Ponsel Dan Masa Lalu
Ponsel Dan Masa Lalu
Nita terlihat sibuk merapikan seragam yang akan dipakainya besok di tempat barunya untuk bekerja, dan membiarkan ponselnya terus berdering.
"Ponsel siapa yang berbunyi? " key yang tiba-tiba masuk ke ruangan tempat nita menyetrika seragamnya dan meraih ponsel nita yang telah berhenti berdering.
Terlihat key yang tidak sopan dan tidak sengaja menekan tombol yang membuat ponsel itu menyala dan membuka sebuah penyimpanan foto.
"Ponsel momieku sudah ketinggalan jaman sekali " ucapan key itu di dengar oleh nita dan segera menoleh ke arah key yang sudah memegang ponselnya.
"Key itu ponselku! " cetusnya.
Dia tidak mau key memegangnya apalagi sampai melihat apapun yang ada didalam ponsel itu, karena menurutnya itu adalah sebuah privasi miliknya.
"Wah, jadi ini mantan pacar mommie! " cetus key menaikkan satu tangannya yang memegangi ponsel agar nita tidak bisa mengambilnya.
Sayangnya walaupun key masih duduk di sekolah menengah atas, tinggi badannya melebihin nita yang sudah tergolong wanita dewasa.
"Ternyata dia dokter juga sama dengan daddy! " key tertawa kecil melihat foto laki-laki yang mengenakan jas putih dokter dan dengan cepat melesat meninggalkan nita.
"Key!!! " teriak nita.
Dia mengejar key yang membawa ponsel miliknya dan telah berhasil melihat satu-satunya foto yang lupa dihapusnya.
Mereka berdua saling berkejaran di ruang keluarga dimana dokter edwin tengah membaca buku.
Keduanya berlarian memutari kursi yang dipakai oleh dokter edwin membaca, seperti sepasang adik-kakak yang berebut mengambil mainan.
"Key " panggil dokter edwin ketika melihat dia sedang melihat key yang selalu membuat nita kesal ketika berada di rumah. Mereka terlihat seperti tom and jerry yang tidak pernah akur.
"Daddy lihat pacar mommie " ucap key pada ayahnya dan lalu duduk di samping ayahnya yang sedang membaca.
"Dia terlihat seperti kakaknya yunna! " key lalu memperlihatkan foto tersebut pada ayahnya.
Nita terlambat, ketika dia hendak mengambilnya dokter edwin sudah melihat sosok yang berada di ponsel miliknya itu, lalu berganti menatap ke arah nita.
Lalu senyumannya muncul, "key, dia itu dulu satu tempat pekerjaan dengan mommie kamu "
"Daddy juga pernah bertemu dengannya " sambungnya, "jadi menyimpan foto seseorang itu bukan berarti orang tersebut adalah masa lalu mommie kamu! "
"Ini kak axel kan daddy? " tanya key.
"Iya itu dokter axel, kakak temanmu yunna " jawab dokter edwin.
Dia lalu meraih ponsel milik nita dan mengambil ponsel miliknya.
"Sepertinya ponsel kamu ini sudah ketinggalan jaman " ucap dokter edwin tanpa melihatvke arah nita yang masih berdiri di hadapannya.
Key melebarkan senyumannya melihat sesuatu yang ayahnya lakukan di ponsel.
"Keren! " pekiknya, "mommie dapat ponsel baru dari daddy!! "
"Apa? " nita mengerutkan dahinya tidak percaya dengan apa yang key katakan sekarang ini.
"Daddy sedang membelikan ponsel terbaru untuk mommie dan beberapa jam lagi pasti akan dikirim oleh kurir! " ucap key.
Nita terdiam dan wajahnya terlihat kaku sambil memandangi ponsel miliknya yang sudah berada di tangan dokter edwin sekarang ini.
Dia harus merelakan ponsel miliknya itu di pegang oleh dokter edwin dan lagi karena tidak ada keberanian sedikitpun untuk memintanya kembali padahal ponsel itu adalah miliknya sendiri.
Nita merasa hanya dengan melihat tatapan itu dia seolah tahu artinya bahwa dia tidak boleh mengambil kembali ponselnya yang telah tersita itu.
"Ponselmu sudah datang " ucap dokter edwin ketika nita masuk ke dalam kamar dan melihat sosok dokter edwin yang sudah terduduk di sofa yang berada di dekat jendela kamar mereka dengan satu ponsel di sampingnya.
Nita berjalan pelan menghampiri sosok dokter edwin yang sedang mengawasi langkahnya sekarang ini.
"Kamu harus ingat " ucap dokter edwin, "aku tidak akan pernah bertanya tentang masa lalumu, siapa mantan pacarmu, apa saja yang sudah pernah kalian lakukan "
"Tapi untuk sekarang selama kita terikat pernikahan, kamu tidak boleh memiliki laki-laki lain " sambungnya, "seperti aku juga yang sudah memperingati diriku sendiri kalau aku adalah seorang suami sekarang ini dan tidak boleh memiliki wanita lain "
"Karena aku tahu axel itu sudah bertunangan dengan ellen dan aku berpikir jika dulu kalian memiliki sebuah hubungan ketika bertugas di tempat yang sama itu artinya... "
"Saya tidak memiliki hubungan apapun dengan dokter axel dulu " sela nita, "dan foto itu hanya kebetulan saja belum terhapus "
"Saya hanya berteman saja dengan dokter axel, dan juga saya pernah bertemu dengan dokter ellen "
Dokter edwin tersenyum tipis, "duduklah "
Nita berjalan perlahan dan duduk di samping dokter edwin.
Dia tidak tahu apa yang membuatnya tiba-tiba begitu tertarik memandangi wanita muda yang tengah berjalan ke arahnya.
