cinta dalam jas putih

Berbaikan



Berbaikan

"Dion " nita terkejut melihat sosok dion muncul di hadapannya ketika dia sedang bersiap-siap untuk pulang.     

"Dokter yoga mengatakan pada saya untuk mengantar ibu pulang " ucap dion dengan wajahnya yang terlihat panik.     

Nita mengernyit, "memang dokter yoga masih operasi? "     

"Tadi itu saya menghubungi ibu dengan ponsel dokter yoga, tapi sepertinya ditolak dan saya kesulitan kembali menghubungi ibu "     

"Ahh, iya tadi saya sedang rapat " nita mengingat ketika dia bicara dengan keempat stafnya tadi yoga menghubunginya, dan dia dengan sengaja menolak serta tidak mengaktifkan ponselnya.     

"Ibu janji dulu pada saya akan tenang dan baik-baik saja " lalu tiba-tiba dion mengucapkan perkataan yang membuat nita semakin kebingungan dalam waktu sekejap perasaannya menjadi tidak menentu. Karena tiba-tiba dia merasa terjadi sesuatu pada suaminya itu.     

Dia seketika mengambil tasnya, "langsung saja jalan! "     

"Tapi, bu saya belum bilang... " dion harus menyusul langkah nita yang lebih dulu darinya, dengan wajah yang ketakutan dion mencoba menghentikan langkah nita.     

"Ibu saya mohon berjalanlah pelan-pelan " dion memasang wajah yang begitu memelas pada nita, sampai seperti seseorang yang akan menangis di hadapan istri pimpinannya tersebut.     

"Kamu tenang saja, saya tidak akan melahirkan hanya dengan berjalan cepat seperti ini " ucap nita.     

Tawa yang penuh dengan rasa takut pun muncul di wajah dion, "bisa-bisanya ibu tenang seperti itu, sedang saya merasa ngilu melihat ibu yang hamil berjalan cepat seperti itu! "     

Tawa nita pun muncul, "lihat betapa beruntungnya erin punya pasangan perasa sepertimu! "     

"Baiklah, katakan saja sekarang ada apa? " lanjut nita.     

Dion mencoba mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum dia bicara pada nita.     

"Tadi di ruang IBS ada sedikit kesalahan teknis, sepertinya kami melewatkan kalibrasi lampu drager yang membuat terjadinya insiden "     

"Insiden apa? " tanya nita, "dokter yoga terluka? "     

"Kenapa kalian bisa melewatkan kalibrasi alat seperti itu? sampai terjadi kecelakaan kerja. Bukankah ini keteledoran? " pertanyaan-pertanyaan nita pada dion layaknya seorang pengawas yang tengah melakukan introgasi pada sebuah kejadian yang melukai suaminya itu.     

"Ibu, saya harus terlebih dulu menjawab yang mana? " dion kebingungan.     

Nita sedikit memikirkannya, "tidak perlu kamu jawab kalau kamu kebingungan, sekarang tunjukan saja dimana dokter yoga! "     

Nita lalu kembali melangkahkan kakinya, dengan dion yang menyusulnya.     

"Bu, saya mohon jangan berjalan terlalu cepat saya sangat ketakutan melihatnya " dion pun melipatkan kedua tangan di depan dadanya, menunjukkan sebuah permohonan pada nita.     

Nita menggelengkan kepalanya, "iya, iya, lama-lama kamu seperti ibuku saja! "     

"Apa yang terjadi pada dokter yoga? " nita lalu bertanya kembali ketika dion sudah terlihat tenang, ini sangat membingungkan situasinya sangat terbalik justru dionlah yang terlihat begitu panik.     

"Dokter yoga melindungi pasien, jadi tangan kanannya terkena luka bakar, ada kebakaran kecil di ruang IBS karena drager " jawab dion, mereka bicara sambil terus melangkahkan kakinya.     

"Tapi kenapa ibu tidak terlihat panik? padahal yang saya takutkan itu ibu panik dan menangis ketika mendengar dokter yoga kecelakaan "     

Kedua alis nita terangkat, "apakah aku tidak terlihat panik? "     

"Tidak " jawab dion.     

"Padahal aku sangat panik, tapi mungkin tidak terlihat olehmu " ucap nita, "tapi jika terus memperlihatkan kepanikan kita akan lama sampai di tempat dokter yoga "     

Dion menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia melihat pemikiran nita yang sangat berbeda dengan wanita-wanita yang biasa ditemuinya.     

"Sekarang juga kita pergi " ucap nita sambil terus melangkahkan kakinya.     

