Simbiosis Mutualisme
Simbiosis Mutualisme
Dia yang baru saja keluar dari ruang tidurnya melihat wanita itu berjalan mondar-mandir dengan wajahnya yang kebingungan dan satu tangannya yang menggaruk-garuk kepalanya.
Lalu diapun melangkahkan kakinya dan menghampirinya.
"Aduh gawat!!! " ucapan agnita terdengar oleh dokter edwin.
"Ada apa? " dia mencoba menanyakan sesuatu yang membuat nita seperti orang kebingungan pagi ini.
Agnita terperanjat dan terkejut dengan kedatangan dokter edwin yang tiba-tiba muncul dari arah belakangnya.
"Dokter " panggilnya seraya mengerutkan dahinya.
"Ada apa? " dokter edwin kembali bertanya, "kamu seperti kebingungan sekali "
Terlihat oleh dokter edwin agnita yang melihat ke arah kanan dan kirinya sebelum dia akhirnya sedikit mendekat ke arahnya.
"Dokter maaf kalau tidak sopan " ucapnya pelan, "dari tadi saya berputar-putar mencari kamar mandi, karena rumah dokter terlalu luas tidak menemukannya "
Dokter edwin menganga mendengar itu, dia ingin sekali tertawa tetapi semua itu di tahannya. Hanya sebuah deheman dan raut wajahnya yang sedikit aneh karena menahan tawa.
"Itu kamar mandinya " ucap dokter edwin seraya menunjuk ke sebuah pintu yang tertutup tepat di belakang agnita.
"Saya pikir itu kamar tidur dokter " ucapnya.
Wajahnya seketika memerah karena malu sudah bersikap aneh di hadapan dokter edwin.
"Boleh saya meminta ijin ke kamar mandi dokter? "
"Iya "
Agnita segera berlari menuju ke tempat yang sedari tadi di carinya itu.
Dari arah lain dokter edwin tersenyum seraya menggelengkan kepalanya melihat tingkah lucu agnita pagi ini.
Sedikit demi sedikit senyumannya memudar dan dia menyadari sesuatu.
'Kapan terakhir aku merasa hatiku senang seperti hari ini? ' tanyanya pada dirinya sendiri seraya mengerutkan dahinya dan memandangi begitu lama pintu kamar mandi yang telah tertutup rapat itu.
"Buatkan aku sarapan " ucap key pada agnita.
Dia yang baru saja keluar dari kamar mandi berpapasan dengan putra dokter edwin yang selalu memperlihatkan ketidaksukaannya pada nita.
"Apa? " ucapnya pelan sambil terkejut.
'Dia pikir aku pembantu??? ' lalu hatinya mengumpat kesal pada key yang sudah memberikannya perintah.
"Sarapan " key mengulangi ucapannya, kali ini nada bicaranya sedikit keras agar jelas terdengar oleh agnita.
"Daddy selalu sarapan roti gandum yang di beri selai bluebery dan secangkir kopi " key berkata seraya membuka sebuah lemari tempat makanan yang tersimpan di dapur pada agnita.
"Cukup satu sendok kecil saja gulanya "
Agnita mengerutkan dahinya, dia diberitahu itu oleh key seolah dia yang akan membuatkan sarapan itu setiap pagi.
"Daddy tidak pernah makan siang di rumah kecuali akhir pekan, dan dia biasanya makan malam dengan daging dan sayur tanpa nasi "
"Sebentar " agnita menyela pembicaraan key dengan kedua tangannya yang sedang mengoleskan selai bluebery di roti gandum yang menjadi sarapan dokter edwin.
"Kenapa aku harus tahu semua itu? " tanyanya, "memangnya aku akan tinggal disini selamanya! "
"Iya " jawab key dengan wajahnya yang sama sekali tidak berekpresi.
"Kamu sudah menginap di rumah kami semalam " ucap key, "dan itu tidak di perbolehkan di tempat ini, yang mana seorang wanita bukan keluarga menginap di rumah seorang laki-laki yang belum menikah "
"Kamu tahu daddy itu seorang dokter dan dia harus terlihat baik di mata masyarakat sekitar rumah "
Agnita mengerutkan dahinya, dia mulai merasa terjebak kali ini. Kemarin key yang melarangnya untuk pulang dengan alasan khawatir karena sudah larut malam dan yang kedua dia berjanji akan mengajaknya ke tempat baru dia bekerja.
