cinta dalam jas putih

Delusi



Delusi

Dokter edwin membukakan pintu mobilnya untuk nita dan lalu masuk ke dalam mobilnya.     

"Dokter " panggil nita menoleh ke arah dokter edwin.     

Senyuman terlihat di wajah laki-laki itu, "aku baru sampai jadi tenang saja "      

Dia seolah tahu apa yang akan ditanyakan oleh nita kali ini.     

Karena dia memang baru, mungkin lebih tepatnya sudah dua puluh menit sebelum akhirnya memutuskan untuk menghampiri nita.     

Selesai melakukan praktek dia segera menjemput nita dengan cepat seperti seseorang yang sedang ketakutan akan kehilangan sesuatu.     

"Kita akan menghabiskan akhir pekan di tempat mama " ucap dokter edwin, "key sudah berada di rumah mama sekarang "     

"Ada acara apa dokter? "      

"Acara makan bersama kue bulan " jawabnya, "keluarga mama selalu melakukan tradisi itu turun temurun dan kita semua harus berkumpul "     

Nita tersenyum dia tertarik sekali mendengar acara seperti itu.     

"Apa yang harus aku lakukan? " tanya nita lagi, "soalnya aku pertama kali mengikuti acara itu "     

"Nanti sesampainya di rumah aku beritahu " jawab dokter edwin.     

Dia lalu begitu fokus pada bungkusan yang nita bawa.     

"Apa yang kamu beli? " dia bertanya pada nita.     

"Oh, ini " nita lalu mengeluarkan isi dari dalam bungkusan itu.     

Sebuah sweater hoody oversize berwarna coklat susu itu kepada dokter edwin.     

Terlihat tawa kecil dokter edwin, "dua jam hanya membeli satu barang? "     

"Tadi aku lihat bidan zhemi dan nayya membawa banyak bungkusan.. " sambungnya lagi, "apa uangnya tidak cukup? "     

"Bukan " dengan cepat nita menjawabnya dan memperlihatkan harga yang tertera di baju yang dibelinya, "ini harganya dua ratus ribu, kebetulan sedang diskon lima puluh persen jadi harganya lebih murah "     

"Lalu? "     

"Tangan saya cuma bisa mendapatkan sweater ini " jawab nita, "karena semua perempuan yang berjubel badannya lebih besar dan tinggi dari saya... "     

"Itu juga karena keberuntungan nayya menarik tangan dan memaksa saya untuk masuk ke kerumunan " sambung nita, "saya tidak tahan karena sesak jadi menyerah saja "     

Dokter edwin menutupi bibirnya dengan satu tangannya sambil terus fokus pada jalanan di depannya.     

Nita menyipitkan kedua matanya, "tertawa saja dokter tidak apa-apa, saya sudah biasa! "     

"Bukan begitu " dokter edwin berkilah, "kamu membuatku gemas! "     

Nita memaksakan dirinya untuk memperlihatkan senyuman di wajahnya sambil menyimpan kedua telapak tangan di bawah dagunya.     

"Aku kan boneka korea! " ucap nita mengedipkan satu matanya.     

Tawa kecil dokter edwin muncul, "tunggu kalau kita sampai dirumah "     

"Aku akan menggigitmu! "     

Nita terperanjat dan menggeserkan posisi duduknya menjauh dari dokter edwin dengan wajahnya yang memerah.     

Akhirnya nita memutuskan untuk diam karena malu mendengar perkataan nakal yang dilontarkan oleh dokter edwin padanya di sepanjang perjalanan.     

"Aku bantu, ma "      

Sesampainya di rumah mertuanya nita langsung menuju ke sebuah dapur dimana mama mertua dan dua adiknya sedang membuat sesuatu.     

"Jangan, kamu kan baru pulang kerja! " tolak mama mertuanya, "kamu istirahat dulu karena nanti malam kita harus berkumpul melihat bulan setelah sembahyang "     

"Kamu juga harus cicipin kue bulan buatan mama! "     

 Nita tersenyum lebar, "baik, ma "     

"Baju cheongsam punya kamu sudah mama simpan di kamar " ucapnya lagi pada nita sebelum dia pergi.     

"Terima kasih, ma "      

Nita lalu berbalik dan berjalan menuju ke kamarnya.     

"Aku lihat saja di google seperti apa acara makan kue bulan itu " dia segera mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam tas dan mencari apa yang ingin diketahuinya.     

"Ketemu! " ucapnya sambil tersenyum dan membuka pintu kamar.     

Dia melihat dokter edwin yang merebahkan tubuhnya di sofa dekat jendela kamar dengan kancing-kancing kemeja telah terbuka lagi-lagi memperlihatkan jajaran roti sobek paling menakjubkan.     

Nita menyimpan tas miliknya di meja rias dan kembali membaca sesuatu yang sedang dicarinya.     

"Jangan membaca sambil berjalan, nanti kepalamu pusing " ucap dokter edwin pada nita, "duduk disini "     

Nita melihat ke arah sofa yang ada di depannya dan memperkirakan berapa langkah untuk bisa sampai di sofa sambil membaca dan mengingat dimana posisi duduk dokter edwin dengan baik.     

