Tim Pertama
Tim Pertama
Keempat stafnya terdiam, tidak ada satupun dari mereka berani menjawab pertanyaan yang nita lontarkan tadi.
Tatapan nita pun masih seperti biasanya, tanpa memperlihatkan kemarahannya. Dia masih akan menunggu untuk beberapa waktu sampai ada salah satu dari mereka yang menjawabnya.
Nita harus menarik nafasnya dalam-dalam ketika setelah beberapa detik tidak ada satupun dari mereka yang menjawab.
"Apa pertanyaan tadi sangat sulit? sampai tidak ada satupun dari kalian yang bisa menjawabnya " ucap nita, dia memperhatikan keempatnya stafnya secara bergantian.
"Saya minta maaf jika ucapan saya sekarang sedikit sombong, kalau kehadiran saya sebagai kepala ruangan disini tidak diharapkan oleh kalian katakan saja. Saya akan dengan mudah mengajukan kembali ke tempat saya semula, tapi apa kalian semua tahu untuk apa kehadiran seorang kepala ruangan itu? "
"Dan mungkin harus saya sebutkan jawabannya, adalah untuk mempersatukan semua staf yang pada dasarnya berbeda-beda pemikiran. " sambung nita.
Dan suasana semakin hening, nita sudah menciptakan suasana yang tidak menyenangkan di hari pertamanya bekerja di tempat baru.
"Saya hanya perlu diberitahu saja tindakan dokter, tidak perlu kalian sanjung-sanjung. Atau saya harus memasang wajah marah agar kalian bisa menuruti semua perkataan saya dan memperlihatkan kekuasaan saya itu lebih dari yang lainnya "
"Saya tidak suka seperti itu " nita melanjutkan ucapannya, "karena sebelum kalian bekerja disini, harusnya kalian tahu apa tujuan dari sebuah tim. Kita maju tanpa menyingkirkan orang lain dan naik tanpa menjatuhkan orang lain. Kalian tahu itu apa artinya? di tim tidak akan dinilai secara perorangan tapi satu ruangan, kalau sekarang saja kehadiran saya tidak kalian anggap bagaimana kita bisa bekerja sama? "
Mereka semua tertunduk, melihat nita mulai mengeluarkan taringnya. Sepertinya mereka menyadari pimpinannya itu telah tersinggung.
"Ternyata memang sulit untuk dijawab, jadi sepertinya saya masih harus menunggu lama "
"Maaf bu, kami bukan bermaksud seperti itu " akhirnya dinar memberanikan dirinya untuk bicara.
"Tadi itu, saya lihat ibu sedang sibuk di ruangan ibu jadi kami tidak memberitahukan. Terlebih lagi, biasanya kami memberitahu tindakan hanya ketika kami kesulitan saja "
Nita terdiam untuk berpikir, dia masih mengamati keempat stafnya itu.
"Jadi memang pola pikir dan kebiasaan mereka yang sudah salah itu yang tidak sesuai... " ucap nita dalam hatinya.
"Tapi kami tidak bermaksud tidak menghargai keberadaan ibu " kali ini elma yang bicara, "kami minta maaf jika telah membuat ibu tersinggung "
Nita kembali menarik nafasnya dalam-dalam, "itu bukan salah kalian, saya hanya belum tahu kebiasaan kerja kalian disini. Saya lupa walaupun kita sama bagian dari obgyn tapi ternyata cara kerja kita berbeda "
"Tapi,,,, " lagi-lagi nita berucap, "bukan berarti tidak bisa dirubah kan? "
Lagi-lagi mereka tidak menjawab pertanyaan dari nita, hanya tatapan ketakutan yang mereka perlihatkan padanya.
Seperti tebakan nita, mereka tidak akan ada yang mengomentari ucapannya. Itu semua membuat pertanyaan-pertanyaan aneh dalam pikiran nita, tentang apakah mereka mengerti dengan yang diucapkannya atau mereka sama sekali tidak peduli, dan menganggap ucapan-ucapan nita adalah gertakan semata yang akan hilang beberapa menit kedepan.
"Lian, gisya " panggil nita secara bergantian.
"Bukankah kalian sudah memiliki sertifikat APN? " tanya nita.
"Iya " jawab liana diikuti oleh gisya kemudian.