"Dokter yoga ada masih di ruang perawatan paviliun  " beritahu dion, "setelah dokter andien mengantarnya ke IGD, pihak rumah sakit memutuskan untuk melakukan observasi luka bakar di ruang perawatan "     

"Dokter andien " ucap nita pelan, dalam langkahnya dia tiba-tiba membayangkan sosok dokter andien yang begitu dekat dengan yoga ketika kejadian tadi. Jika bukan karena dia mengucapkan kata-kata yang memperlihatkan ketidaksukaannya pada nita tadi dia tidak akan mungkin berpikiran seperti itu.     

"Saya tidak akan masuk, bu " ucap dion ketika mereka sampai di depan pintu ruang perawatan paviliun, "karena dokter yoga tadi menginstruksikan saya mengantar ibu pulang "     

Nita tersenyum, kata-kata formal dion sepertinya sangat lucu bagi nita. Dia begitu patuh pada atasannya itu.     

"Iya, biar saya yang bilang. Sekarang kamu kembali saja ke ruangan "      

"Baik, bu " dion lalu berbalik dan meninggalkan nita sendirian di depan pintu ruangan dimana yoga dirawat.     

Nita lalu mengetuk pintu satu kali dan membukanya, dia memandangi yoga yang tengah terbaring dengan selang infus dan perban menutupi tangan hingga siku kanannya.     

Yoga sepertinya terkejut melihat kehadiran istrinya itu, karena dia tidak berkata apapun.     

Nita berjalan menghampirinya dan duduk disamping yoga.     

"Apa dokter andien tidak kesini? " tanya nita mengelilingkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan.     

Dahi yoga berkerut, "andien?... kenapa tiba-tiba menanyakan dia? "     

"Yang harusnya bertanya itu aku, kenapa tidak langsung pulang kerumah? dan juga kenapa tadi tidak menerima telponku? bukankah kamu masih marah? "     

Kedua alis nita terangkat, walaupun dia mencoba tidak tersenyum di wajahnya tidak dapat berbohong merasa lucu melihat yoga yang merajuk.     

" Tadi ada sedikit masalah di ruangan baru " jawab nita, dia lalu berpindah duduk di sebelah kiri yoga dan merangkul tangan yoga yang tidak terkena luka.     

"Aku terlalu fokus ketika bekerja " ucap nita, "jadi katakan saja apa yang harus aku lakukan untuk bisa memperbaiki kesalahan tadi "     

Yoga terdiam dengan sikap manis nita yang sekarang ini membuatnya tidak bisa berkutik, wanita disampingnya itu benar-benar pandai mengambil hatinya dengan sikap manjanya itu.     

"Apa mereka membuat pekerjaanmu menjadi berat? " tanya yoga.     

"Tidak perlu pikirkan itu sekarang " nita tersenyum, "yang terpenting saat ini adalah kesehatan suamiku, jadi tidak boleh memikirkan tentang pekerjaan "     

Nita harus menjadi wanita yang pandai merayu kali ini, karena perasaan bersalahnya tidak menerima telpon dari suaminya tadi.     

Yoga tersenyum tipis sekaligus teraneh melihat sikap manis nita kembali, dia berpikir mungkin ini menjadi pertanda bahwa mereka telah berbaikan setelah satu hari kemarin nita mengacuhkannya.     

"Sayang, aku boleh minta tolong " ucap yoga.     

"Minta tolong apa? " nita tidak lantas menjawab permintaan yoga.     

"Tolong bukakan semua pakaianku " bisik yoga.     

Kedua mata nita seketika membulat, wajahnya memerah. "jangan aneh-aneh, ini di ruang perawatan bukan di rumah! "     

"Memangnya kenapa? aku sudah tidak tahan sekarang ini. Tangan kananku sedang terluka jadi tidak dapat melakukan apapun.. "     

"Sudah tidak tahan apa? " geram nita, melihat sikap yoga yang selalu saja membuatnya malu.     

"Aku kegerahan, baju operasi ini belum sempat aku ganti tadi " jawab yoga, "karena kamu tidak bisa dihubungi tadi, kamu mau andien yang gantikan bajuku tadi? "     

Wajah nita bertambah memerah, entah apa yang ada di dalam pikirannya sehingga dengan cepat mengambil kesimpulan negatif dari permintaan yoga kali ini.     

"Jangan sebut dokter andien lagi! " cetus nita, "atau nanti tangan kirimu yang baik-baik saja akan bernasib sama! "     

Yoga tertawa kecil melihat kecemburuan dari nita kali ini, jika berwajah lucu seperti itu justru membuat yoga semakin ingin menggodanya.     

"Memangnya apa yang kamu pikirkan ketika aku memintamu membuka baju? " yoga mulai melemparkan pertanyaan yang menyebalkan.     

