Keluarga Yang Berbeda
Keluarga Yang Berbeda
Nita tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Hari ini aku akan membawamu ke tempat keluarga besarku " ucap dokter edwin pada nita.
"Kita punya waktu satu minggu mengurus semuanya sebelum kamu bekerja "
Reaksi nita adalah kedua matanya yang membulat dan mulutnya menganga.
"Satu minggu? " tanyanya dengan wajah yang terkejut, "itukan singkat sekali "
"Apa bisa menikah dengan waktu singkat? tidak ada yang harus di persiapkan? "
"Kamu tidak perlu memikirkan itu " jawab dokter edwin, "semuanya sudah dipersiapkan oleh keluargaku mulai hari ini "
'Wah, ini aku beneran ada di dunia? ' nita kebingungan sendiri, dia lalu mencoba meyakinkan dirinya bahwa dia sedang tidak berada di dalam mimpi.
'Mungkin aku sedang koma karena kecelakaan! ' lalu dia mencubit tangannya sendiri dan meraung kesakitan.
Dokter edwin tertawa kecil melihat tingkah laku nita yang lucu.
"Kamu tidak bermimpi " ucap dokter edwin pada nita, "kamu akan menikah dan menjadi seorang istri "
"Walaupun kamu bekerja, kamu tetap harus prioritaskan keluargamu " sambungnya, "dan aku cuma meminta kamu mengawasi key yang mulai beranjak dewasa "
"Dia memang sedikit sulit untuk di beritahu, tapi sebisa mungkin berteman baiklah dengan key " sambungnya, "dia membutuhkan seorang teman yang tidak bisa aku lalukan karena kesibukanku "
'Jadi ini artinya aku istri sungguhan? ' nita bertanya dalam hatinya sendiri.
Hidupnya aneh, tidak menikah dengan mantan pacarnya dan lelaki yang akan menjadikannya istri ketiga tiba-tiba mendapat hadiah kejutan menikah dengan seorang dokter.
"Dan aku beritahu padamu " dokter edwin kembali bicara, "di pernikahan dulu aku tidak pernah menceraikan istriku, tapi dia sendiri yang mengajukan perceraian "
"Dan kamu boleh melakukan itu juga "
Nita tersenyum seraya mengerutkan dahinya, dia merasa prinsip itu aneh baginya tetapi secara tidak langsung justru membuatnya menjadi mengagumi sosok lelaki dewasa di sampingnya itu.
Mereka telah sampai di sebuah rumah dengan tembok halaman rumah yang menjulang tinggi, pintunya yang terbuat dari kayu yang banyak dihiasi oleh sebuah tulisan yang nita tidak mengerti dan semuanya berwarna merah dan emas.
Nita melihatnua seperti sebuah jimat yang pernah dilihatnya di film yang berkisah tentang vampire sewaktu dia kecil dulu.
"Apa sedang ada perayaan? " nita bertanya pada dokter edwin ketika mobil masuk kedalam halaman rumah dan berhenti.
"Iya " jawab dokter edwin.
Dia terlihat membuka sabuk pengamannya.
"Ini adat keluargaku ketika menikahkan anggota keluarganya " ucap dokter edwin sebelum dia keluar dari dalam mobil meninggalkan nita yang terkejut dengan ucapannya.
Dia masih terkejut ketika dokter edwin membukakan pintu mobil untuknya.
"Jangan takut, mereka akan menerimamu " ucap dokter edwin seraya memperlihatkan tawa kecilnya menanggapi nita yang memasang wajah ketakutan.
Dia melihat nita yang berjalan di sampingnya itu terlihat ragu-ragu untuk ikut dengannya masuk ke dalam rumah menemui semua keluarganya.
"Apa sekarang kamu masih ketakutan? " dokter edwin bertanya padanya ketika akhirnya dia harus memegang satu tangan nita untuk masuk bersama dengannya.
Dia merasakan tangan nita yang begitu dingin sekarang ini, dan juga dia masih takut karena tangannya itu bergetar.
