cinta dalam jas putih

Menguji Kejujuran



Menguji Kejujuran

Yoga semakin mendekat dan telah menyentuh kotak tersebut dengan ragu. Dipikirannya terlintas untuk membukanya karena dia merasa adalah suaminya dan berhak untuk mengetahui semua milik nita.     

"Sepertinya ada cara lain yang harus aku gunakan " ucap yoga pelan, dia mengurungkan niatnya untuk melihat isi dari kotak tersebut dan berbalik menjauh dari arah meja.     

Baru beberapa langkahnya menjauh dari tempat yang membuatnya begitu dipenuhi rada ingin tahu, nita muncul dari balik pintu kamar mandi.     

"Kamu sudah selesai mandi " yoga mendekat ke arah nita, "kamu wangi sekali "     

Nita mengernyit, "aku belum mandi, baru mencuci muka saja supaya make up tadi bersih "     

Yoga terdiam seketika, dia mati kutu. Kebingungan apa lagi yang harus di ucapkan pada nita, dia mulai salah tingkah dan ketakutan. Pikirannya yang biasanya dipenuhi akal-akal jenius ketika berhadapan dengan nita menghitam seketika.     

"Ada apa? " tanya nita aneh melihat sikap yoga yang tidak seperti biasanya.     

"Tidak ada " jawab yoga, dia lalu meraih satu tangan nita.     

"Kita ajak axel dan ellen makan, bagaimana? "     

Nita sedikit berpikir, "tapi aku belum lapar, kalian saja duluan "     

"Kalau tidak lapar temani saja " wajahnya penuh dengan pengharapan pada nita.     

Dahi nita berkerut, lalu senyumannya muncul dan memberikan anggukan kepala sebagai jawabannya.     

"Apa tas itu milikmu? " yoga melontarkan pertanyaan yang tidak biasanya, dengan sedikit nada keraguan.     

Dia merasakan kekonyolan atas pertanyaan yang diucapkannya tadi, seorang laki-laki yang tiba-tiba menanyakan tas milik istrinya hanya untuk memancing sebuah jawaban yang akhirnya nita akan bercerita tentang hadiah yang diberikan oleh dokter edwin padanya.     

Ini seperti sebuah permainan yang dilakukan untuk menguji sebuah kejujuran, karena selama ini nita selalu menceritakan sedetail apapun hal yanh dialaminya.     

Nita menoleh ke arah tas miliknya, "itu tas milikku, jangan bilang lupa karena itu oppa dokter paling baik dan tampan yang membelikannya! "     

Yoga menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia mulai kehabisan cara untuk memprovokasi nita sekarang ini.     

"Sayang tunggu dulu " ucap nita, dia berjalan ke arah meja riasnya dan mengambil sesuatu di dalam tasnya.     

"Tadi di acara pernikahan aline aku bertemu dengan dokter edwin, dia memberikan hadiah ini " nita lalu memperlihatkan sebuah kotak berwarna biru kehadapan yoga yang diapun belum tahu isi dari kotak tersebut.     

"Kamu bertemu dengan dokter edwin? " tanyanya berpura-pura tidak mengetahui pertemuan nita dengan dokter edwin.     

Nita menganggukan kepalanya, "kami sempat bicara banyak juga tadi "     

Yoga tersenyum lebar, diapun merasa malu karena beberapa saat yang lalu dia menganggap nita menyembunyikan pertemuannya dengan sahabatnya itu.      

Dugaannya kembali salah, karena wanita di hadapannya itu tidak akan pernah berbohong padanya.     

"Apa yang kalian bicarakan? "      

Nita terdiam sejenak, "yakin mau mendengarnya? "     

"Kenapa memangnya? "     

"Karena ceritanya sedikit aneh dan menyedihkan sekaligus berlebihan " jawaban nita dengan nada pelan, dia memperlihatkan wajah polosnya.     

Yoga tersenyum karena sikap nita yang lucu, dia memang wanita yang pandai menjaga perasaan siapun orang yang bicara bersamanya, tapi dia sudah terlanjur ingin mengetahuinya.     

"Tidak apa-apa, memangnya dia menyatakan perasaan cintanya padamu sampai kamu berkata seperti itu? "      

Nita terkejut dengan ucapan yoga, karena pertanyaannya itu sangat tepat sekali dengan kejadiannya bersama dengan dokter edwin.     

Nita tersenyum diantara keterkejutannya, "kenapa tahu apa yang dokter edwin katakan? "     

Yoga tersenyum, "menebak saja, tidak aneh kalau ada laki-laki yang mengenalmu tidak menyatakan cintanya! "     

"Sepertinya dia menyukaimu ketika kalian terkunci bersama pak adit dulu " sambung yoga.     

