cinta dalam jas putih

Kiriman Perhatian



Kiriman Perhatian

Nita terdiam mengamati jalanan yang berada di hadapannya, dia terlalu  fokus pada kemudinya. Tampak yoga yang sesekali menoleh ke arahnya dan kembali melihat ke arah jalan.     

"Sayang " panggil yoga, "aku kan tadi sudah bilang lebih baik kita telpon dion dan membiarkan dia yang  membawa mobilnya "     

"Kalau seperti ini, aku tidak tega melihat kamu menyetir kamu sedang hamil " sambung yoga.     

Nita tersenyum kecil tanpa menoleh ke arah yoga, "perutku juga belum terlihat besar, sekali-sekali mengantar pak dokter yang sedang sakit! "     

"Hati-hati di depanmu ada motor sayang " ucap yoga kembali.     

"Iya, aku lihat " nita dengan sikap tenangnya mengomentari ucapan yoga, dia menggelengkan kepalanya melihat suaminya itu sepertinya sangat  ketakutan ketika dia sedikit mempercepat laju kendaraannya.     

"jangan terburu-buru " lagi-yoga mengomentari, "pelan-pelan saja asal selamat sampai tujuan "     

"Ingat kamu sedang hamil! " yoga melanjutkan wejangannya.     

Nita tertawa tanpa suara, gelengan kepalanya muncul beberapa kali mendengar ketakutan-ketakutan yoga. Semuanya membuat telinga nita panas karena ocehan-ocehan kecil suaminya itu.     

"Jangan lupa nyalakan lampu sein jika akan menyalip "lagi-lagi yoga tidak berhenti mengoceh.     

"Tapi sebaiknya jangan menyalip! " cetus yoga.     

Nita tidak menghiraukan semua ucapan suaminya itu,dia sudah sangat cerewet sama seperti neneknya dulu, dan itu membuat nita semakin pusing.     

"Sayang' awas itu ada orang mau menyebrang! "      

Nita segera menepikan mobilnya ke samping jalan dan berhenti untuk beberapa waktu, dia menoleh ke arah yoga dengan kedua matanya yang menyipit.     

"sayang " ucap nita dengan nada penuh kesabaran, dia mencoba mengatur nafasnya dengan baik sebelum bicara kembali pada yoga "aku lihat dengan baik semua yang ada di depanku, kamu tenang saja aku akan sangat hati-hati... "     

"Suaranya sudah seperti alarm yang berbunyi setiap satu menit sekali! " cetus nita, "itu justru membuatku pusing dan tidak dapat berkonsentrasi! "     

"Apa kita lanjutkan kembali perjalanan pulangnya? " lalu nita melontarkan pertanyaannya.     

"Tapi berjanji terlebih dulu untuk tidak banyak bicara " nita mengeluarkan ultimatumnya, "jika tidak suka bertahanlah sebentar saja tutup mata supaya tidak terlihat menakutkan, ini hanya tinggal beberapa menit untuk sampai dirumah! "     

"Anggap saja kita sedang naik roller coster terbaik di dunia! " ucap nita, "nanti aku beritahu ketika sudah sampai di rumah kita tercinta! "     

Lalu senyuman lebar di wajah nita dia perlihatkan pada yoga, sebelum akhirnya di kembali menghidupkan mesin mobil dan melanjutkan perjalanannya.     

"kamu sekarang ini galak sekali sayang " yoga menanggapi semua omelan nita tadi, "apa itu bawaan kehamilan? "     

Nita tertawa kecil, "mungkin perasaan saja, itu bukan galak sayang tapi tegas! "     

"Apa bedanya? " tanya yoga,  "padahal sekarang ini aku sedang sakit, tapi malah di berikan omelan-omelan olehmu. Harusnya kan aku itu dimanja,,, "     

Nita tersenyum geli, sekarang ini yoga telah berubah menjadi anak yang manja. "iya aku minta maaf kalau tadi marah-marah, nanti aku manjain sesampainya di rumah ya sayang.. Tapi untuk sekarang kita harus cepat sampai di rumah! "     

"Aku seperti punya dua anak laki-laki sekarang! " cetus nita dalam hatinya, dia baru menyadari kebenaran ucapan neneknya dulu. Bahwa berapapun usia laki-laki dia akan menjadi lebih manja ketika sakit, itu sangat terbukti pada sikap yoga sekarang ini.     

Yoga tersenyum tipis, dia merasa merinding setelah melakukan hal yang sangat tidak biasa dilakukannya. Entah apa yang ada di pikirannya, ketika dia bersama nita selalu saja ingin mendapat perhatian yang khusus dari wanita itu. Padahal selama ini dia tidak pernah mencoba melakukan hal ini sebelumnya, tapi sekarang apa yang menurutnya berlebihan dia lakukan hanya untuk mengimbangi nita.      

Kedua mata nita memicing ketika dia sampai di depan rumah, dia berusaha memfokuskan apa yang sedaang dilihatnya. Sebuah mobil sedan berwarna hitam yang sangat dikenalnya telah terparkir di depan halaman rumahnya.     

