cinta dalam jas putih

Rekan Baru



Rekan Baru

"Saya titip nita sama kamu " ucap dokter edwin pada dokter kaif.     

Dia sengaja hanya mengantar nita sampai di depan area rumah sakit dan tidak menemaninya untuk pergi ke ruangan tempatnya bekerja. Tetapi dia menitipkan nita pada rekan kerjanya yang menjadi penanggung jawab ruang bersalin.     

"Siap, dokter "      

"Apa dokter sudah tahu residen baru akan datang sore ini? " tanya dokter kaif.     

"Jadi datang hari ini " ucap dokter edwin pelan, tetapi ada satu hal yang tiba-tiba membuat dia merasakan penasaran.     

"Siapa residen yang bertugas disini? " akhirnya dia menanyakannya, setelah begitu banyaknya pergantian residen baru kali ini dia menanyakan siapa yang akan datang.     

"Dokter ghana dan dokter axel "     

Seketika dokter edwin terdiam dan dia mengerutkan dahinya seperti tengah memikirkan sesuatu. Ada nama yang sangat dikenalnya yang disebutkan oleh dokter kaif tadi.     

"Jam berapa mereka datang? " lalu dokter edwin kembali bertanya.     

"Tadi pagi ada kabar mungkin jam lima sore " jawabnya.     

'Mungkin ketika axel datang kesini nita sudah pulang dinas ' ucapnya dalam hati secara tidak sadar melangkahkan kakinya meninggalkan dokter kaif yang sedang bicara dengannya untuk masuk ke dalam mobil miliknya.     

Dia lalu mengingat ke sebuah pesan singkat yang sepertinya tidak berhasil nita kirimkan untuk axel kemarin malam ketika mengganti ponsel lama istrinya itu.     

Itu adalah sebuah pesan lama yang sepertinya tidak nita sadari bahwa pengirimannya gagal. Dan isinya itu seperti mengatakan bahwa diantara mereka ada hubungan yang lebih dari sebuah teman dan nita mengakhirinya secara sepihak karena tidak ingin menyakiti dokter ellen.     

"Sejak kapan aku berada di mobil? " dokter edwin bertanya pada dirinya sendiri ketika menyadari sudah berada di dalam mobil.     

Dengan cepat dia mengambil ponsel miliknya dan menghubungi dokter kaif.     

"Sebaiknya besok nita dipindahkan ke ruangan ponek saja " ucapnya pada dokter kaif.     

"Kenapa tiba-tiba harus pindah? "      

Dokter edwin memikirkan alasan yang akan dikatakannya kali ini, "supaya aku bisa memantaunya saja "     

Terdengar suara tawa di ujung teleponnya, yang di katakan oleh dokter edwin mungkin terdengar lucu.     

"Siap laksanakan " ucap dokter kaif di telepon, "padahal baru mau melihat seperti apa istri seniorku itu "     

"Jangan macam-macam! " ancam dokter edwin yang lagi-lagi ditanggapi dengan tawa.     

"Apa aku bilang, wanita muda itu bisa merubah segalanya "     

"Jangan bicara lagi, cepat bekerja! " cetus dokter edwin dengan cepat mengakhiri pembicaraannya di telepon dengan rekan kerjanya itu sebelum dia semakin lama akan semakin disudutkan karena akhirnya memutuskan untuk menikah kembali.     

Di ruangan lain tampak nita yang terlihat sibuk dengan pekerjaan barunya hari ini, ada tiga senior yang dari awal perkenalannya senang sekali memanggil namanya hanya untuk memintanya melakukan tindakan kecil.     

'Jadi ini yang namanya bidan magha ' ucap nita dalam hatinya.     

Dia memandangi sesosok wanita tinggi semampai dengan wajah cantiknya seperti seorang model. Riasan yang dipakainya sangat hebat karena itu membuat wajahnya seperti artis korea yang cantik natural.     

'Pantas saja dokter selalu cepat pergi kalau bidan itu yang menelpon ' lagi-lagi dia berucap dalam hatinya.     

"Nita, tolong saya pasien di tempat tidur nomor empat dipasang dower kateter " ucap senior nita yang bernama magha itu.     

"Nanti jangan lupa kamu pasang infus dengan loading magnesium sulfat dan dilanjutkan dengan maintenance "     

"Iya " nita segera beranjak dari duduknya.     

"Tunggu dulu " suara magha menghentikan langkah nita.     

