cinta dalam jas putih

Wanita Dalam Doa



Wanita Dalam Doa

"Jangan pernah melawan pencopet! " ucap dokter edwin ketika nita masuk ke dalam mobil.     

Nita memperlihatkan tawa kecilnya yang begitu dipaksakan karena ternyata dokter edwin melihat tindakannya tadi.     

"Beruntung mereka tidak bawa senjata dan membalasmu " lagi-lagi dokter edwin berkata sambil terus mengawasi nita.     

"Iya, dokter maaf " ucap nita pelan, "tadi itu saya takut dokter tadi sedang bicara hal penting di telepon "     

"Mungkin tentang pasiennya atau keluarganya " sambung nita, "coba dokter bayangkan kalau dia sedang bicara dengan keluarganya dan terjadi sesuatu itukan pasti penting sekali "     

Dokter edwin hanya terus memandangi nita yang mengatakan semua alasannya dan lalu mendekat ke arah nita yang duduk disampingnya. Dengan senyuman tipisnya dia menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan nita yang seolah tidak takut dengan bahaya.     

"Dokter mau apa? " nita terkejut ketika sosok dokter edwin begitu dekat sekarang ini.     

Dia ketakutan sekali jika laki-laki itu tiba-tiba saja kembali mencium bibirnya di mobil.     

"Memasang sabuk pengaman " ucap dokter edwin sambil tertawa kecil dan terus menatap mata nita.     

Wajah nita seketika memerah, "saya bisa pasang sendiri "     

Lalu dengan cepat kedua tangan nita memasang sabuk pengaman dan memandang ke arah depan tanpa sedikitpun menoleh ke arah sampingnya dimana dokter edwin yang masih menertawakannya.     

"Besok kamu rotasi ke ruangan ponek " ucap dokter edwin di tengah perjalanan pulang mereka.     

Nita mengerutkan dahinya dan akhirnya menoleh ke arah sampingnya.     

"Secepat itu dokter? "      

"Iya " jawabnya pendek.     

"Kenapa? " nita lalu kembali bertanya.     

"Tidak apa-apa "      

Nita semakin memperlihatkan wajahnya yang kebingungan dengan keputusan yang begitu cepat itu.     

Tetapi melihat perlakuan magha padanya tadi membuat nita merasa mungkin lebih baik berada di tempat yang tidak ada sosok senior itu.     

Walaupun ini aneh baginya, hanya satu hari berada di ruang bersalin dan harus kembali pindah ke ruangan lain. Tetapi semua itu bisa dengan mudah dia dapatkan hanya karena keputusan dokter edwin yang diapun tidak tahu alasannya.     

"Ada apa dokter? " tanya nita ketika sedari tadi di perjalanan pulang kerumah dia memergoki dokter edwin yang terus menerus memandanginya.     

Dan ketika mereka sudah sampai dan makan bersama pun nita merasa dokter edwin terus saja memberikan tatapan aneh yang kedua matanya itu seolah sedang bicara padanya bahwa ada sesuatu yang ingin ditanyakannya pada nita.     

"Tidak ada apa-apa " jawab dokter edwin sambil melanjutkan membaca buku dan meneguk air putih dari gelas yang tersimpan di meja kecil disamping tempat tidurnya.     

"Aku pikir dokter mau melanggar janji " nita berkata pelan sekali sambil membelakangi sosok dokter edwin dan menyembunyikan diri di dalam selimut.     

"Melanggar janji apa? "      

Nita dengan cepat berpura-pura menutup matanya dan lalu berkata.     

"Lupakan saja dokter " nita dengan cepat menutupi wajahnya dengan selimut.     

Tawa kecil dokter edwin muncul dia tahu apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh nita sekarang ini hanya karena dia terus menerus memandanginya.     

"Kamu tenang saja, aku tidak akan melanggar janji " ucap dokter edwin, "kamu sengaja mengingatkan aku rencana akhir pekan kita kan? "     

"Saya sudah tidur dokter! " suara nita terdengar dari balik selimut yang dipakai untuk menutupi wajahnya.     

