Terpesona
Terpesona
"Kamu tidak apa-apa? " dia mencoba membantu nita dengan meraih satu tangannya dengan tujuan agar wanita itu bisa beranjak dari lantai yang mengotori pakaiannya.
Terlihat olehnya nita yang menutupi wajahnya dengan satu tangannya. Rambutnya pun sengaja dia pakai menutupi wajahnya yang mendapat malu sepanjang hidupnya.
"Dokter apa bisa bawa aku pergi dari sini? "
"Baiklah "
Dokter edwin memegang satu tangan nita dan membawanya ke tempat dimana mobilnya tersimpan.
"Kemana rambutmu? " dokter edwin bertanya ketika melihat nita yang merapikan rambutnya.
"Key yang memaksa supaya rambutku dipotong dia bilang bekerja di rumah sakit dokter itu harus berpenampilan menarik " jawab nita dengan bibirnya yang mengerucut.
'Wah, hebat pintu mobilnya bisa membuka dan tertutup sendiri! ' celetuk nita ketika melihat pintu belakang mobil dokter edwin yang ada di hadapannya terbuka dan dia lalu menyimpan tas miliknya.
Dia terlalu lama hidup di sebuah pegunungan sehingga membuatnya seperti seseorang yang ketinggalan jaman.
"Ayo ikut " ucap dokter edwin pada nita seraya membukakan pintu mobil.
"Kita mau pergi kemana? " nita tidak lantas ikut, dia bertahan di posisinya sekarang.
"Ke suatu tempat " jawab dokter edwin, "ada yang harus aku bicarakan denganmu "
"Bukankah key bilang tadi aku harus bekerja.. " ucap nita ragu dan bernada pelan.
"Masih satu minggu lagi, mereka harus menyiapkan berkas untukmu " jawabnya.
Dia menunggu nita untuk masuk ke dalam mobil, tetapi wanita itu hanya berdiri mematung di tempatnya.
"Kenapa? " tanya dokter edwin.
"Apa boleh dokter katakan saja kita mau pergi kemana? " lagi-lagi nita bertanya dengan ragu.
"Biar saya naik angkutan umum atau naik ojek saja " dia bicara dengan dahinya yang mengerut dan wajahnya yang memerah tiba-tiba.
Dokter edwin tidak mengerti dengan ekspresi itu dia masih dengan sabar memandangi nita yang sudah menghabiskan waktunya dengan percuma hanya dengan menunggunya.
"Kita bicarakan tentang pekerjaan di perjalanan " ucapnya pada nita, "kalau kamu naik kendaraan lain bagaimana kita bicara "
"Iya, baik dokter. Maaf " nita tahu sepertinya dia sudah membuat dokter edwin sedikit kesal karena tingkahnya kali ini.
Dengan cepat dia masuk ke dalam mobil dan duduk dengan baik.
'Aku bisa,, aku bisa!!! ' gumam nita dalam hatinya, dia sesekali memejamkan matanya dan menutupi hidungnya.
'Ya tuhan, semua wangi mewah ini tidak cocok buatku... ' ucapnya sambil memperhatikan langkah dokter edwin yang berjalan dan masuk ke dalam mobil.
Duduk di sampingnya dan memegang kemudinya, dia mulai menyalakan mesin mobil dan melaju membawa nita ke suatu tempat.
"Rumah sakit masih harus mengurusi surat penugasanmu " ucap dokter edwin di tengah perjalanan, "apa kamu membawa ijasahmu? "
Dia menoleh ke arah nita secara singkat ketika melihat wanita itu hanya menjawabnya dengan anggukkan kepalanya.
Kedua alis matanya mengangkat menanggapi ketidaksopanan nita sekarang ini.
"Apa ada sesuatu yang membuatmu tidak nyaman? " dia lalu menanyakan keanehan yang dirasakannya pada nita.
Dan lagi-lagi nita hanya menjawabnya dengan gelengan kepalanya.
Setelah perjalanan beberapa menit berlalu, nita mulai merasakan ada sesuatu yang tidak nyaman mulai bergejolak dari dalam perutnya.
Dia sudah berusaha menahannya, tetapi sepertinya ada sesuatu luapan yang semakin lama semakin naik ke tenggorokannya.
Dengan cepat nita menutup mulutnya sambil memandangi dokter edwin.
"Dokter bisakah menepi sebentar di tempat pengisian bensin itu? " dia berkata sambil menutupi mulutnya.
"Aku mohon... " lagi-lagi dia bicara aneh, "aku sudah tidak bisa menahannya.. "
Dokter edwin yang kebingungan dengan perkataan nita tetapi menuruti semua permintaannya itu dan masuk ke dalam tempat pengisian bahan bakar mobil.
"Kamu mau kemana? " tanya dokter edwin terkejut ketika nita dengan cepat keluar dari dalam mobilnya.
Sepertinya nita sudah tidak bisa menjawabnya, dia hanya menunjuk ke arah mulutnya yang sedari tadi dia tutupi dengan tangannya. Dia melesat dengan cepat berlari ke arah toilet.
Tawa kecil dokter edwin muncul menanggapi tingkah lucu nita kali ini.
Dia baru menyadari kalau nita ternyata mabuk kendaraan.
