Nasehat Mertua
Nasehat Mertua
"Dokter edwin sepertinya masih di rumah sakit " ucap nita dengan suara seraknya.
Dia lalu melihat ke arah jarum jam di dinding kamar yang menunjukkan pukul setengah enam pagi.
Dia meregangkan otot-ototnya setelah tertidur dengan lelap.
"Aku terlalu lelah " ucapnya seraya beranjak dari tempat tidur, "tidurku nyenyak sekali "
Setelah dia merapikan tempat tidurnya dan pergi mandi.
Nita lalu menghampiri keluarga dokter edwin yang sedang berkumpul di halaman rumah. Mereka semua sedang berolah raga dengan ayah dari dokter edwin yang menjadi instruktur olahraga pernafasan yang sering nita lihat di film-film kungfu.
"Ayo ikut olahraga " tangan nita di raih oleh mama mertuanya agar ikut masuk dalam barisan dan mengikuti semua gerakan.
Ini pertama kalinya nita melakukan olahraga tai chi di pagi hari. Walaupun gerakan itu sepertinya di khususkan untuk seseorang berusia lebih tua darinya, tetapi dengan penuh semangat nita mengikutinya. Karena dia merasakan sebuah kebersamaan yang erat di keluarga barunya ini.
"Kalau kamu awet muda biasakan memisahkan makanan " ucap mama mertuanya.
Setelah selesai berolahraga nita membantunya untuk menyiapkan sarapan dengan satu wanita paruh baya yang di sebutnya bibi.
"Karena tempat makan terbatas dan malas mencucinya makanannya saya satukan saja di piring dengan lauk pauknya " ucap nita sambil tersenyum malu ketika melihat cara mereka makan benar-benar berbeda dengannya.
"Jangan lakukan lagi " nasehat mama mertuanya itu, "sekarang kamu sudah menjadi seorang istri "
"Edwin itu kebiasaan makannya dengan nasi di wadah terpisah, harus ada sayuran dan ikan " nita diberitahukan tentang kebiasaan makan dari calon suaminya itu.
"Dia tidak suka daging sapi " sambungnya, "ayam juga kadang sesekali makan "
"Diakan dokter cici " ucap sang bibi memberikan pembelaan, "terlalu banyak daging merah itu jelek! "
"Nita " bibi memanggilnya.
"Iya "
"Nanti kalian jangan pakai tunda-tunda punya anak " ucapnya pada nita, "edwin itu usianya sudah tidak bisa dibilang anak muda "
"Tapi dia pasti hebat " sambungnya, "karena kamu masih muda jadi pasti gampang hamil! "
Mulut nita menganga dan wajahnya seketika memerah, ada tawa di sela-sela rasa malunya dengan perkataan kedua orang tua yang sedang bersamanya itu.
"Ayo ci, kasih tahu sama dia metode kalender china supaya bisa cepet dapat anak "
Dia memanggil mama dokter edwin dengan panggilan cici dan bicara dengan santainya, sedang nita sedari tadi terus menerus mendapatkan malu.
Membicarakan hal yang terkesan vulgar itu sering di bicarakan ketika masa kuliah, tapi dengan mama mertua dia tidak pernah memikirkan itu.
"Kamu mau anak laki-laki atau perempuan? " tanya mama mertuanya.
"Apa ya ma... " nita kebingungan menjawab sambil menggaruk kepalanya.
"Kalau kamu mau anak perempuan, posisi kamu harus di bawah dan keluarnya harus bersamaan " bisiknya pada nita, "kalau kamu mau anak laki-laki kamu yang harus keluar duluan, posisinya boleh kamu yang di atas atau posisi doggy style! "
Nita merinding mendengarnya, tetapi dia merasakan wajahnya semakin memanas. Dia bisa membayangkan wajahnya sendiri yang memerah seperti apa karena mendengar pembicaraan yang hanya boleh dilakukan oleh dewasa dan sudah menikah saja.
"Keluar apanya ma? "
Pertanyaan nita itu seketika membuat mama mertua dan bibi dokter edwin terbahak-bahak mendengar pertanyaan nita yang seperti anak polos itu.
Entah memang nita benar-benar tidak tahu atau sedang menjaga image baiknya dengan berpura-pura tidak tahu dihadapan mama mertuanya.
"Kamu sama edwin belum pernah tidur bersama sebelum menikah? " tanya bibinya itu.
Seketika nita membulatkan kedua matanya karena terkejut dan menjawabnya dengan gelengan kepala.
"Pintar memilih edwin itu, ci! "
Punggung nita mendapatkan sebuah usapan lembut dari mama mertuanya.
"Pokoknya nanti kalau kalian bulan madu hajar habis-habisan! " nita diberikan sebuah nasehat vulgar lagi dari mama mertuanya.
"Anak aku itu pasti kuat " dia memuji dokter edwin yang adalah putranya sendiri, "supaya rumah tangga kalian bahagia terus kalau selalu berduaan di tempat tidur! "
"Sudah ci, kasihan " ucap bibinya, "wajahnya sudah merah seperti itu "
"Nanti juga mereka bisa sendiri "
Nita benar-benar menjadi satu-satunya yang masih polos dan belum ternodai oleh pikiran seperti itu.
Mama mertua dan bibinya itu tidak berhenti menertawakan kepolosan nita sekarang ini.