"Tidak ada " jawab nita singkat.     

Kedua tangan nita mulai membantu yoga membuka baju ruang operasi yang dipakainya dan menggantinya dengan kemeja putih milik yoga.     

"Jangan menertawakan aku seperti itu! " cetus nita ketika senyuman muncul di wajah yoga ketika dia tengah mengancingkan kemejanya.     

"Kamu harus hati-hati dengan daerah bawah " yoga mulai menggodanya, "itu sangat sensitif apalagi jika kamu yang menyentuhnya! "     

"Hentikan.. " rengek nita, dia memasang wajah sedihnya. "Berhenti menggodaku atau aku pulang sekarang juga! "     

"Jadi kamu mengijinkan dokter andien yang membantuku memakai baju? " yoga seperti memberikan sebuah pilihan sulit pada nita.     

"Oohh,,, begitu ya! " ucapan nita dengan jeda yang cukup panjang, "jadi sekarang mulai main api lagi ceritanya, sudah tangan terbakar sepertinya mau ditambah lagi tempat lain yang mau dibakar! "     

Tawa yoga lalu muncul, dia merasa senang hati melihat nita yang berwajah cantik ketika marah. Tangan kirinya melingkar di dada nita, dia memeluk nita dari belakang sambil terduduk di atas tempat tidur pasien.     

"Aku senang mendengar suaramu lagi walaupun marah-marah " ucap yoga pelan, "sepertinya aku harus cepat-cepat memakai celana panjangku karena mungkin sebentar lagi dokter rendi akan datang! "     

"Iya, aku bantu " nita beranjak dari duduknya mengambil celana milik suaminya itu.     

Dahi nita penuh dengan kerutan ketika melihat yoga yang sengaja berbaring di atas tempat tidur.     

"Kenapa seperti bayi baru lahir saja padahal kan cuma mau pakai celana! " cetus nita.     

Lengkungan bibir membentuk senyuman diperlihatkan oleh yoga, "tanganku kan sedang terluka sayang, aku tidak bisa apa-apa sekarang ini.. "     

"Tangan kiri kan masih baik-baik saja "     

"Tapikan terpasang infus " yoga membela diri.     

Nita menarik nafasnya dalam-dalam, "baiklah, aku bantu pakai celana "     

"Terima kasih "     

Yoga sepertinya dapat senang hati di tingkat paling atas sekarang ini, ternyata kecelakaan kali ini membawa keberuntungan tersendiri baginya.     

"Hati-hati dengan daerah sensitif " ucap yoga sengaja ingin memprovokasi nita.     

"Iya.. " jawab nita datar.     

"Jangan sampai terjadi sesuatu, karena itu harus dibayar secara tunai " lagi-lagi yoga mengoceh pada nita.     

"Berhenti bicara seperti itu atau aku benar-benar akan memukulnya! " dan nitapun akhirnya mengeluarkan kekesalannya karena kecerewetan yoga. Akhirnya dia selelsai dengan tugasnya walaupun yoga tidak berhenti tertawa karena ucapan ganas nita padanya.     

"Kejam sekali dipukul " ucap yoga, "itukan aset paling terbesar milikku "     

"Hentikan jangan membicarakan hal mesum disini! " cetus nita.     

Yoga duduk disamping nita dengan memandangi nita yang merapikan pakaian kotor miliknya.     

"Apa andien juga menyusahkanmu? "     

Nita terdiam beberapa saat dan lalu tersenyum ke arahnya, "tidak "     

"Syukurlah, tadi aku sempat berpikir dia akan menyusahkanmu juga "      

"Tidak salah maksudku " nita menyelesaikan perkataannya.     

Tawa yoga muncul bersamaan dengan rasa terkejutnya, "jadi dia juga ikut menyusahkanmu? "     

"Mungkin dia mau membalas sakit hati karena tidak menikah dengan laki-laki pujaan semua wanita di rumah sakit! " nita lalu menjulurkan lidahnya ke arah yoga.     

Awalnya yoga berniat ingin membalas ledekan nita padanya akan tetapi candaan mereka terhenti ketika mendengar suara seseorang mengetuk pintu dan membuka pintunya.     

Ada empat orang dokter yang menjadi sahabat yoga datang kali ini, dan dokter andien salah satunya. Nita segera beranjak dari duduknya, dan menoleh ke arah yoga dengan senyumannya.     

"Aku tunggu diluar.. "     

Yoga tahu sepertinya istrinya itu canggung ketika keempat sahabatnya datang, dia sepertinya masih saja merasa menjadi seseorang yang membuat yoga malu...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.