"Kenapa tidak marah? " tanya nita pelan.     

"Aku tidak akan marah, justru aku malu karena kamu tidak pernah sedikitpun menyembunyikan sesuatu apapun dariku "     

"Betapa bangganya aku sudah memilikimu sekarang " pujinya, "wanita yang tetap rendah hati walaupun disukai oleh banyak orang "     

Nita dibuat malu oleh pujian yoga padanya, "itu terlalu berlebihan, jangan sering memujiku nanti aku bisa lupa diri. Lagipula disukai banyak orang bukan hal utama yang menjadi kebanggaan "     

Yoga tersenyum satu tangannya mengusap lembut pipi nita, "kamu tahu,, ketika tuhan memisahkan dua hati yang tidak seharusnya bertemu dia pasti akan selalu mempertemukan dua hati yang tidak seharusnya berpisah "     

"Kita yang sempat terpisah pun dulu akhirnya dipertemukan kembali oleh tuhan, karena mungkin kita tidak boleh terpisah harus bersatu selamanya " sambung yoga.     

"Terima kasih karena tetap bersamaku, selalu setia denganku dan selalu menjaga kehormatanmu sebagai istriku "     

Yoga lalu memberikan pelukan padanya, "walaupun sebenarnya aku tahu kamu pasti berusaha keras untuk menghilangkan keinginanmu hanya demi keluargamu "     

Nita teraneh, "keinginanku tentang apa? "     

"Dokter edwin itu orang yang sangat baik, wanita manapun pasti menyukainya. Pasti pernyataan cintanya itu membuatmu sulit untuk tidak menyukainya "     

"Tidak seperti itu " nita menanggapi ucapan yoga tentang perasaannya, "tadi itu aku merasa tidak nyaman dengan pernyataannya dan merasa bersalah, tapi bukan karena tidak bisa membalas pernyataan cintanya. Tapi karena aku sudah membuat hidup seseorang menjadi tidak indah seperti itu, padahal dia tahu aku sudah menikah "     

"Tidak apa-apa, kita lupakan saja " ucap yoga, "sekarang kamu lihat saja apa yang sudah dia hadiahkan untukmu "     

"Tahu tidak? cerita hadiah ini lucu "      

Yoga mengernyit, "kenapa lucu? "     

"Karena dokter edwin bilang aku tidak perlu memakainya jika tidak mauhw, dan yang memakainya itu harus putri kita ketika dia besar. Dia mengatakan akan menikah dengan putri kita nanti! "     

Yoga tertawa kecil, "dia mau menikah dengan putri kita? enak saja! "     

"Dia pikir mudah menghadapi calon mertua sepertiku " sambung yoga, "apalagi nanti putriku yang akan dia nikahi itu cantik dan baik sepertimu, aku pasti akan overprotektif sekali pada semua laki-laki di dekatnya! "     

Tawa nita pun muncul, dia tidak bisa membayangkan jika ucapan yoga itu benar-benar nyata. Pasti yoga akan menjadi ayah yang sangat ditakuti oleh semua anak-anaknya, tapi dia seperti itu karena sifat penyayangnya.     

"Sebenarnya aku sudah tahu tentang kalian yang bicara tadi di acara pernikahan " ucap yoga, "tadi tidak sengaja mendengar axel dan ellen membicarakan dokter edwin yang axel bilang menyatakan dan memberikan sesuatu padamu "     

Mendengar hal itu nita seketika terdiam, dalam hati kecilnya ada ucapan terima kasih pada dokter edwin yang sengaja membuat obrolan mereka tadi seolah-olah tidak ada. Walaupun secara kebetulan ketika dia menyatakan perasaannya putranya itu mendengarnya.     

"Tapi tadi itu seperti tidak tahu apapun, itu seperti sedang mengujiku... " nita tidak meneruskan kata-katanya, dia menoleh ke arah yoga dan memandangnya.     

"Jadi tadi itu aku sengaja diuji! " cetus nita dengan memicingkan matanya.     

Yoga tersenyum, "aku bukan bermaksud seperti itu, hanya aneh saja kamu tidak langsung menceritakannya "     

"Jahat sekali, padahal sudah tahu! " cetus nita memasang wajah kesalnya, "jadi kamu tidak mempercayaiku? "     

Yoga membulatkan kedua matanya, "bukan itu maksudnya sayang.. "     

Dia berhenti seketika begitu melihat reaksi nita yang cemberut karena marah padanya, kali ini benar-benar akan menjadi masalah untuknya.      