"Besok adalah tempat barumu bekerja " ucapnya pada nita, "dan tempat itu tidak sama dengan tempat lamamu "
"Kamu harus menjadi kuat, bertahan dengan kekuatanmu sendiri " sambungnya, "karena tempat dimana kamu bekerja sebenarnya bukan aku penanggung jawabnya "
"Iya dokter " nita mengaggukkan kepalanya.
"Aku sudah memasukkan nomor ponselmu, jadi ketika kamu selesai bekerja hubungi aku "
"Saya tidak boleh pakai motor dokter? " tanya nita.
"Tidak boleh " jawabnya tegas.
Nita menarik nafasnya sambil memainkan bibirnya karena tidak mendapatkan sebuah ijin untuk pergi ke tempat kerja sendirian.
Dokter edwin tersenyum melihat raut kekecewaan di wajah nita sekarang ini. Tetapi ada yang membuatnya merasa tertarik ketika nita menggigit bibir tipisnya sendiri.
"Apa kamu marah karena tidak mendapat ijin dariku? " tanya dokter edwin pada nita.
Nita lalu tersenyum tipis, "tidak apa-apa dokter, saya kan tidak boleh marah "
"Nanti banyak keriput di wajah! " sambungnya seraya memperlihatkan wajah yang terlalu imut di mata dokter edwin.
Melihat senyumannya itu membuat sebuah dorongan yang secara tiba-tiba muncul memerintahkan padanya untuk lebih mendekat ke arah nita dan memberikan sebuah ciuman di bibir tipisnya itu.
Yang lagi-lagi membuat wajah nita memerah karena mendapatkan ciuman itu.
'Sekarang ini dokter senang sekali mencium bibirku! ' ucap nita dalam hatinya.
Karena sikapnya yang lembut membuat nita tidak bisa memberikan penolakan terlebih lagi sekarang ini dia sudah mendapatkan sebuah hadiah ponsel baru yang belum pasti bisa dia beli dengan uangnya sendiri.
"Kamu setuju dengan pernyataanku tadi? " tanya dokter edwin menatap lekat sepasang mata indah nita.
"Baiklah, saya akan ingat itu " ucap nita pelan.
Karena dia tahu akan menjadi sangat salah tingkah ditatap seperti itu oleh dokter edwin dengan cepat dia mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Aku harus masak sekarang " dan lalu beranjak dari duduknya.
Dia berencana untuk keluar dari kamar sekarang agar tidak terus terpesona oleh aura keren dokter edwin di hadapannya.
Tetapi sepertinya dia tidak bisa keluar dari kamar karena kedua tangan dokter edwin sudah lebih dulu menahannya dan mengunci nita.
"Aku sedang ingin makan daging " ucap dokter edwin tepat di belakang nita.
Suaranya terdengar jelas di telinga nita karena posisinya begitu dekat sekarang ini.
"Bukannya dokter tidak suka daging merah? " tanya nita dengan gemetar, dia terlalu salah tingkah ketika dokter edwin begitu dekat dengannya.
"Daging ini " jawabnya.
Lalu tiba-tiba dia mengigit pundak nita dengan pelan, yang menimbulkan rasa geli dan bukan kesakitan.
Nita terperanjat, dan berbalik arah membuat dia harus berada begitu dekat dengan dokter edwin sekarang ini.
"Dokter mau makan daging perempuan? " pertanyaan nita tersendat-sendat.
Senyuman muncul di wajah dokter edwin mendengar pertanyaan nita.
"Tadinya memang mau memakanmu, tapi kamu besok harus bekerja " ucapnya, "jadi kita tunda saja "
"Kamu tidak marah kan? " dan pertanyaan yang menggoda nita pun dia layangkan.
Wajah nita lagi-lagi memerah, "saya tidak marah dokter "
"Lagipula tidak mengerti apa yang dokter katakan tadi " sambung nita berpura-pura.
Dokter edwin tertawa kecil, "tapi akhir pekan besok kamu tidak bisa membuat alasan lagi, kita akan melakukan malam pertama "
"Aku itu laki-laki, jadi kamu jangan percaya kalau selama ini tidak pernah tergoda dengan wanita muda yang setiap malam tidur di sampingku dan mandi di kamar mandi yang sama walaupun aku tidak melihatnya! "
Nita terdiam bersamaan dengan menelan ludahnya bulat-bulat mendengar pernyataan itu.
"Bagaimana? "
Nita memaksakan diri untuk tersenyum, "bagaimana apa? "
"Tentang rencana akhir pekan besok " jawab dokter edwin.
"Sabtu besok? " nita kembali bertanya.
Dan dokter edwin menjawabnya dengan senyuman dan kedua alisnya yang naik.
Nita lalu terlihat memikirkan kembali untuk jawaban yang akan dia berikan sekarang ini.
"Diam itu artinya setuju " lalu dokter edwin membuat sebuah keputusan sendiri dari sikap diam nita.
Nita membulatkan kedua matanya dan mencoba untuk melakukan negosiasi.
"Sudah diputuskan " ucap dokter edwin sambil tersenyum.
Dia terlihat membukakan pintu kamar, "sekarang kamu boleh masak! " sambil sedikit mendorong tubuh nita yang masih belum bisa mengatakan apapun karena kebingungan.
"Tapi dokter soal akhir pekan... "
"Kamu boleh memasak apapun hari ini " dokter edwin menyela perkataan nita dan lalu menutup pintunya tidak mendengarkan lagi apa yang akan dikatakan oleh nita sekarang ini.
Nita menangis tanpa suara dan air mata, mimik wajahnya terlihat menyedihkan. Dia menghitung dengan jari-jarinya dan lalu mengacak-acak rambutnya.
"Ini artinya kehormatanku hanya tinggal beberapa hari saja... "