"Datang juga akhirnya " suara seseorang dari dalam rumah ketika dokter edwin membukakan pintunya.
Nita melihat ada beberapa keluarga wanita paruh baya dan muda yang mengenakan pakaian cheongsam berwarna merah dengan ukiran benang emas semua wanita di keluarganya memakai pakaian dan warna yang sama.
Dan beberapa keluarga laki-laki mengenakan pakaian samfoo berwarna hitam terdapat gambar seekor naga dengan benang emas. Dia juga melihat key memakai pakaian itu dan tersenyum melihat kedatangan mereka.
"Lama sekali! " cetus seorang wanita paruh baya dengan rambutnya yang telah memutih dan rapi menghampiri nita dan dokter edwin yang masih berjalan pelan ke arah keluarganya yang berkumpul.
"Tadi ada kendala di perjalanan, ma " jawab dokter edwin.
Nita tersenyum memandangi wanita yang di sebut mama itu, walaupun rambutnya memutih tetapi wajahnya tetap terlihat awet muda. Dia saja masih kalah jauh jika harus dibandingkan, semua keluarganya memiliki kulit yang sangat bagus sama seperti key dan dokter edwin.
"Kamu cepat ganti baju " ucapnya pada dokter edwin.
Lalu satu tangannya meraih tangan nita yang masih berdiri kebingungan.
"Ayo ikut mama " ucapnya pada nita.
Dalam hitungan detik nita merasakan bulu kuduknya yang berdiri, dia baru pertama kali masuk ke tempat itu dan seluruh keluarganya menyambut dengan baik.
Wanita itu membawanya menuju ke lantai dua rumahnya dan memasuki sebuah ruang tidur yang terlihat sangat luas dan nyaman.
"Kamu ganti pakaiannya " ucapnya seraya berjalan menuju ke lemari.
Nita tersenyum menerima pakaian cheongsam berwarna merah itu dan mengganti pakaiannya di balik penyekat ruangan yang terbuat dari bambu.
"Kamu harus tahu wataknya edwin " wanita itu berucap ketika nita sedang mengganti pakaiannya.
"Dia itu kalau sudah suka sama perempuan satu yang satu aja " sambungnya dengan logatnya yang oriental terdengar kental.
"Buktinya dia sekarang bawa kamu setelah lama kita nunggu dia bawa perempuan yang katanya bernama nita! "
Nita yang sedang merapikan pakaian yang telah digantinya terhenti.
'Ada wanita bernama nita juga? ' tanyanya dengan dahinya yang berkerut.
Dia lalu memutuskan untuk berjalan menghampiri wanita itu.
"Mantan istri dokter yang bernama nita? " dia memutuskan untuk bertanya.
"Kamu masih panggil edwin pak dokter juga! " cetusnya sambil tertawa.
Dia memaksa nita untuk duduk di kursi meja rias dan merapikan rambutnya memasang aksesoris rambut yang sama.
"Dia bilang takut kami tidak terima karena kamu itu stafnya dulu " jelasnya.
Nita menyembunyikan rasa ingin tahunya yang besar dengan senyuman. Terlebih ketika wanita itu membantunya merias wajah yang sama sekali belum pernah dilakukannya.
'Ya ampun! ' nita terkejut melihat dirinya sendiri di cermin.
Dia telah berubah seperti orang lain ketika warna merah di bibirnya terlihat jelas.
"Itu... " ucap nita pelan dan ragu-ragu.
"Panggil saja mama " selanya.
Nita tersenyum malu, "mama, apa aku boleh sedikit menghapus pewarna bibirnya? aku merasa bibirku lebih tebal dari biasanya "
Wanita itu menertawakan nita, "kamu belum terbiasa saja, lagipula hari kamu kan pengantinnya jadi harus berdandan berbeda dari yang lain "
"Pengantin? " suara nita memelan.
"Iya pengantin " dia memperjelasnya.
Lalu dengan cepat menuntun nita untuk ikut berjalan dengannya kembali ke ruang keluarg dimana semu orang sudah berkumpul menunggunya.