"Ini sup ikan kakap merah kesukaan edwin " ucap mamanya, "dia kalau sudah ada sup ini pasti makannya lahap "
"Kenapa dia tidak ikut olahraga pagi? " lalu bibinya bertanya pada nita menanyakan keberadaan dokter edwin.
"Semalam ada telpon dari rumah sakit, ada pasien gawat yang harus mendapatkan operasi segera " jawab nita.
Dia sesekali melihat mama mertuanya itu memasak makanan kesukaan dokter edwin sekarang ini.
"Keterlaluan itu anak! " ucap mamanya dengan nada ketus tetapi wajahnya masih terlihat tenang.
"Di hari pernikahan adat saja dia masih harus menerima pekerjaan! " cetusnya.
Dia lalu memandang ke arah nita yang sedang berdiri di sampingnya.
"Kamu mau kan memberikan maaf buat edwin? dia sudah terbiasa bekerja keras dan sendirian jadi mungkin belum terbiasa menerima kehadiran seorang istri "
Nita tersenyum, "iya, ma. Itukan tugas dokter edwin "
"Pasien nomor satu " sambung nita.
Dan sekarang nita terdengar seperti seorang istri yang begitu pengertian dengan pekerjaan suaminya nanti.
Mama mertuanya tersenyum mendengarkan perkataan nita yang melegakannya, dia adalah satu-satunya orang yang begitu khawatir dengan anaknya yang begitu nyaman dengan kesendiriannya.
"Ibu " nita mengerutkan dahinya melihat nama ibunya tertera di ponsel miliknya.
Dia yang baru saja selesai sarapan dengan semua keluarga barunya itu segera masuk ke dalam kamar.
"Iya, bu " nita berbicara dengan lembut.
"Ndo, kamu dimana? " tanyanya di telpon.
"Pulang, nak. Mbah sakit keras sekarang, dia tidak mau makan dan terus panggil kamu "
"Mbah kakung sakit apa bu? "
Nita memiliki orang tersayang di keluarganya itu adalah seseorang yang selalu dia panggil mbah kakung.
"Dia sedih karena kamu di usir ayahmu "
"Pulang ya nak... "
"Iya, bu. Nita pulang sekarang juga " jawabnya, "nita pesan tiket kereta dulu ya bu "
"Iya, hati-hati nak "
Nita memasang wajah sedih ketika panggilan itu telah selesai. Dipikirannya terus terbayang wajah mbah kakung yang selalu membelanya dan menyayanginya.
"Ada apa? "
Nita terkejut ketika muncul sosok dokter edwin muncul dari balik pintu kamar mandi dan bertanya padanya.
Terlebih lagi dia hanya memakai handuk dan memperlihatkan dadanya yang bidang pada nita dengan tetesan air dari rambutnya yang basah.
Membuat nita mengalami kesulitan untuk menelan air ludahnya karena untuk pertama kalinya memandangi secara gratis keindahan ciptaan tuhan yang mungkin tidak akan pernah dia lihat jika menikah dengan lelaki yang dipilihkan oleh orang tuanya.
Dokter edwin tersenyum tipis menanggapi sikap nita yang salah tingkah melihatnya. Dia segera berjalan dan bersembunyi di balik sekat ruangan untuk memakai pakaian.
"Kamu boleh mengintip sedikit " ucapan dokter edwin itu seketika membuat nita malu dan segera membelakangi sosok dokter edwin yang sedang berpakaian.
"Dokter " ucap nita ragu.
"Itu... " dia hanya mengatakan satu persatu kata sekarang ini.
"Apa boleh "
"Saya pulang ke rumah? "
"Saya janji akan segera kembali " ucapnya lagi, "tadi ibu telpon mbah kakung sakit, dan dia itu orang yang paling baik pada saya "
"Saya takut ini terakhir kali melihat mbah kakung "
Mendengar semua yang dikatakan nita dokter edwin lagi-lagi tersenyum.
"Aku pikir kamu orang sunda " ucap dokter edwin, "dimana tempat orang tuamu? "
"Di pemalang dokter, kampung jojogan " jawabnya, "saya berencana naik kereta dan nanti disambung naik bus karena tidak ada kereta kesana "
"Kapan kamu berangkat? " tanyanya lagi seraya berdiri di depan cermin dan merapikan rambutnya.
"Pagi ini dokter "
Terlihat dokter edwin yang memikirkan sesuatu untuk beberapa waktu.
"Baiklah kita berangkat hari ini " ucap dokter edwin, "kamu tolong kemaskan pakaiannya "
"Saya bicara dulu dengan keluarga agar key tinggal sementara waktu disini "
"Tapi dokter saya pulang sendiri saja " nita sepertinya tidak ingin dokter edwin mengantarnya karena dia takut justru akan semakin membuat kedua orang tuanya semakin marah.
"Kenapa? aku juga harus bicara dengan orang tuamu " ucap dokter edwin, "dan kita menikah di rumah orang tuamu saja "
"Kemarin itu memakai adat keluargaku dan nanti memakai adat keluargamu " sambungnya.
"Sekarang berkemaslah "
Nita menutupi wajahnya yang kebingungan seperginya dokter edwin dari kamar.
"Kira-kira ayah keluarin parang yang mana sekarang karena tindakanku ini?? " tanyanya pada diri sendiri seraya mengingat kelima parang milik ayahnya di rumah yang selalu ditakutinya dan lagi-lagi dia menutupi wajahnya yang sudah tidak mempunyai pilihan lain lagi...