Kue Bulan
Kue Bulan
Dia terlihat menutupi bibirnya yang menguap ketika berada di sudut ruangan tempat keluarganya melakukan sebuah ritual keagamaan.
Dan mereka berdua berada di barisan terakhir hanya menghadiri dan menyaksikan saja.
Nita menggelengkan kepalanya, "kenapa dokter tidak ikut bergabung? saya tidak apa-apa menunggu saja disini "
Terlihat senyuman kecil di wajah dokter edwin, "keluargaku tahu kalau aku dan key ikut dengan keyakinanmu, jadi nanti sedikit-sedikit kami akan belajar mengikuti yang sering kamu lakukan "
Nita tertegun dia tidak dapat mengatakan apapun.
"Kamu tenang saja, mereka mengembalikan semua keputusan pada individu masing-masing " dokter edwin menanggapi dengan senyuman, "bukan cuma aku saja, ada saudari perempuanku juga yang sama dengan keputusanku "
Dia sedang berusaha untuk meyakinkan nita bahwa dia tidak perlu merasakan kekhawatiran tentang hal itu.
"Apa kamu yakin masih bisa ikut? " tanya dokter edwin, "aku takut kamu kelelahan saja karena tadi sebelum ikut acara ini kita sudah bergulat... "
"Dokter! " kedua bola mata nita membulat dan dengan cepat menutupi bibir dokter edwin dengan satu telapak tangannya agar tidak lagi membicarakan kejadian sebelumnya di luar.
Wajahnya berubah memerah lebih malu karena dia sudah bertindak tidak sopan seperti itu.
"Kita sedang di luar dokter " ucap nita seraya melepaskan tangannya, "jangan bicarakan itu "
Senyuman terlihat di wajah dokter edwin, nita yang menggunakan pakaian cheongsam berwarna biru langit dengan gaya rambut halo braid walaupun tanpa aksesoris tambahan membuat penampilannya terlihat memukau.
"Kenapa dokter melihatku seperti itu? " tanya nita dengan sikapnya yang salah tingkah di pandangi seperti itu oleh dokter edwin.
Dokter edwin tersenyum memandangi nita yang semakin lama hampir menuju sempurna seperti apa yang diinginkannya. Dia merasa hanya tinggal satu langkah lagi untuk membuatnya semakin sama dengan wanita di masa lalunya.
"Kamu cantik " dia memuji penampilan nita malam ini walaupun ketika mengatakan itu kedua matanya memandangi bulan yang malam ini bulat sempurna.
Nita merasakan merinding mendengar pujian dokter edwin padanya. Lelaki itu berbeda, setiap ucapan manis keluar dari mulutnya justru semakin memperlihatkan kemisteriusan akan kebenaran ucapan itu atau hanya sekedar di ucapkan karena semenjak mereka bersama nita sudah memenuhi semua kebutuhannya.
"Tahun ini kita punya anggota baru " nita diperkenalkan oleh ibu mertuanya ke seluruh anggota keluarga dokter edwin yang jumlahnya begitu banyak.
Dari mulai orang tua, remaja dan anak-anak duduk berkumpul dan duduk di malam hari dibawah bulan yang bulat sempurna.
"Semoga tahun depan akan ada anggota kecil baru " ucapan dokter edwin tersebut membuat suasana menjadi riuh seketika.
Nita terkejut dengan perkataan dokter edwin pada keluarga besarnya tanpa membicarakannya lebih dulu dengannya.
Mereka memang hidup bersama dalam ikatan pernikahan, tetapi ketika menyinggung tentang seorang anak dia sama sekali belum memikirkan
Hanya sebuah senyuman yang terlihat dipaksakan di wajah nita perlihatkan ketika semua anggota keluarga memandanginya.
"Makan kue bulan papa " ucap ayah mertua nita seraya memberikan kue miliknya padanya.
"Tadi papa sudah berdoa, semoga mama sama papa sehat dan bisa menemani kamu melahirkan "
Nita semakin tersudut dan dia tidak tahu lagi harus menjawab apa sekarang.
"Terima kasih, pa " akhirnya dia hanya bisa mengatakan ucapan terima kasih pada ayah mertuanya itu.
Beberapa detik yang lalu dia terenyuh karena merasa kehadirannya sekarang ini diterima dengan sangat baik walaupun mereka sangat berbeda.
"Makanlah " bisik dokter edwin pada nita, "kue itu buatan mama dan terkenal paling enak "
Nita menganggukkan kepalanya seraya memperlihatkan sebuah senyumannya ketika memakan kue bulan yang diberikan oleh ayah mertuanya.
"Mama hebat sekali membuat kue paling enak " puji nita setelah menghabiskan satu kue pemberian ayah mertuanya tadi.