"Ini, ambil saja hadiahnya! " cetus nita menyimpan dengan paksa hadiah dari dokter edwin ditangan yoga.     

"Memangnya kamu pikir aku mau diberi hadiah? terus kalau aku diberi hadiah itu aku bisa dengan cepat berbohong! " bicaranya ketus.     

"Sayanggg,,, " yoga menahan nita, "iya aku mengaku salah karena sengaja menguji kejujuran kamu, aku minta maaf ya.. "     

"Minta maaf saja sama hadiah itu! " cetus nita, ternyata dia memang telah terlanjur marah karena perbuatan yoga.     

"Kamu mau kemana? " yoga menahan langkah nita.     

"Membuat makanan untuk axel dan ellen " jawaban nita begitu dingin kali ini, dia tidak menoleh kembali ke arah yoga setelah memberikan jawabannya.     

Yoga berdiri sendirian di dalam kamarnya dengan satu garukan di kepalanya, dia tersenyum melihat kemarahan nita yang memang wajar. Tapi dia menjadi tidak habis pikir karena justru nitalah yang berbalik marah padanya karena merasa tersinggung dengan apa yang sudah dilakukannya yaitu menguji kejujurannya.     

"Aku harap dia tidak benar-benar marah " ucapnya pada diri sendiri, dia lalu menyimpan kembali hadiah milik nita kedalam tas miliknya tanpa melihat isi dari hadiah tersebut karena tiba-tiba muncul kemarahan istrinya itu.     

"Bubu pandai sekali membuat makanan apapun " terdengar suara axel dari arah dapur oleh telinga yoga ketika dia keluar dari dalam kamar tidurnya, dia melangkahkan kakinya ke arah dapur dan melihat mereka bertiga tengah serius membuat makanan.      

Yoga tersenyum lebar, jika nita mau dia bisa saja bicara pada mba mumu untuk membuatkan axel dan ellen makanan. Tapi karena memang pada dasarnya dia adalah ibu sejati dia sendiri yang membuatkan makanan untuk axel dan ellen.     

"Aku panggil bubu juga boleh? " tanya ellen dengan wajah sumringahnya.     

"Supaya ketika besar nanti, tiba-tiba axel menyukaiku aku kan tidak canggung lagi memanggil bubu " sambung ellen.     

"Aku kan sudah katakan, aku tidak akan suka dengan kamu cerewet! " axel menanggapi celotehan lucu ellen.     

"Iya tidak apa-apa, panggil bubu saja " nita tertawa gemas menyaksikan kedua tingkah polos putranya yang beranjak remaja.     

"Bolehkan aku minta makanan yang tidak berlemak, kata kakak dan ibuku makanan berlemak bisa membuat badanku gemuk " celetuk ellen, "seperti perut bubu! "     

Nita tertawa kecil ketika ellen mengomentari bentuk perutnya, ellen mungkin bersikap seperti itu karena melihat sikap kakak dan ibunya. Dia seperti ingin menjadi dewasa sebelum waktunya dengan sifat polosnya yang tidak bisa disembunyikan karena muncul secara alami sesuai dengan usianya.     

"Ellen, ibuku bukan gemuk " axel jugalah yang harus mengkonfirmasi kebenarannya, "ada adik bayi di dalam perutnya! "     

"Iya, apapun itu " ellen terlihat tidak peduli, "yang pasti aku tidak mau seperti itu! "     

"Kamu lebay! " cetus axel.     

Ellen menjawabnya dengan menjulurkan lidahnya ke arah axel, mereka itu dua sahabat yang terlihat seperti sebuah kartun tom and jerry.     

Nita tertawa kecil, tidak bisa membayangkan ketika seorang dokter kim yang menakutkan mempunyai seorang putri yang cantik, selain cerewet dia juga memiliki rasa percaya diri yang tinggi mudah akrab dengan orang yang baru dikenalnya. Ini sangat bertolak belakang dengan sifat yang dimiliki ayahnya itu.     

"Ayah " teriak axel yang baru menyadari ada kehadiran sang ayah dibelakang mereka.     

Nita menoleh sekilas dan lalu kembali fokus dengan makanan yang dibuatnya tanpa senyuman sedikitpun.     

Yoga tersenyum menanggapi kemarahan istrinya tersebut, dan berdiri disamping nita.     

"Apa ada yang bisa aku bantu? " lalu dia mencoba menawarkan bantuan pada istrinya itu. Yoga sedang mencoba membujuk nita supaya tidak marah berkepanjangan padanya.     