"Kamu tahu kan dosis untuk loading dan maintenance? " dia memberikan pertanyaan yang hanya ingin memastikan sesuatu tetapi seperti sebuah sindiran.     

"Tahu kakak " nita menjawabnya dengan penekanan ketika menyebut seniornya itu.     

Lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju ke ruangan pasien.     

'Jangan mengeluh nita ' ucapnya pada diri sendiri sambil memakai sarung tangan steril di kedua tangannya untuk memasang sebuah kateter.     

"Nita!! " terdengar suara teriakan dari arah ruangan depan memanggil namanya.     

"Iya kak " nita yang masih memakai sarung tangan itu segera berlari ke arah depan ketika seniornya memanggilnya.     

"Tolong nanti kamu suntikan dexametason ke pasien di tempat tidur nomor satu " dan kali ini seniornya yang bernama aera itu yang meminta pertolongannya.     

"Baik kak "     

"Oh, iya sekalian kamu juga periksa bunyi jantung bayinya "      

"Baik kak " jawab nita seraya menganggukkan kepalanya.     

Dia berjalan kembali menuju ke ruangan pasien sambil terus mengingat nomor tempat tidur pasien yang aera perintahkan padanya.     

Karena perintah dari magha tadi belum selesai dia kerjakan semuanya.     

"Aku suntikan dexametason dulu sebelum lupa sambil menunggu loading mgso4nya habis " ucap nita ketika dia telah memasang infusan yang diperintahkan oleh magha.     

Dan lalu berjalan menuju ke arah tempat tidur nomor satu untuk menyuntikan obat.     

"Saya periksa jantung bayinya bu " nita lalu menempelkan dopler di perut pasiennya untuk mendengarkan bunyi jantung bayi sambil terus menoleh ke arah pasien yang tadi dia pasangkan infusan.     

"Ya ampun!! " nita terkejut ketika melihat cairan infusan itu telah habis lebih cepat dan membuat darah pasien naik ke dalam selang infus.     

"Kenapa cepat sekali habisnya! " cetus nita berjalan ke arah ruang alat dan mengambil sebuah bengkok.     

"Nita!!! "      

Dia kalah cepat dengan seniornya yang bernama magha itu. Sosoknya sudah berdiri dengan kedua matanya yang memperlihatkan kemarahan ke arahnya karena teledor.     

"Maaf, kak " ucap nita pelan.     

"Tadi saya sedang menyuntikkan dexametason dan melakukan pemeriksaan jantung bayi " dia mencoba untuk menjelaskan.     

"Bekerja disini itu tidak boleh banyak alasan! " cetusnya, "kalau salah ya mengaku saja! "     

"Semakin kamu beralasan semakin kamu akan terlihat seperti pemalas! "     

"Iya, kak. Maaf " ucap nita pelan sambil tertunduk.     

"Kamu di hukum tidak dapat waktu istirahat " ucap magha pada nita seraya melipat kedua tangannya.     

Dia merasa bangga sekali bisa membuat rekan kerja barunya itu merasa bersalah. Apalagi ketika dia tahu bahwa nita masuk ke tempat kerjanya itu dengan cara yang mudah dari seseorang yang memiliki kekuasaan dan menitipkannya.     

"Iya, kak " nita hanya bisa menerima semua hukumannya itu.     

"Kamu cuci semua alat yang ada di spoel hoek dan sarung tangannya juga kamu cuci! "     

"Tapi, bukannya kita pakai sarung tangan sekali pakai kak? "     

"Jangan bantah deh! " magha bicara ketus, "udah salah ngeyel lagi! "     

"Iya, kak " akhirnya nita menerima saja semua hukuman yang seniornya itu berikan padanya.     

Dia berjalan menuju ke ruang spoel hoek dengan perutnya yang sesekali mengeluarkan bunyi. Cacing-cacing di perutnya sudah mulai memberontak dan meminta nita untuk mengirimi mereka makanan karena jam makan siang sepertinya sudah hampir habis.     

'Kehebatan senior cuma dua saja! ' cetus nita setelah dia selesai membersihkan tumpukkan alat-alat dan mulai menggarap sarung tangan yang menggunung.     

'Satu senior itu tidak pernah salah, dan kalau salah harus ingat peraturan nomor satu! ' lalu tawa ketus nita muncul.     

Dia membayangkan semua perlakuan ini pun pernah dia dapatkan di tempat kerjanya yang lain dan itu seperti hal yang biasa menguji kesabaran pekerja baru.     

"Nita kamu sedang apa? "      

Nita tersenyum kecil melihat sosok aera menghampirinya di ruang spoel hoek.     

