Jatuh Hati
Jatuh Hati
Sepulang bekerja tadi dia terlihat baik-baik saja, tetapi ketika key ingin mengetahui apa yang sedang dimasak oleh nita luka lebam itu terlihat jelas walaupun tidak terlalu besar.
Nita menyimpan satu jarinya di depan bibirnya meminta key agar tidak membicarakannya lagi apalagi sampai dokter edwin mendengarnya. Dia tidak mau mendapatkan omelan ataupun dipindahkan ke ruangan lain setelah tahu lukanya.
"Apa jangan-jangan daddy yang memukul mommie? " key berbisik pada nita sekarang nita.
"Bukan " nita berusaha membuat key tidak membicarakan tentang lukanya lagi.
"Ini hanya kecelakaan kecil di tempat kerja " nita lalu menjelaskannya masih dengan suara yang berbisik pada key.
"Aku pikir daddy yang melakukannya! " key terlihat lega ketika tahu luka itu bukan di sebabkan oleh ayahnya.
Karena dia tidak pernah melihat ayahnya itu melakukan kekerasan dan bicara kasar pada wanita, termasuk pada mantan istrinya dulu yang berada di china.
"Apa sakit sekali? " key mengusapkan jarinya di luka lebam pipi nita.
Nita yang tengah memasak itu seketika berhenti dan tersenyum melihat sikap key yang begitu peduli padanya.
"Ini cuma luka kecil " ucap nita, "aku pernah dapat luka yang lebih menyakitkan dari ini, tapi terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku "
"Aku khawatir akan merubah wajah mommie " ucap key, "kalau nanti membuat mommie jadi jelek terus malah membuat daddy cari wanita cantik yang lain nanti membuat aku harus adaptasi lagi dengan mommie yang baru! "
"Key! " nita menyipitkan kedua matanya dengan wajahnya yang berubah menjadi kesal karena key memperoloknya.
Dia mematikan api terlebih dulu sebelum melancarkan pembalasannya pada key.
Key sudah lebih dulu tahu apa yang akan nita perbuat padanya, sebelum dia berlari key masih sempat menjulurkan lidahnya ke arah nita.
"Dasar usil!! " nita lalu mengejarnya dan mencoba membalas key yang berlari ke arah ruang keluarga.
Dia berhasil mengejar key yang sedang berdiri di ruang keluarga sambil memegang dua sapu di tangannya.
"Ayo duel " key memaksa nita memegang satu sapu yang di bawanya.
"Pembalasan seorang kesatria! " nita lalu memperlihatkan gagang sapu yang dipegangnya seperti layaknya pedang prajurit yang akan melawan musuh di medan tempur.
"Baiklah, kalahkan aku! " key mengikuti perkataan nita dan berubah menjadi ksatria berpedang dan menerima tantangan dari nita.
Mereka berdua mulai melakukan adegan peperangan dua pedang seperti yang ada di adegan film laga sekarang ini. Pertarungan keduanya begitu sengit dan sama-sama unggul. Nita pernah bermain seperti ini ketika kecil dulu dengan semuanya teman laki-laki.
"Key! " ditengah pertarungan mereka yang masih bisa mempertahankan diri harus terhenti ketika sosok dokter edwin muncul menghentikan duel dua ksatria berpedang itu.
"Mommie hebat, dad " ucap key, "dia bisa melawan key dan belum kalah "
Dokter edwin harus menarik nafasnya dalam-dalam melihat key yang mengajak nita berduel seperti itu.
Tapi karena usia mereka berdua pun masih muda membuatnya harus menyadari akan seperti ini key memperlakukan nita. Dia baru menyadari bahwa di sikap tenang dan baik key dia memendam rasa kesepiannya membutuhkan seseorang yang bisa dijadikannya sebagai teman ketika berada di rumah.
"Daddy lihat mommie " key berusaha menunjukkan luka lebam di pipi nita tetapi dengan cepat dia menutup mulut key dengan satu tangannya dan lalu memaksa key untuk ikut dengannya ke suatu tempat.
Dokter edwin lagi-lagi hanya bisa menanggapinya dengan senyuman melihat keduanya.
Dia belum sempat mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh putranya itu tetapi nita telah lebih dulu membawanya pergi dari hadapannya.