Sepertinya dia sudah tidak bisa lagi fokus dengan buku yang dibacanya malam ini walaupun sebenarnya buku itu hanya pelampiasannya agar tidak bertanya tentang axel pada nita sekarang ini.     

Dia lalu berbaring di samping nita sambil melihat wanita itu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.     

"Kita buat perjanjian malam ini " ucap dokter edwin pada nita yang tidur membelakanginya.     

"Baiklah katakan saja "      

"Setidak suka apapun kita ataupun sedang marah kita tidak boleh tidur saling membelakangi " ucapnya, "lagipula aku juga tidak akan melakukan hal aneh sebelum akhir pekan besok! "     

Nita yang masih membelakangi sosok dokter edwin terlihat begitu enggan merubah posisi tidurnya sekarang ini. Karena dia takut akan menjadi gila ketika laki-laki itu mulai menciumnya lagi yang selalu membuatnya lupa dan terbuai oleh sentuhan lembut itu.     

Tapi jika dokter edwin sudah mengatakannya itu artinya adalah sebuah perintah yang harus dia lakukan.     

"Baiklah... " nita akhirnya menyerah dan berbalik.     

Kali ini keduanya saling berhadapan dengan satu guling yang berada di tengah-tengah mereka sebagai penghalang.     

Dan keduanya tidak mengatakan apapun lagi, dokter edwin terdiam memandangi wajah nita yang memejamkan matanya.     

Dia tidak tahu apa yang tiba-tiba membuatnya merasakan hidupnya telah berubah beberapa minggu ini, dan itu setelah wanita yang selalu bertingkah lucu dan tertidur disampingnya hadir dalam kehidupannya dan key yang tuhan munculkan setelah mendengar doanya.     

"Memang benar kalau kita itu tidak boleh asal berucap ketika sedang merasa sedih... " ucap dokter edwin pelan dengan kedua matanya yang masih memandangi nita yang tertidur disampingnya.     

Dia ingat apa yang dulu pernah dikatakan olehnya ketika merasa kecewa karena tidak dapat memiliki kanita.     

'Aku hanya berharap tuhan memberikan wanita yang sama sepertimu di kehidupan yang akan datang... ' dulu dia pernah berharap sampai kapanpun akan tetap bisa memiliki kanita, wanita yang sudah membuatnya jatuh hati walaupun dia telah bahagia bersama dengan yoga sampai dengan sekarang.     

Dan tiba-tiba bertemu dengan cara yang tidak terduga dan dipersatukan dengan cara yang walaupun memberi kesan memaksa tetapi perlahan justru membuatnya merasa harus memiliki wanita yang ada di sampingnya itu.     

"Tetapi kenapa harus axel yang aku rasa akan mengancam kehadiranku? " dia lagi-lagi bertanya pada hatinya.     

Sambil terus mengawasi nita yang masih terpejam tidak bergerak sedikitpun di sampingnya. Senyuman dokter edwin muncul ketika melihatnya begitu terlelap karena sudah melewati hari yang melelahkan.     

"Nika " panggil dokter edwin pagi ini pada bidan yang menjadi kepala ruangan ponek.      

Dia lalu melirikan bola matanya ke arah nita yang sedang berbicara dengan kedua rekan barunya.     

"Siap dokter " ucapnya, "pasti nita akan betah berada di ruangan ini "     

Dokter edwin tersenyum kecil, "kamu tegur saja dia jika melakukan kesalahan, jangan terbebani karena saya "     

"Saya akan berusaha nita tidak akan membuat kesalahan "      

"Terima kasih "      

Dia lalu meninggalkan stafnya bernama nika itu dan nita di ruangan barunya.     

"Ternyata snowman juga bisa khawatir pada istrinya! " cetus nika seperginya sosok dokter edwin dari hadapannya mengeluarkan senyuman.     

Dia lalu menghampiri nita yang sedang berbicara dengan dua rekan barunya nayya dan zhemi.     

"Kamu sudah tahu dimana letak obat dan alatnya? " dia bertanya pada nita.     

"Sudah, bu " nita menganggukkan kepalanya.     

