikap nita.
Dia wanita tercuek yang pernah ditemuinya, walaupun seperti itu dia memiliki hati yang baik yang tidak pernah memiliki sebuah rasa dendam pada seseorang yang telah melakukan kesalahan padanya.
'Kenapa justru aku merasa dia semakin mirip dengan kanita! ' dan itu adalah ucapan dokter edwin di dalam hati kecilnya yang semakin menemukan sebuah kesamaan dari dua wanita yang berbeda itu.
Semakin lama dia melihat bahwa dia nita yang berada di hadapannya itu terbentuk seperti apa yang diinginkannya bukan karenanya. Tetapi wanita itu seolah-olah adalah bagian dari wanita yang dicintainya dulu dan memang dipertemukan untuk menjadi miliknya.
Dia melihat nita berjalan ke arah sudut ruangan dan berdiri di depan lemari kaca yang menyimpan banyak berkas.
Nita membuka nurse cap di kepalanya dan melepaskan ikatan rambutnya yang memberontak dari ikatan rambutnya.
"Aku sudah mengacaukan semuanya " ucap dokter edwin beranjak dari duduknya dan lalu menghampiri nita yang sedang memperbaiki ikatan rambutnya.
Dia bukan membantunya tetapi justru membuat nita sulit melakukan apapun dengan melingkarkan kedua tangannya di pinggang nita.
"Dokter! " dia terkejut lalu memandangi sudut-sudut atap ruangan.
"Apa disini terpasang kamera ruangan? " tanya nita.
"Kenapa? kamu takut? " dokter edwin balik bertanya.
"Nanti kalau viral bagaimana? "
Dokter edwin tertawa dia lalu menyimpan keningnya di punggung nita yang terus menerus bergerak karena merapikan rambutnya.
"Aku tidak mau kamu meminum obat itu " ucap dokter edwin, "kamu tahukan umurku sudah tidak muda lagi jadi aku sangat berharap bisa memiliki seorang anak darimu "
Nita masih merapikan rambutnya sambil mendengarkan semua yang dikatakan oleh dokter edwin padanya.
"Jika kamu dan axel memiliki janji yang tidak sempat dilaksanakan, aku berharap kalian menyelesaikannya " sambungnya, "karena kamu adalah istriku sekarang "
"Kamu tidak perlu takut, kamera cctvnya ada di ruang pemeriksaan dan diluar " dia memberitahukan nita yang sepertinya masih memikirkan kamera pengintai.
"Aku tidak akan melakukannya " nada suara nita pelan kali ini, tetapi dia yakin dokter edwin bisa mendengarnya karena dia berada dekat sekali di belakangnya.
"Sebenarnya hubungan dengan dokter axel hanya seorang teman saja, tetapi saya baru tersadar bahwa tidak ada persahabatan murni antara laki-laki dan perempuan " jelasnya, "ada harapan besar waktu itu pada saya, dekat dengan dokter axel merasa nyaman karena dia baik. Tetapi justru itu membuat seorang wanita lain akan tersakiti "
"Karena saya sudah merasakan bagaimana rasanya tersakiti, sebelum akhirnya melangkah jauh saya memutuskan untuk mengakhirinya "
"Apa itu salah? " dia lalu bertanya pada dokter edwin, "apa jika sekarang kami bertegur sapa itu artinya kesalahan dulu akan terulang kembali? "
"Tapi jika itu akan membuat sebuah kemungkinan, lebih baik dokter pindahkan saya ke tempat yang kecil kemungkinannya akan bertemu dengan dokter axel " sambung nita, "saya akan mengikuti semua yang dokter katakan "
"Ke bagian washrey! " cetus dokter edwin tertawa kecil, dia lalu menyimpan dagunya di bahu nita.
"Apa kamu tahu apa artinya ketakutanku itu? " dia bertanya pada nita, "itu artinya cemburu! "
Nita menoleh ke arah dokter edwin dengan kedua alisnya yang terangkat dan anggukkan di kepalanya.
"Baru mengerti? " dia kembali bertanya pada nita.
Nita memperlihatkan senyuman kakunya, "baru mengerti "
"Saya minta maaf kalau kemarin sudah membuat dokter cemburu, tapi saya hanya bisa membuat pernyataan bahwa tidak ada ikatan khusus antara saya dan dokter axel "
"Jadi,,, " perkataan dokter edwin terhenti beberapa detik, "katakan seperti apa perasaanmu terhadapku? "
"Setelah kebersamaan kita yang sama sekali tidak di rencanakan "
Nita seketika kesulitan untuk berbicara, karena sampai dengan sekarang pun dia tidak mengetahui perasaan seperti apa yang ada di dalam hatinya untuk laki-laki itu.
Tidak ada dasar cinta pada awalnya, tetapi dia sama sekali tidak menolak setiap sentuhan yang di berikan oleh dokter edwin padanya.
Dia hanya merasa bahwa lelaki misterius itu sudah memperlakukannya seperti seorang ratu di dalam kehidupannya, dan menurutnya itu adalah bentuk nyata sebuah cinta sejati dari seorang laki-laki yang mencintainya. Walaupun dia tidak bisa mengujur sejauh mana ketulusan cintanya itu..