"Jangan sampai aku ketahuan seperti ini! " ucap nita sambil bercermin melihat lebam di wajahnya itu.
Dan dia kembali mengingat kejadian memalukan siang tadi di tempatnya bekerja.
"Saya tahu perlakuan kasar tadi sangat keterlaluan... " dia mengingat ucapan wanita yang memukul dan menarik rambutnya setelah putrinya melahirkan.
"Saya hanya bisa mengucapkan permintaan maaf " sambungnya, "atau bila perlu saya bersujud sebagai permintaan maaf saya "
"Jangan, bu " nita menahannya, "saya tidak apa-apa, mungkin jika saya berada di posisi ibu kemungkinan besar saya akan kesal seperti itu "
"Saya hanya mohon pada ibu untuk tidak menyulitkan pekerjaan semua teman saya disini dan juga dokter edwin " nita tersenyum tipis.
"Dokter edwin juga mengatakan hal seperti itu tadi sebelum saya bicara dengan kamu " ucapnya, "dia ingin menjaga nama baikmu sebagai istrinya "
Nita tertegun mendengar perkataan wanita itu dan merasakan sesuatu yang membuat hatinya bergetar dan terenyuh mendengar bahwa dokter edwin mengakuinya sebagai wanita yang menjadi pendampingnya dan tidak mau melihatnya diperlakukan tidak baik oleh siapapun.
Terlebih ketika tiba-tiba dia teringat ketika dokter edwin memegang tangannya yang gemetar ketika akan melakukan pemeriksaan dan mencoba menenangkannya. Dia seolah sedang meyakinkan nita bahwa semua tidak dilaluinya sendirian.
"Kenapa orang keren itu selalu melakukan hal yang membuat wanita terpesona! " celetuk nita yang kali ini mengakui bahwa beberapa jam yang lalu dia telah jatuh hati pada laki-laki yang usianya lebih dewasa darinya.
Nita lalu menertawakan dirinya sendiri setelah mengatakan sesuatu hal yang tidak disadarinya terucap begitu saja.
Dia mendengar suara seseorang yang membuka pintu kamarnya dengan cepat nita beranjak dan hendak bersembunyi di balik selimut sebelum dokter edwin melihat wajahnya.
"Berhenti! " cetus dokter edwin menghentikan langkah nita yang telah sampai di ujung tempat tidur.
Nita berdiri mematung sambil sesekali memejamkan kedua matanya, dia masih membelakangi dokter edwin yang sedang berjalan ke arahnya.
"Sekarang berbalik! " setiap perkataannya itu seperti sebuah perintah untuk nita sekarang.
Nita yang mendengarnya dengan jelas sekali berbalik perlahan dan memperlihatkan senyumannya ke arah dokter edwin. Dia melihat laki-laki itu membawa ice bag di tangannya.
"Dokter mau aku ambilkan teh hangat sebelum tidur? " nita membuatkan sebuah penawaran yang selalu dokter edwin lakukan sebelum tidur.
"Tidak perlu " jawabnya pendek, "sekarang duduk "
Nita lalu dengan cepat menuruti semua perintah itu dan duduk di atas tempat tidur diikuti oleh dokter edwin yang duduk disampingnya dan berhadapan dengannya.
Dia menempelkan ice bag yang dibawanya itu di pipi nita yang lebam karena mendapat pukulan di kejadian tadi siang.
"Masih sakitkah? " tanyanya pada nita.
Nita menggelengkan kepalanya, dia yang beberapa waktu lalu sudah mengakui terpesona oleh setiap tindakan dokter edwin yang lelaki sejati semakin terjerembab dengan perhatian yang di dapatnya.
Terlihat senyuman tipis di wajah dokter edwin melihat jawaban yang nita berikan.
"Kamu itu mungkin kena karma " ucap dokter edwin masih terus memegangi ice bag yang berada di pipi nita.
"Karma? " nita mengerutkan dahinya.
"Dari pencopet handphone yang kamu pukul memakai tas beberapa hari yang lalu! " dia mengingatkan nita pada aksi heroiknya mengembalikan ponsel milik dokter yang tidak dikenalnya.
Wajah nita seketika memerah dan memaksakan senyumannya, "ternyata setiap tindakan itu ada balasannya "
Tawa kecil dokter edwin muncul melihat sikap lucu nita.