"Ini kan bukan perjalanan jauh " ucap dokter edwin seraya menggelengkan kepalanya.
Dia lalu keluar dari mobilnya dan berjalan ke sebuah mini market untuk membelikan nita sesuatu yang bisa menghilangkan rasa mualnya.
"Dokter " nita terkejut ketika dia keluar dari toilet dan mendapati sosok dokter edwin yang sudah berdiri di depannya.
Wajahnya lalu memerah karena malu sekarang ini.
"Aku belikan kamu kayu putih " dia menyodorkan sebuah bungkusan kecil pada nita.
"Terima kasih dokter "
Nita menerimanya dengan rasa malunya yang teramat besar.
"Di dekat area ini ada tempat makan yang enak " ucap dokter edwin pada nita seraya menatapi nita lekat.
"Kamu bertahan sebentar " sambungnya, "bisa? "
"Iya dokter " nita menjawab dengan anggukkan kepalanya.
Senyuman dokter edwin yang terlihat olehnya itu justru membuat rasa malunya semakin bertambah.
Dia terlalu baik dan penyabar menurut nita, karena sama sekali tidak mempermasalahkan sikap yang sangat memalukan baginya.
"Apa kamu merasa enakan sekarang? " tanya dokter edwin pada nita yang terduduk di kursi yang berhadapan dengannya.
Wajahnya terlihat pucat ketika sampai di tempat makan yang dia pilihkan sekarang ini. Tetapi sebenarnya wanita muda itu memiliki mata yang indah dan tatapannya yang polos itu membuatnya terlihat berbeda.
"Kamu masih merasa mual? " lalu dokter edwin kembali bertanya setelah pertanyaannya tadi belum di jawab oleh nita.
"Saya merasa malu sekarang dokter " dan jawaban yang nita ucapkan itu benar-benar di luar prediksi dokter edwin.
Dia ingin sekali tertawa tetapi rasa takut menyakiti perasaan nita membuatnya harus pandai menahan diri agar tidak tertawa.
"Tidak apa-apa " ucap dokter edwin membesarkan hati nita.
"Nanti aku coba ganti pengharum mobilnya dengan wangi yang tidak akan membuatmu pusing " sambungnya.
"Saya naik motor saja dokter " ucap nita masih dengan wajahnya yang menyedihkan karena rasa malu.
Senyuman dokter muncul, "tapi kita harus pergi ke tempat orang tuamu bersama-sama nanti "
"Ada waktu satu minggu untuk bisa mengurus semuanya "
Nita mengerutkan dahinya, "dokter mau datang ke tempat orang tua saya? "
Dia kebingungan, padahal semua ijasah dan pakaian miliknya ada di tempat sepupunya sekarang ini.
Satu tangan nita meraih gelas berisi minuman rasa jeruk yang dipesannya tadi dan menyeruputnya dengan perasaan aneh yang tiba-tiba kembali muncul.
"Untuk meminta ijin mereka kalau kita akan menikah "
Ucapan dokter edwin sontak saja membuat nita tersedak oleh minuman yang baru akan melewati tenggorokannya.
"Menikah? " tanyanya dengan kedua matanya yang membulat.
"Bukannya mau di bawa bekerja di rumah sakit milik neneknya key? "
"Rumah sakit milik siapa? " dokter edwin balik bertanya dan kali ini ada tawa kecil setelahnya.
"Itu bukan milik nenek key " dia memberitahukannya pada nita.
'Jadi aku ditipu lagi oleh anak nakal itu! ' cetus nita kesal, tetapi tentu saja itu hanya ada dalam hatinya.
Dia masih harus bersikap baik pada dokter edwin yang memberikannya pekerjaan.
"Bukannya dokter hanya membutuhkan buku nikah saja supaya key tetap bisa tinggal dengan dokter? " tanya nita, "kenapa harus pergi ke tempat orang tua saya? "
"Lagipula mereka sudah bilang kalau nama saya di coret dari kartu keluarga karena menolak menikah dengan lelaki yang mereka pilihkan "
"Tetapi mereka itu tetap orang tuamu " dokter edwin menanggapi dengan senyuman.
"Kalau kamu tidak mau mengatakan dimana tempat orang tuamu, aku akan mengajakmu ke tempat keluargaku "
Nita mengerutkan dahinya, "bukannya dokter cuma mau supaya mendapat buku nikah saja? kenapa harus bertemu dengan keluarga masing-masing? "
"Ini bisa di sebut nikah kontrak " sambung nita, "musim sekali pernikahan seperti itu "
Dokter edwin tertawa kecil, "tidak ada pernikahan seperti itu, menikah itu artinya kita dipersatukan di kehidupan kedepannya "
"Kamu wanita baik-baik " sambung dokter edwin, "dan aku tidak boleh memperlakukan wanita baik seperti itu "
"Kamu bukan sebuah barang yang hanya dipinjam untuk beberapa waktu karena akan menguntungkanku "
Nita menganga, ketika secara tidak langsung dia sedang di lamar oleh seseorang paling bersinar yang tidak akan pernah mungkin bisa dia capai.
Beberapa detik dia merasa terpesona dengan laki-laki yang usianya terpaut jauh dengannya. Dia benar-benar memiliki keberuntungan besar setelah di hapus dari daftar kartu keluarganya itu sekarang....