Dokter edwin memperhatikan nita yang begitu fokus dengan apa yang sedang dibacanya sambil berjalan dan ketika berada di dekat sofa dia sengaja berpindah posisi dan membuat nita duduk di atas pangkuannya.     

Nita terkejut mengetahui dia duduk di atas pangkuan dokter edwin.     

"Dokter pasti pindah tempat duduk! " cetus nita, "tadi aku lihat dokter duduk di sebelah sana! "     

Dan lelaki itu hanya menanggapinya dengan tawa-tawa kecilnya melihat tingkah lucu nita.     

Dia menahan nita yang akan beranjak dari pangkuannya agar tetap duduk.     

"Apa yang kamu baca sampai seserius itu? " dia meraih kedua tangan nita yang memegang ponsel dan mencoba mencari tahu apa yang membuat wanita yang berada di pangkuannya itu tidak menghiraukannya.     

"Kamu mencari tahu tentang makan kue bulan bersama " ucap dokter edwin melihat layar ponsel nita.     

"Supaya aku tidak membuat dokter malu nanti " ucap nita pelan.     

"Itu seperti tradisi keluarga mama yang turun temurun dan tidak pernah terlewatkan " jelasnya, "malam nanti kita berkumpul sambil melihat bulan dengan sajian kue khas yang mama buat "     

"Biasanya mama dan bibi membuat kue bulan yang sangat banyak dan rasanya enak sekali, kamu harus mencobanya "     

"Iya, saya penasaran sekali karena ketika pergi ke dapur tadi wangi sekali "     

"Dokter ikut sembahyang juga nanti? " lalu nita melayangkan pertanyaan sambil terus membaca artikel yang dicarinya di ponsel.     

"Tidak " jawab dokter edwin, "aku sudah bilang pada mereka kalau aku ikut keyakinan kamu "     

Nita tertegun dan lalu berhenti membaca, dia menoleh ke arah dokter edwin yang berada di belakangnya.     

"Kenapa? " tanya nita.     

Senyuman lebar terlihat di wajah dokter edwin, "kenapa? ya,,,, aku memang harus memutuskan itu "     

"Salah satu dari kita harus ada yang mengalah dan aku sudah memutuskan untuk mengalah "     

"Tapi keluarga dokter,,, "     

"Mereka selalu mendukung apa yang sudah menjadi keputusanku " dia menyela perkataan nita.     

"Apa kamu sudah memeriksa berat badanmu? " tiba-tiba dokter edwin melontarkan pertanyaan aneh sekarang.     

"Belum " jawab nita seraya menggelengkan kepalanya dan terheran.     

"Karena kamu semakin berat duduk di pangkuanku! "     

Kedua mata nita membulat, "dokter! " dia memukul kecil tangan dokter edwin yang lagi-lagi dihiasi oleh wajahnya yang memerah.     

Dia lalu memutuskan untuk beranjak dari duduknya tetapi lagi-lagi dokter edwin menahannya.     

"Kamu mau kemana? " tanyanya.     

"Mandi " jawab nita.     

"Baiklah, ayo kita mandi! "     

"Kita? " suara nita bernada tinggi, "cuma saya saja dokter bukan kita! "     

"Dokter bisa mandi sendiri! " nita berusaha beranjak dari duduknya yang selalu di tahan oleh laki-laki itu.     

"Kita masih ada waktu beberapa jam lagi untuk berkumpul dengan keluarga yang lain " ucap dokter edwin sambil memeluk punggung nita.     

"Lanjutkan saja bulan madunya disini! "     

Tetiba di mengigit telinga nita dengan bibirnya, yang membuat wanita dalam pelukannya itu berbalik ke arahnya dan sekarang mereka berdua berhadapan.     

"Aku kan bilang tadi akan menggigitmu jika sudah sampai dirumah! " ucap dokter edwin yang kali ini satu tangannya merapikan rambut-rambut yang berjajar rapi di kening nita.     

Sepasang matanya menangkap indah warna amber dari mata nita yang terlihat sulit untuk berkedip.     

"Kamu mau di sofa atau di tempat tidur? "     

"Apa? " suara nita memelan dan tentu saja wajahnya terlihat sangat tegang karena terus dipandangi oleh dokter edwin.     

Senyuman merekah terlihat di wajah dokter edwin.     

"Aku tahu sendiri jawabannya! "      

Kekuatan seorang lelaki terlihat jelas kali ini, dia tahu nita yang berada dalam dekapannya itu benar-benar polos dan sangat pemalu dia sama sekali belum memiliki pengalaman yang lebih jauh tentang bercinta.     

Dengan kedua tangannya dia memangku tubuh nita dan membawanya ke tempat tidur.     

Ada hal yang membuat perasaan dokter edwin selalu merasakan senang, karena ketika memeluk dan menciumi wanita yang berada dalam dekapannya itu dia merasa seperti melakukannya pada seorang wanita bernama kanita...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.