"Sayang " panggil nita pada yoga, dia tidak melihat ke arah suaminya itu karena masih fokus pada apa yang dilihatnya.     

Lalu satu tangannya mencoba meraih yoga walaupun kedua matanya belum menoleh ke arah yang sedang diraihnya.     

"Ada apa? " hanya suara yoga yang terdengar berat di dengar oleh nita, sepertinya dia melakukan semua apa yang sudah di perintahkan nita ketika akan melanjutkan perjalanannya dengan tidur dan tidak bersuara.     

"Itu sepertinya mobil ayah! " cetus nita.     

Mereka berdua belum keluar dari dalam mobil karena tengah membicarakan pemilik mobil yang sudah terparkir di depan rumah.     

"Ayah siapa? " tanya yoga     

"Ayah siapa? " nita bersuara pelan dengan kerutan di dahinya. Dia akhirnya menoleh ke arah yoga yang masih memejamkan matanya karena tertidur walaupun dia masih bisa menjawab setiap pertanyaan nita.     

"Jangan bilang kamu lupa kalau ayahku sudah meninggal! " ucap nita dengan sedikit pukulan di tangan yoga sampai membuat yoga terperanjat karena terkejut.     

"Kaget sekali " yoga membuka kedua matanya dengan mengusap kedua tangannya yang diberi pukulan oleh nita.     

"Sakit sayang.. " rintihnya.     

Nita membulatkan kedua matanya dan mulutnya yang menahan tawa, "maaf aku tidak lihat kalau aku memukul tangan yang terluka! "     

"Habis ku tanya hanya menjawab saja tapi tidak lihat apa yang aku sebutkan " sambung membuat pembelaan diri.     

"Itu di depan sudah ada mobil ayah! " cetus nita.     

Yoga membenarkan posisi duduknya dan melihat ke arah yang mobil yang dibicarakan nita sedari tadi.     

"kenapa ayah dan ibu iba-tiba datang " ucap yoga, diapun segera keluar dari mobilnya diikuti oleh nita.     

"Jadi ayah masih ada " ucap nita dalam hatinya, ketika dia bermimpi bahwa ayah mertuanya telah meninggal ternyata bukan kenyataan, tidak seperti ketika dia bermimpi tentang kematian sang nenek yang menjadi kenyataan.     

Dia bernapas lega karena masih dapat bertemu dengan sosok ayah yang ketika dalam mimpinya begitu baik padanya. Dan di dunia nyata inilah kesempatan pertama mereka dipertemukan kembali setelah beberapa waktu yang lama tidak bertemu.         

"Kenapa tahu kalau ibu pasti datang dengan ayah? " nita melontarkan pertanyaan yang begitu aneh di dengar oleh yoga sampai tawanya muncul.     

"sayang ayah itu sudah berusia enam puluh sembilan tahun " jawabnya, "hormon testosteronnya sudah menurun, jadi dia akan menjadi sedikit manja dan penuh ketakutan, pergi kemanapun pasti ingin ditemani oleh ibu "     

"Berbeda dengan ibu, semakin dia berusia lanjut sikap maskulin dan pemberaninya lebih muncul. Jadi kalau dulu ayah yang melindungi ibu sekarang ibu lah yang melindungi ayah "     

Nita menganggukan kepalanya mengerti dengan penjelasan yoga tentang kedua orang tuanya.     

"Jadi,,, " nita berhenti sejenak, "kalau suamiku menjadi manja aku mengerti mungkin karena dia sudah menginjak usia diatas enam puluh tahun! " dia lalu menjulurkan lidahnya ke arah yoga.     

Yoga tertawa kecil, "enak saja, aku masih dua puluh tahun. Buktinya masih banyak wanita muda yang mengejar-ngejar! "     

"Mereka kejar mungkin karena minta tanda tangan saja " nita mengomentari ucapan yoga dengan tawanya.     

"Iya, karena suamimu ini sangat populer " yoga membanggakan dirinya.     

"Karena wanita mudanya itu pekerja farmasi yang menawarkan obat " celetuk nita, "ya jelas mereka kejar-kejar sampai mereka minta tanda tangan. Karena setelah mereka berhasil dapat tanda tangan mereka dapat bonus dari perusahaan tempatnya bekerja! "     

Yoga tidak dapat menahan tawanya kali ini, sepertinya karena itu sangat  lucu di dengarnya membuat perutnya kesakitan. Nita yang berjalan di belakangnya pun menertawakan ucapannya sendiri, dia sendiri aneh dengan apa yang baru saja di ucapkannya itu tidak terkonsep dalam pikirannya muncul begitu saja.     

"Sepertinya lucu sekali sampai kalian tertawa seperti itu " sesosok wanita paruh baya telah berdiri di balik pintu menyambut mereka.     

Seketika tawa yoga dan nita terhenti ketika melihat sosok ibu telah berdiri di hadapan mereka, dengan cepat yoga meraih satu tangannya untuk dia berikan ciuman diikuti oleh nita yang kemudian mencium tangannya.     