"Baiklah " nita menganggukan kepalanya, "untuk permasalahan pertama, dinar beritahu semua staf jika dokter akan melakukan tindakan apapun beritahu saya "
"Lian, gisya saya hanya akan bertanya pada kalian berdua " nita sedang berusaha mencari solusi dari keluhan dokter andien padanya tadi.
"Apa melakukan hecting perineum itu berat? " tanyanya.
"Iya, kadang-kadang saya sakit pinggang " jawab gisya.
"Tapi tergantung tingkat kesulitan rupturnya " lian memberikan jawaban yang berbeda.
"Saya sudah percaya dengan kemampuan semua teman-teman disini " ucap nita, "mendengar keluhan kalian, mungkin apa yang dirasakan oleh penanggung jawab shift kalian itu dua kali lebih besar dari kalian karena dia sedang hamil besar sekarang ini. Seharusnya ada sedikit rasa empati, karena mungkin kalian juga akan sama seperti elma nanti menikah dan hamil ketika bekerja "
"Bisakah kalian secara bergantian mengambil alih pekerjaan yang terberat seperti melakukan tindakan hecting perineum tadi " nita kembali melanjutkan ucapannya, "saya tahu dokter andien hanya ingin orang tertentu yang menjadi asistennya, tapi jika seperti itu kedepannya kalian tidak akan memiliki keahlian yang berbeda. Saya yang akan bicara dengan dokter nanti masalah itu "
"Tapi, bu saya tidak apa-apa mengerjakannya karena itu tanggung jawab saya " elma pun akhirnya berani mengeluarkan pendapatnya.
Nita tersenyum tipis, "saya tahu, tapi menurut saya itu seperti mematikan karakter seseorang. Yang lebih lama bekerja bukan berarti dia yang paling semuanya bisa, dan bukan berarti orang baru itu tidak dapat melakukan apa-apa. Mereka mungkin lebih update dari kita, karena saya tidak menilai kemampuan seseorang hanya dari sebuah nilai dan akademi mana dia bersekolah! "
"Saya akan melihat itu dari kemampuan lapangan, menilai secara nyata bukan dari perkataan orang lain " sambungnya.
"Itu sudah peraturan kami dari dulu, bu " ucap dinar.
"Iya, saya tahu " nita membenarkan ucapan dinar, "karena peraturan itu sudah mendarah daging tentu akan sulit jika ingin merubahnya dengan cepat, saya hanya ingin membangun kekuatan tim terlebih dahulu saja. Kalau saya, tidak akan pernah tega melihat teman saya yang tengah hamil besar melakukan tindakan berat sedang saya hanya menulis laporan "
"Dilihat sebentar saja sudah terlihat bahwa tim kalian tidak saling memiliki dan tidak mempunyai tenggang rasa " lanjut nita.
Ucapan nita terhenti ketika tiba-tiba ponselnya berdering, dia melihat sekilas nama suaminya di layar ponselnya. Dengan cepat dia melakukan penolakan panggilan.
"Aku harus menyelesaikan ini terlebih dulu " ucap nita pelan, setelah dia menolak panggilan dari yoga diapun mematikan ponselnya.
Semua dilakukannya bukan karena dia masih menyimpan kemarahannya pada yoga, tapi dia merasa jika dia menunda berbicara dengan stafnya sekarang semua yang ada di pikirannya akan tiba-tiba hilang dan dia akan lupa semua yang sudah dia rencanakan.
"Kita lanjutkan " nita kembali fokus pada elma dan kedua rekan kerjanya, "kalau misalnya, yang melakukan hecting lian atau gisya dan elma sebagai penanggung jawab mengevaluasi pekerjaan kalian setelah selesai tindakan apa itu akan jadi masalah untuk tim kalian? "
"Tidak, bu. " jawab lian, "tapi dokter andien.. "
"Saya yang bertanggung jawab bicara hal itu pada dokter andien " nita menyela ucapan lian, dia hanya perlu memberikan jaminan bahwa semua yang dia rencanakan tidak akan berdampak negatif pada semua staf nya.
"Kalian hanya perlu katakan, apakah kalian keberatan dengan yang saya katakan tadi atau tidak! " lanjut nita.
"Anggaplah elma itu adalah kakak kalian " nita berucap sambil tersenyum ke arah lian dan gisya, "saya lebih menyukai orang yang mau menghargai seseorang yang lebih tua darinya dari yang memiliki nilai sempurna tapi tidak mempunyai rasa hormat "
"Yang paling pertama harus kalian lakukan adalah cobalah untuk lebih dekat dengan tim yang lainnya agar tim kalian bisa baik "
Keempat staf yang berdiri dihadapannya tertunduk, sepertinya mereka telah malu mendengar semua perkataan pimpinan baru mereka yang langsung mengevaluasi kinerja mereka.