"Dan tadi pagi juga laporan sudah di berikan pada pihak keamanan meminta ijin kalau di tempat kami akan ada anggota baru "
"Anggota baru? " tanya agnita terkejut, "siapa? aku? "
"Dirumah ini? "
Dia menunggu key memberikan jawaban dengan terus mengawasi gelagat anak kecil itu.
Dan hanya anggukan di kepalanya saja yang menjadi jawaban.
"Kapan aku bilang mau tinggal disini? " dia memastikan pada key.
"Tidak pernah " jawab key, "kamu kan membutuhkan pekerjaan, dan aku membutuhkan sosok wanita di rumah ini "
"Simbiosis mutualisme " sambungnya, "aku bantu kamu dan tentu saja balasannya harus membantuku! "
"Maksudnya menjadi asisten rumah tangga? " tanya agnita dengan cepat, "atau pengasuh? "
"Atau tukang kebun? "
"Bukan " jawab key seraya menggelengkan kepalanya, "tapi istrinya daddy! "
"Hah!!! " agnita sedikit berteriak.
"Ka...pann.. kamu bilang itu? " agnita tergagap, "aku tidak tahu ada perjanjian seperti itu "
"Barusan " jawab key masih dengan wajah dinginnya.
Dia tidak terlihat ramah pada agnita tetapi justru memintanya untuk menjadi istri dari ayahnya.
"Kamu menjebakku? " agnita memandangi key dengan matanya yang menyipit.
Key mengacungkan ibu jarinya pada agnita dan lalu membalikkannya.
"Kamu ini! " cetusnya marah.
Dengan cepat dia menyiapkan jurus kuncian yang akan melumpuh lawannya yang sangat menyebalkan pagi ini.
"Awww.. " key tidak bisa bergerak, tetapi justru dia mengeluarkan tawanya.
"Kamu itu tidak cocok jadi istri! " cetus key, "tidak ada kelembutan sedikitpun, apalagi sama anak tirinya! "
"Key! " terdengar suara dari arah belakang mereka.
Suara dokter edwin yang terdengar itu penuh dengan kesabaran melihat putranya membuat keonaran di pagi hari. Membuat agnita dengan cepat melepaskan jurusnya itu pada key.
"Cepat minta maaf " ucapnya pada key, "kamu tidak boleh berkata tidak sopan pada wanita! "
"Maaf " ucap key dengan nada malas seraya menoleh ke arah agnita dan menjulurkan lidahnya.
Agnita membulatkan kedua matanya dan bibirnya mengerucut menanggapi permintaan maaf key tadi.
"Key sudah bilang padamu kalau hari ini kita pergi ke rumah sakit dan mengenalmu ke semua staf " ucap dokter edwin pada agnita.
"Agnita... "
"Nita saja dokter " selanya sambil memperlihatkan senyumannya.
"Ag itu nama keluarga besar saya " ucapnya pelan agar key yang sedang duduk di ruang makan tidak mendengarnya.
"Karena mungkin saya sudah di keluarkan dari kartu keluarga mereka, jadi panggil nita saja "
Antara aneh dan lucu membuat dokter edwin bingung untuk berekspresi seperti apa sekarang ini.
"Ceritanya panjang dokter " dia lebih dulu memberitahukannya sebelum dokter edwin bertanya padanya.
Dokter edwin tersenyum mendengarnya, "lebih baik sekarang kamu sarapan "
Dia terus memandangi sosok nita yang bergabung dengan putranya di meja makan, benar-benar wanita dengan nama yang sama namun berbeda kepribadian.
Terlihat olehnya key dan nita kali ini terlihat seperti tom and jerry di dunia nyata. Mereka berdua terus berjibaku tidak hanya dengan perkataan, satu tangan mereka yang terlihat saling menyikut sampai kaki-kaki yang berada di bawah meja makan pun ikut bergerak memperlihatkan kericuhan.
Dokter edwin yang ikut bergabung sarapan pagi inipun menanggapinya dengan gelengan kepalanya. Dia tidak mengerti dengan key yang terlihat tidak menyukai nita tetapi justru dia memilihnya, dan yang lebih buruknya dia sudah mengatakan pada semua tetangga akan ada anggota baru di rumahnya.
'Apa key benar-benar memilih nita ini? ' tanyanya dalam hati dengan kedua matanya yang masih menyaksikan perseteruan keduanya sambil sesekali menyeruput kopi miliknya...