"Kamu harus ingat, pekerjaan kita bukan untuk sekedar hadir lalu duduk di ruangan sampai waktu pulang datang " nita diberikan sebuah nasehat sebelum dia memulai pekerjaannya, "tapi kita di tuntut untuk berpikir sesuai dengan ilmu yang kita pelajari, mengambil keputusan dan tindakan cepat "     

"Itulah pekerjaan kita "     

"Iya bu " nita menganggukkan kepalanya sambil menatap kagum pada kepala ruangan tempat bekerjanya sekarang ini.     

Dia selalu senang mendapatkan semua nasehat dari orang-orang yang sangat hebat untuk memotivasi setiap pekerjaan yang dilakukannya.     

"Kamu saudara dokter edwin? " tanya zhemi ketika kepala ruangan mereka telah pergi.     

"Saudara " nita mengucapkan itu dengan tawa kecil yang dipaksakannya.     

"Pantas saja kamu teh punya kulit yang sama glowing kayak dokter edwin " kali ini nayya yang bicara pada nita dengan logat sundanya yang khas.     

"Mata kamu juga cantik warnanya " sambung nayya, "kamu teh blesteran atau asli indonesia? "     

"Turki " jawab nita sambil tertawa kecil.     

"Tuh bener kan zhe, dia orang turki! " cetus nayya.     

"Turunan kidul maksudnya " nita lalu meralat jawabannya tadi, "asli lah, aku bukan blesteran manapun cuma kebetulan saja warna matanya aneh "     

Kedua teman barunya seketika tertawa mendengar jawaban nita.     

"Jadi bukan softlens itu? " tanya zhemi.     

Nita menjawabnya dengan gelengan kepala, semua teman-temannya memang selalu menanyakan hal yang sama ketika bertemu dengan nita untuk pertama kali.     

"Bukan " jawab nita pendek.     

Pembicaraan ketiganya terhenti ketika melihat perawat dari zona kuning instalasi gawat darurat membawa sebuah blankar dengan pasien yang meringis kesakitan menuju ke arah ponek.     

"Dokter jaga bilang minta konsul dokter kebidanan " ucap perawat itu sebelum melakukan hand over pasien dengan zhemi.     

"Pasien apendic konsul ke kebidanan itu pasti ada sesuatu " bisik nayya pada nita.     

Nita memandangi pasien yang sedang meringis kesakitan itu dengan posisinya yang miring ke kiri tidak menghiraukan nayya yang bertanya padanya.     

Dia menatap kedua matanya dan tersenyum kecil seraya memegang satu tangannya.     

"Kamu harus tenang " ucap nita pelan, "kami akan mencoba menghilangkan rasa sakitnya "     

Dia berpikir di usia muda pasiennya itu pastilah terkadang merasakan rasa sakit yang hebat karena premenstrual syndrome.     

"Apakah sakit sekali disini? " lalu satu tangan nita berpindah ke perut pasiennya itu untuk beberapa detik terdiam dan memandangi kembali ke arah pasiennya.     

"Aku lapor dulu zhemi tanda-tanda vitalnya " setelah nayya berucap dia meninggalkan nita dan pasien tersebut berdua saja.     

Nita berjalan tergesa-gesa ke arah zhemi dan nayya yang sedang menuliskan laporan untuk memindahkan pasien ke ruang perawatan.     

"Zhe, pasien itu mau partus! " ucapan nita membuat kedua teman barunya itu terdiam dan kembali membaca status pasien yang mereka pegang.     

"Pasien itu bukan kolik tapi hamil dan aku melihat sesuatu... "     

"Dasar pekerja bodoh! " belum selesai nita melaporkan apa yang dilihatnya seorang wanita paruh baya menarik tangannya dan menghadap ke arahnya.     

"Hati-hati kalau bicara! " dia kembali bicara dengan wajah marahnya pada nita dengan melayangkan sling bag hitam bermerk ke arah pipinya.     

"Nita!! " kedua temannya berteriak dan menghampiri nita yang baru saja mendapatkan sebuah hantaman tas oleh seseorang yang mereka tidak kenal....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.