"Lian, kemarilah " nita mengulurkan tangannya ke arah lian yang kemudian disambut.
Betapa terkejutnya lian ketika tiba-tiba nita memeluknya dan memberikan usapan lembut di punggungnya.
"Maafkan saya jika di hari pertama ini mengatakan hal yang menyakitkan " ucap nita pelan.
Lian terpaku, bibirnya membuka tanpa suara karena masih terkejut dengan pelukan nita kali ini.
Nita melepaskan pelukannya dan tersenyum ke arah lian.
"Bukankah saya yang seharusnya meminta maaf, bu.. " kata-kata lian dengan pelan.
Nita tersenyum, "saya mengandalkanmu "
Lalu dia berjalan ke arah gisya dan melakukan hal yang sama, "saya harap kita dapat bekerja sama dengan baik mulai sekarang, saya akan sangat membutuhkan bantuan kalian "
Gisya tersenyum ke arah nita, "saya akan dengan senang hati membantu ibu "
"Terima kasih "
"Kamu adalah orang yang akan sangat membantu saya saat ini " ucap nita ketika memeluk dinar, "karena kamu adalah orang yang paling tahu tentang ruangan ini "
"Saya akan merasa senang jika bisa membantu ibu " jawab dinar, "saya merasa bangga karena telah mendapatkan kepercayaan ini "
Nita menoleh ke arah elma dan tersenyum, "sepertinya saya tidak dapat memberikan pelukan, karena perut kita sudah sama-sama membesar "
Tawa elma muncul ketika mendengar ucapan lucu nita, dia lalu meraih tangan nita.
"Terima kasih karena ibu sudah begitu baik membuat keputusan ini " ucap elma.
Nita tersenyum, dia hanya tahu bahwa sebenarnya yang nita sarankan tadi adalah keinginannya yang tidak bisa dikatakan pada kedua rekan kerjanya karena kekhawatirannya pada tanggung jawabnya sebagai kepala shift dan terlebih peraturan dokter andien yang memberatkannya.
"Itu sudah menjadi tugas saya, kita semua harus bekerja sama mulai sekarang "
Nita bisa bernafas lega untuk hari ini, karena dia telah membuat satu tim yang dia temui hari ini untuk bekerja lebih baik.
"Masih ada dua shift lagi! " jerit nita dalam hatinya, dia masih harus bekerja keras dan mempersiapkan dirinya mengahadapi berbagai karakter baru di depannya terlebih lagi dia harus mengahadapi dokter andien yang dengan nyata meragukan pekerjaannya.
"Kata kak dinar bidan kanita tidak pernah marah " ucap gisya, "tapi tadi itu jelas sekali dia marah, walaupun wajahnya terlihat tenang "
"Aku suka pemimpin seperti itu! " cetus lian.
Elma tersenyum mendengar ucapan kedua rekannya, dia tahu kebaikan nita tapi dia adalah tipe orang yang hanya mengagumi dalam diam saja.
"Tapi itukan pencitraan awal saja " tiba-tiba dinar bicara pada elma, "dia tahu kamu itu kepala shift, pasti dia akan berbaik hati padamu terlebih dulu. Sekarang ini dia sedang mencari dukungan "
Elma mengernyit, "kamu tidak pernah berubah sedikit pun, semua pimpinan kita kamu anggap tidak layak atau mencari dukungan saja. Kenapa tidak kamu saja yang jadi kepala ruangannya! "
Dinar tertawa, "aku tahu diri elma, disini aku bukan saudara atau istri pejabat jadi hanya bisa mengomentari saja! "
"Itu bukan komentar " jawab elma sambil tertawa sinis, "lebih jelasnya nyinyir, atau iri karena kamu kalah saing! "
"Ishh!! " dinar mendesis kesal, "kalian sudah termakan bujuk rayunya! "
Elma dan kedua rekannya memutuskan untuk meninggalkan dinar yang masih terkesal sendirian, dia adalah orang yang menurutnya tidak akan pernah terhipnotis oleh tindakan baik nita. Dia orang yang sangat percaya bahwa di tempatnya bekerja tidak ada yang mendapatkan sebuah jabatan secara murni.