"Sudah lama, bu? " tanya yoga.     

"Lumayan " jawabnya, "kenapa dengan tanganmu? "     

Senyuman dan keterkejutan muncul secara bersamaan di wajah yoga, "tadi ada kecelakaan kecil di rumah sakit, tenang saja bu ini hanya luka kecil sudah diobati "     

"Nita yang obati " sambung yoga.     

"Aku? " suara nita sangat pelan tidak terdengar oleh siapapun, kedua alisnya terangkat mendengarkan ucapan yoga pada ibunya.     

Nita terkejut ketika ibu mertuanya itu menoleh ke arahnya, senyuman kaku terlihat di wajah nita melihat tatapan kedua matanya. Itu membuatnya kesulitan untuk mengeluarkan kata-kata walaupun sekedar menanyakan kabar kedua orang tua suaminya itu.     

"Ayah dimana bu? " pertanyaan yoga itu membuyarkan kecanggungan nita yang tengah dipandangi oleh ibunya.     

"Sedang istirahat di kamar tamu " jawabnya, "tadi siang mumu membersihkan kamarnya "     

"Ibu dan ayah menginap disini? " lalu yoga bertanya kembali.     

"Kenapa? tidak boleh ayah dan ibu menginap beberapa hari untuk melihat cucu? " ucapnya, "kalian kapan ada waktu mengunjungi orang tua yang sudah renta, yang setiap hari berharap di kunjungi oleh anak dan cucunya! "      

yoga tertawa kecil, "Iya maaf, bu. Jangan marah-marah seperti itu, menantu ibu nanti ketakutan dengan ibu mertuanya, dia sedang hamil takutnya menjadi orang yang perasa "     

Nia yang sedari tadi menjadi penyimak yang baik seketika memasang wajah aneh ketika yoga menjadikannya alasan agar ibunya itu tidak memarahinya karena kesibukannya yang membuatnya jarang mengunjungi kedu orang tuanya.     

"Aku kan marah padamu! " cetusnya, "tidak marah dengan  nita "     

"Iya ibu sayang " yoga lalu merangkul bahu ibunya itu dan di bawanya untuk berjalan ke arah ruang keluarga, dia menoleh ke arah nita yang masih mematung dan mengedipkan satu matanya ke arah istrinya itu. Dia seperti memberikan isyarat padanya bahwa kali ini dia yang akan menangani ibunya yang sedang kesal itu.     

"Kenapa aku jadi gugup seperti ini? " tanya nita pada dirinya sendiri seperginya yoga dan juga ibu mertuanya. Ada senyuman dan gelengan kepalanya mengomentari sikap canggungnya itu.     

Ketika dia hendak melangkahkan kakinya menuju kamarnya dia mendengar suara bel berbunyi, dia mengurungkan niatnya dan berjalan menuju ke arah pintu depan.     

"Kiriman paket, bu " suara seseorang yang sudah berdiri di depan pintu dan bicara dengan senyuman lebar diwajahnya.     

Nita memandangi sosok laki-laki muda dengan pakaian seragam khas perusahaan jasa pengiriman barang, dengan topi yang dipakainya pun bertuliskan nama sebuah perusahaannya. Dia terlihat membawa sebuah kotak yang berukuran sedang.     

"Ada kiriman paket untuk dokter yoga " ucapnya.     

Nita lalu menerima kotak tersebut, "dari siapa? "     

Petugas itupun membaca ulang selembar kertas yang dipegangnya, "dari doker andien "     

"Tolong ibu tanda tangan bukti kiriman telah diterima disini " di menunjukan sebuah bagian yang harus ditanda tanganinya.     

"Terima kasih " ucap nita setelah dia membubuhkan tanda tangannya, sosok pengirmin barang itupun pergi dari hadapannya.     

"Dokter andien perhatian sekali memberikan makanan ini " ucap nita pelan, dia dapat menebak isi dalam kotak tersebut hanya dengan mengenduskan hidungnya di dekat kotak tersebut. Aroma khas makanan tercium di hidungnya.     

Dia tidak bergegas untuk masuk kedalam rumahnya, kedua matanya masih terus memandangi kotak yang menngeluarkan aroma wangi tersebut. Kedua tangannya pun masih memegangnya dengan baik, terdapat sebuah tulisan 'get well soon ' diatas penutup kotak tersebut begitu memperlihatkan betapa besarnya perhatian seorang rekan kerja suaminya itu.     

"Manis sekali " ucap nita penuh denngan rasa haru bercampur kecemburuan yang lalu meliputi seluruh pikirannya.     

Tiba-tiba kedua matanya tertuju pada sebuah tempat sampah yang berada tepat di depan rumahnya walaupun dari kejauhan, dan kali ini tatapannya berganti ke arah kotak yang di peganginya. Lalu senyuman tipis muncul diwajahnya dengan tatapannya yang berpindah ke tempat sampah yang sedari tadi begitu menarik perhatiannya dan dianggapnya dapat menyelesaikan masalah kecemburuannya itu...      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.