"Dihukum karena teledor " jawab nita.     

"Kamu dihukum sama magha? "     

Nita menjawabnya dengan anggukkan kepalanya.     

Tawa kecil aera muncul, "kamu bekerja disini itu untuk menjadi bidan bukan pekerja kebersihan! "     

"Lagipula sarung tangan itu nantinya dibuang buat apa di cuci! "     

Nita merasa kesalnya terwakili oleh ucapan aera yang seperti sebuah dukungan padanya untuk menghentikan pekerjaan yang dia lakukan sekarang ini.     

"Jangan dilanjutkan " ucapnya lagi, "lagipula magha juga sudah pulang "     

"Kamu membersihkan semuanya itu sampai jam segini? " aera meraih tangan nita yang telah selesai mencuci tangannya.     

"Keterlaluan si magha " ucapnya sambil menggelengkan kepalanya dan membawa nita ke ruang ganti.     

"Kamu tahu ini sudah jam setengah lima " sambungnya, "sedari tadi kamu hanya bekerja membersihkan semua alat itu? "     

Nita lagi-lagi hanya menjawabnya dengan anggukkan.     

"Sekarang kamu pulang saja " dia tersenyum kecil ke arah nita, "loker nomor lima itu milik kamu? "     

"Iya, kak " jawab nita.     

"Aku dengar bunyi ponsel dari dalam " dia memberitahukan pada nita dan lalu menepuk kecil bahu nita sebelum dia pergi meninggalkan nita sendiri di ruang ganti.     

Dengan cepat nita membuka loker dan mengambil tasnya. Setelah dia mengganti sepatunya dia berjalan lemas keluar.     

"Kamu sudah pulang? " suara dokter edwin terdengar di ujung ponselnya yang sedari tadi berdering.     

"Baru selesai " jawab nita.     

"Kamu tunggu di tempat tadi aku mengantarmu "     

"Baik dokter " nita menjawabnya dengan nada lemas dan lalu menutup teleponnya lebih dulu.     

Langkahnya yang berat menuju keluar area rumah sakit dan memutarkan pandangannya ke seluruh penjuru dan tidak mendapati mobil dokter edwin.     

"Apa di sebelah sana? " nita lalu memutuskan untuk melanjutkan langkahnya.     

Dari kejauhan dia melihat sebuah mobil sedan berwarna putih berhenti dan keluar seorang laki-laki menggunakan sebuah jas dokter sambil bicara dengan ponselnya.      

Dan dari arah yang sama ada dua orang yang berboncengan di sebuah motor dan dengan mudah mengambil ponsel yang dipakai oleh dokter itu.     

"Dasar maling! " cetus nita dari kejauhan, "sampai dokter juga dia copet! "     

Nita memicingkan kedua matanya memandangi laju motor pencopet itu ke arahnya.      

Lalu satu tangannya sudah melingkarkan tali totte bag yang dibawanya dan dia sembunyikan di belakang tubuhnya.     

"Satu,,,, " nita menghitungnya ketika motor itu semakin dekat ke arahnya, "dua,,, "     

"Tiga!! " dengan kekuatan dia memukulkan tas miliknya ke satu orang yang berada di depan motor membuat mereka seketika ambruk.     

"Pak satpam ada kecelakaan! " teriak nita sambil mengambil dengan paksa ponsel yang mereka ambil dari dokter tadi.     

"Kalo mau nyopet itu lihat tempat! " nita berkata seraya memukul topi yang dipakai pencopet itu.     

"Naik motor gak pakai helm! " dia lagi-lagi memarahi kedua pencopet amatiran itu, "kalau kalian sakit dokter itu yang obatin kamu! "     

Kedua pengendara motor itu tidak bisa membalas pembicaraan nita karena masih merasakan kesakitan di seluruh tubuhnya akibat jatuh.     

"Ini ponsel dokter " nita menyodorkan sebuah ponsel.     

"Terima kasih " ucapnya dengan tatapannya yang terkagum dengan tindakan nita tadi.     

"Sama-sama dokter " nita sedikit membungkukkan tubuhnya lalu tersenyum kecil.     

"Saya pergi dulu " lalu dia berpamitan karena melihat mobil dokter edwin yang sudah melaju ke arahnya.     

"Tunggu dulu, saya belum tahu nama kamu "      

Tetapi dia hanya bisa memandangi nita yang berjalan cepat menjauhinya dan masuk ke dalam sebuah mobil...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.