"Makanya kamu harus sering datang kalau libur bekerja " ucap mama mertuanya, "nanti kita belajar membuat kue bulan paling enak "
"Kamu harus bawa nita kesini setiap akhir pekan " lalu dia berkata pada dokter edwin.
"Iya, ma "
Ini pertama kalinya dia berada di lingkungan yang berbeda tetapi begitu terasa hangat ketika semua keluarga berkumpul dan menceritakan semua yang sebutkan di dalam doa mereka tadi sebelum berkumpul.
"Jangan makan itu " dokter edwin mengambil potongan daging yang nita bawa ke dalam mangkuk yang berisi nasi.
"Bukannya kalian tidak boleh makan daging ini " sambungnya, dia lalu memberikan makanan lain di mangkuk nita.
Nita tersenyum mengerti menanggapi perhatian dokter edwin hingga ke hal-hal kecil yang biasa dilakukannya setiap hari.
"Mommie " ada suara bisikan key di telinganya ketika nita mencicipi makanan yang di berikan oleh dokter edwin tadi.
"Ya "
"Nenek punya tempat seperti kebun dan ada bangunan rumah jaman dulu di belakang " ucap key.
"Lalu? " tanya nita.
"Katanya disitu tempatnya angker sama seperti di rumah sakit! " nada ucapan key menggebu-gebu.
Nita lalu berbalik, dia melihat key dan dua keponakan perempuan yang usianya lebih muda dari key.
"Jadi? " nita kembali bertanya.
"Key bilang sama archi kalau mommienya itu pemberani " jawab salah satu keponakan dokter edwin bernama archi bicara pada nita.
"Iya " lalu ditanggapi oleh anak perempuan di samping nita yang bernama kirei.
"Key bilang mommienya pernah melawan hantu di rumah sakit " sambungnya, "hantu yang suka ngesot pakai baju putih! "
Nita memicingkan kedua matanya ke arah key yang terlihat menahan tawanya. Dia sudah menceritakan hal aneh yang sama sekali tidak pernah dilakukannya dan nita berharap tidak akan pernah melihat mahluk yang menyeramkan itu.
"Ayo auntie " ditariknya satu tangan nita oleh kirei.
"Kemana? " nita bertahan di posisi duduknya.
"Kita lihat mahluk seperti apa di rumah tua itu " jawab archi, "ayo mommie key, plis! "
Nita tidak lantas mengiyakan, dia memutarkan pandangannya berharap menemukan sosok dokter edwin.
Karena ketika dia bicara dengan anak-anak itu sosok yang dicarinya sudah tidak ada di dekatnya.
"Ayolah mommie " tarikan dari key kali ini ini tidak bisa membuat nita bertahan di duduknya.
"Aku sudah memuji mommie " bisik key pada nita membuatnya harus menarik nafas dalam-dalam.
Dia sama sekali tidak meminta key untuk memujinya apalagi sampai harus melakukan hal aneh memasuki rumah tua yang sepertinya sengaja tidak di berikan penerangan itu.
"Key " panggil nita.
Karena kali ini dia yang lebih tua berada di barisan pertama, dan ketiga anak kecil itu berada di belakang nita.
"Auntie " kirei bicara pelan, "coba buka pintu rumah itu! "
"Buat apa? " nita ikut bicara pelan, dia ketakutan melihat suasana gelap di depannya.
"Kami selalu dengar suara ketukan pintu dan seperti ada seseorang yang berjalan di depan " ucap archi.
'Kenapa kalian tidak punya pekerjaan lain! ' cetus nita dalam hatinya.
'Masih juga penasaran... ' sambungnya.
'Kalau tidak mengganggu jangan di usik! '
Mereka semua berhenti tepat di depan bangunan tua itu.
"Ayo auntie buka pintunya! " cetus kirei.
Nita mengerutkan dahinya, "buat apa? "
"Lebih baik kembali saja! " nita lalu berbalik tidak memenuhi permintaan semua anak-anak kecil nakal itu.
Tetapi sepertinya salah satu tangan dari ketiga anak itu telah membuka pintunya walaupun nita sudah melarangnya.
Terdengar suara menakutkan dari dalam ruangan yang gelap gulita.
"Auntie! " cetus kirei.
Nita yang juga mendengar suara tersebut terdiam lalu berbalik dan melihat sesuatu bayangan hitam berjalan ke arahnya dengan kedua matanya yang bersinar menakutkan memandangi nita sekarang ini.
"Anak-anak sebaiknya kita pergi... " belum sempat nita menyelesaikan perkataannya ketiga anak-anak itu sudah lebih dulu berlari cepat meninggalkan nita sendirian.
Kali ini setiap gerak-geriknya terus di awasi oleh bayangan hitam itu. Tubuhnya bergetar karena ketakutan sekarang ini...