"Tidak perlu " jawab nita dengan senyuman di wajahnya tapi tatapannya terlihat tajam memperlihatkan kemarahannya.     

"Duduk saja disana dengan axel dan ellen, biar aku yang buatkan makanannya! "     

Yoga tertunduk menyembunyikan senyumannya, ternyata kali ini dia tidak dapat menembus dinding kemarahan nita. Sepertinya dia telah begitu sakit hati dengan tindakan yoga tadi.     

"Apa yang kamu sukai ketika di rumah? " celoteh ellen pada axel. Kedua bocah ini tidak mengetahui sama sekali perang dingin antara yoga dan nita saat ini.     

"Aku suka mengganggu bubu " jawab axel sambil terkekeh, dia melihat ke arah nita yang juga tertawa mendengar ucapannya.     

"Kalau om dokter? " lalu ellen bertanya pada yoga.     

"Suka bekerja sama dengan axel mengganggu bubu! "      

Jawaban dari yoga itu membuat mereka bertiga tertawa.     

"Aku mau sekali seperti bubu kamu " ellen berbisik ke arah axel, tapi suaranya masih dapat di dengar oleh yoga.     

"Selain populer dan banyak yang menyukainya, dia juga sering di ganggu. Aku suka seperti itu " ellen membuat pernyataan yang membuat axel menepuk keningnya.     

"Kamu kan perempuan, ellen! " cetus axel, "baru sekarang aku lihat ada perempuan yang ingin di ganggu! "     

Ellen tertawa, "aku kan mau juga di ganggu sama kamu axel! "     

Perkataan gadis cantik polos itu membuat nita terbatuk mendengar pernyataannya, dia begitu terang-terangan menyatakan keinginannya.     

Yoga dengan cepat mengambil segelas air untuk nita yang sepertinya terlalu mengambil hati ucapan ellen. Nita menerimanya dan meminumnya seteguk.     

"Axel, ayahku dan ayah kamu kan berteman di rumah sakit. Kita juga satu satu sekolah, aku cantik dan kamu tampan itu kan pas sekali. Pasti ayah kita akan menjodohkan kita nanti sampai menikah.. "     

Dan kali ini giliran yoga yang tersedak dengan ucapan ellen, dia bicara seolah-olah telah dewasa sekarang ini padahal mereka masih duduk di bangku kelas empat sekolah dasar.     

Nita justru menertawakan yoga yang bereaksi seperti dirinya tadi, sepertinya perang dingin akan segera berakhir antara yoga dan dokter kim mungkin berakhir dengan perjodohan kedua anak mereka sesuai dengan yang ellen sebutkan.     

"Ini " nita memberikan air minum yang diberikan yoga tadi padanya.     

Yoga meneguknya dan tersenyum ke arah nita, "memang buah itu tidak jauh dari pohonnya, keinginan mereka ternyata sama "     

"Kalau dulu aku menolak perjodohan dengan adik dokter kim, ternyata anakku yang berjodoh dengan keluarga dokter kim "     

Tawa nita sedikit demi sedikit mulai menghilang mendengarkan ucapan yoga.     

"Adik dokter kim? " tanya nita, "memang kapan kalian di jodohkan? "     

Yoga tertawa kecil, "aku belum ceritakan ini padamu kan? pasti kamu penasaran "     

"Ini yang membuat hubungan kami renggang sekarang " sambung yoga.     

"Iya aku penasaran kenapa hubungan kalian seperti sekarang ini " jawab nita dengan tatapannya yang seperti sedang menunggu yoga untuk segera bercerita padanya.     

Yoga berbisik ke arah nita, "aku akan cerita tapi harus mendengar janjimu dulu "     

"Janji apa? "     

"Janji untuk memaafkanku dan tidak mengacuhkanku lagi " lagi-lagi yoga berbisik ke telinga nita.     

Yoga tersenyum tipis melihat nita yang sepertinya sedang memikirkan ucapannya, ternyata jurus yang dia pakai masih dapat mempengaruhi pikiran nita kali ini. Dia dengan susah payah mencoba mengeluarkan semua ide di dalam otaknya untuk membuat nita kembali memperhatikannya.     

Nita masih terdiam, disisi lain dia masih terkesal dengan perbuatan yoga tadi dan disisi lain dia sangat begitu ingin tahu siapa wanita yang pernah akan dijodohkan oleh dokter kim dengannya sampai membuat hubungan mereka renggang. Dia mulai kebingungan untuk memutuskan kali ini..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.