"Kami tidak marah edwin ikut keyakinan kamu " ucapnya ketika berada di tengah perjalanan.
"Tapi kamu orang harua sayang dan terus ada di samping edwin " ucapnya, "tidak masalah ikut kemanapun asalkan dia bahagia "
"Iya, ma " nita hanya bisa mengatakan hal singkat seperti itu karena dia masih merasa syok menghadapi semua kejadian yang terlalu mendadak ini.
Dokter edwin yang sudah lebih dulu mengganti pakaiannya, memandangi nita yang berjalan menuruni anak tangga bersama ibunya sekarang ini terlihat sangat berbeda dengan pakaian tradisional yang selalu dipakai oleh keluarganya ketika perayaan.
Dia terlihat lebih anggun dan tentu saja dokter edwin tidak dapat berbohong untuk tidak mengatakan bahwa dia cantik.
"Dokter " nita memanggilnya pelan ketika telah duduk di samping dokter edwin.
Dia meminta dokter edwin lebih mendekat ke arahnya, dan lalu berbisik.
"Mama dokter bilang ini upacara pernikahan " ucapnya pelan.
Terlihat senyuman di wajah dokter edwin, "ini upacara pernikahan adat keluarga mama dan papa ."
"Jadi beneram menikah ini... " gerutunya sambil menahan dirinya untuk tidak menangis.
"Iya " jawab dokter edwin, "ini namanya sangjit, jadi hari dan waktunya juga mereka yang menentukan "
"Kita tidak boleh melanggarnya " sambung dokter edwin.
Nita tersenyum dengan kerutan di dahinya, keluarga yang dia temui sekarang ini benar-benar berbeda dengan keluarganya. Tetapi dia sudah tidak bisa melakukan apapun karena tergiur oleh pekerjaan yang menjadi cita-citanya sejak dulu.
'Aku beneran jadi istri orang yang tidak terlalu ku kenal!! ' cetusnya dalam hati.
Semuanya berjibaku di dalam pikirannya ketika di jari manisnya terpasang sebuah cincin yang menandakan bahwa dia telah dimiliki oleh seseorang.
Dia masih terus memandangi cincin yang berada di jarinya itu sampai ketika acara telah selesai dan dia berada di kamar tidur yang sudah dihiasi oleh semua ornamen berwarna merah.
"Kamu tidak perlu aneh seperti itu " ucap dokter edwin yang tiba-tiba muncul dan masuk ke dalam ruangannya.
"Itu memang cincin pernikahan " sambungnya seraya berjalan menuju ke arah nita yang sedang terduduk di atas tempat tidur.
Jantung nita bekerja dua kali lebih cepat melihat sosok dokter edwin mendekat ke arahnya di malam ketika acara yang di sebut dengan pernikahan adat itu telah selesai.
'Kenapa dokter edwin masuk ke kamar yang sama? ' tanyanya dalam hati, pikirannya seketika berubah menjadi kacau balau.
'Jangan-jangan dia mau meminta malam pertama yang asli juga! ' semakin dia berpikir aneh jantungnya semakin berdebar tidak karuan.
"Kamu tidur saja lebih dulu " ucapnya yang ternyata berbelok ke arah lemari pakaian dan mengambil pakaian ganti.
Nita menarik nafas lega sambil mengawasi langkah dokter edwin yang berjalan ke arah penyekat ruangan dan bersembunyi di baliknya.
"Aku dapat telpon, ada pasien gawat yang harus segera mendapatkan tindakan " ucapnya lagi.
Kedua mata nita membulat ketika mendapati dokter edwin mengganti pakaiannya dari balik penyekat ruangan itu.
Walaupun tertutup tetapi dia masih bisa melihat jelas tubuhnya yang masih terlihat atletis.
Dia tahu ini akan sangat berdosa baginya melihat hal seperti itu sekarang, tetapi dengan menyedihkan tubuhnya menolak untuk tidak melihatnya sampai dengan laki-laki itu mengganti pakaiannya...