Dia meletakan ice bag untuk mengompres itu di meja di samping tempat tidur.
"Apa aku harus membawamu ke poliklinik dan menjadi asistenku? " dia berkata seraya mengusap lebam di pipi nita dengan jari telunjuknya dan kedua matanya yang fokus pada lingkaran berwarna biru itu berada di kulit nita yang halus.
"Jangan dokter " nita menolaknya, "saya mohon berikan saya kesempatan di ruangan ponek satu kali lagi "
"Saya berjanji tidak akan teledor dan tidak melakukan kesalahan lagi " sambungnya.
Terlihat tarikan nafas yang dalam dari dokter edwin mendengar janji nita.
"Kalau terjadi lagi seperti ini, aku akan memindahkan pekerjaanmu ke panti jompo saja! "
Nita menaikkan kedua alisnya dan lalu tawanya muncul mendengar ancaman dari dokter edwin padanya jika dia melakukan kesalahan.
Kedua mata mereka saling bertemu sekarang, nita melemparkan senyumannya dan lalu tertunduk karena tidak dapat menahan indahnya tatapan kedua mata dokter edwin padanya.
"Terima kasih dokter " ucap nita.
Mendengar itu senyuman muncul di wajah dokter edwin
"Terima kasih saja? " dokter edwin bertanya pada nita.
"Apa? " nita tertegun mengangkat wajahnya dan lalu terdiam tidak melanjutkan perkataannya.
Jari dokter edwin yang masih berada di pipi nita itu mengusap lembut pipi nita.
Dia merasakan kelembutan kulit wajah nita sekarang ini yang lalu berpindah ke bibir tipis milik wanita muda yang ada di hadapannya itu.
"Aku akan memberikanmu hukuman " ucap dokter edwin pelan mendorong tubuh nita ke tempat tidur.
Nita terkejut karena seketika dia mendapati tubuh dokter edwin sudah berada di atas tubuhnya sekarang ini.
"Rencana akhir pekan nanti aku ganti karena kamu sudah membuat pikiranku kacau hari ini karena mencemaskanmu " sambungnya.
Dia lalu memegangi kedua tangan nita yang sedikit memberontak.
"Aku mengaku kalah " dia lalu berbisik ke telinga nita.
"Aa,,,pa,,, maksudnya? " nita bicara terbata-bata.
Matanya di tatap lekat oleh dokter edwin kali ini, dan dia semakin menjadi dekat dengan nita.
"Aku tidak bisa menahannya! " setelah dokter edwin berkata dia mencium bibir nita dengan begitu lembut.
Nita tertegun ketika melihat laki-laki itu terlihat membuka satu persatu kancing kemejanya dan tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun. Dan sekarang terlihat jajaran roti sobek para oppa-oppa korea yang sering dilihatnya drama korea.
Nafasnya terdengar jelas di telinga nita membuat semua bulu kuduknya berdiri dan dia tidak tahu harus melakukan apa sekarang karena dia tidak pernah tahu bahwa malam ini dia akan kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya.
Dokter edwin berhenti bergerak ketika melihat nita yang meringis seperti menahan sebuah rasa sakit.
"Apa aku menyakitimu? " tanya dokter edwin pada nita dengan memelankan suaranya.
Nita menoleh ke arah dokter edwin yang sedari tadi mengawasinya dan memberikan sebuah jawaban dengan gelengan kepalanya.
"Aku minta maaf karena memaksamu malam ini " dia kembali berucap dan hendak beranjak dari tubuh nita.
Tetapi sesuatu hal mengejutkannya, dia melihat kedua tangan nita yang tiba-tiba melingkar di lehernya dan menahannya membuat dokter edwin tetap berada di posisinya.
"Apa kamu yakin? "
Dan nita pun hanya menjawab dengan anggukkan kepalanya tidak melepaskan pandangannya.
Terlihat olehnya senyuman di wajah dokter edwin.
"Aku akan berusaha lebih lembut " dia berbisik di telinga nita dan lalu kembali memberikan sebuah ciuman di bibir nita.
Setiap ucapan dokter edwin membuat nita seperti kehilangan kesadarannya dan melumpuhkan semua kekuatannya malam ini..