cinta dalam jas putih

Jalan Kehidupan



Jalan Kehidupan

"Kenapa aline membuat aku harus memakai gaun dihari pernikahannya.. " ucap nita memandangi dirinya sendiri di depan cermin, gaun yang diberikan khusus untuk dipakainya di acara pernikahan sahabatnya.     

"Dia juga sengaja mengosongkan jadwalku supaya hadir di pernikahannya " nita menyambung ucapannya.     

Aline dan aditya memang benar-benar ingin pernikahannya bukan hanya saja dihadiri olehnya, tapi dia dan yoga menjadi bridesmaid yang secara khusus untuk pernikahan mereka.     

"Bubu cantik " axel lalu muncul dan  mengomentari penampilan nita pagi ini, gaun putih yang digunakannya begitu terlihat sempurna di pakainya. Aura wajahnya semakin terlihat bercahaya karena kehamilannya, ditambah pipinya yang memerah alami muncul karena sanjungan putranya tadi.     

Nita tersenyum, "terima kasih sayang "     

Kedua tangannya meraih kerah kemeja yang dipakai oleh putranya itu, dia merapikan dan mengusapnya mencoba membersihkan kemeja axel walaupun itu sangatlah bersih. Hari ini pun axel terlihat sangat tampan dengan kemeja dan jas yang dipakainya.     

"Ayah bilang nanti bubu akan bekerja di ruangan yang baru, jadi akan lebih sibuk " ucap axel, "aku janji akan melakukan semua tugas sekolah, merapikan tempat tidur sendiri, supaya bubu tidak lelah ketika pulang. Dan bubu tetap sehat bersama adikku "     

Nita tersenyum tipis, dia sedikit menyalahkan yoga karena telah menceritakan tentang pekerjaannya pada axel karena dia takut itu justru membebaninya walaupun axel memang anak yang mandiri dia tidak ingin membuat putranya itu melakukan semua sendirian hanya karena tahu betapa beratnya pekerjaan yang dia lakukan.     

"Bubu janji harus sehat " sambung axel.     

"Iya " senyuman nita muncul mendengar permintaan putranya itu.     

Terdengar suara seseorang yang mengetuk pintu, yoga telah berdiri di depan pintu menunggu mereka.     

Nita berjalan bersama axel menghampiri yoga yang sudah berdiri menunggunya, sama seperti axel yoga terlihat berbeda dalam kemeja dan jas yang berwarna senada seperti axel.     

"Ada yang ingin aku bicarakan " ucap nita pelan pada yoga.     

Wajah yoga berubah menjadi serius seketika mendengar ucapan nita, "ada apa? "     

"Aku mengakui suamiku memang paling tampan " nita lalu tertawa kecil, menjulurkan lidahnya ke arah yoga sambil melangkahkan kakinya meninggalkan yoga yang malu karena pujian nita.     

"Dia mencoba menggodaku rupanya! " cetus yoga dengan tawanya yang muncul karena pujian nita itu seperti sebuah hembusan angin surga baginya.     

Dengan cepat dia menyusul langkah wanita yang sudah membuatnya seperti terbang di atas awan, dia berjalan disamping nita.     

"Apa ada yang kamu inginkan? " tanya yoga.     

"Untuk apa? " nita balik bertanya, karena dia tidak mengerti tiba-tiba suaminya itu memberikannya suatu pilihan.     

"Kamu kan sudah memujiku, jadi aku akan memberikanmu hadiah karena pujianmu "     

Nita tertawa kecil, "kalau tahu setiap aku berikan pujian dapat hadiah, pasti setiap hari aku puji. Walaupun tanpa di puji juga suamiku itu sudah keren, tampan dan baik hati "     

"Aku akan berikan hadiah berlipat ganda pada istriku yang manis ini " ucap yoga.     

"Ayah,, bubu,, kita jadi berangkat tidak? " suara axel menghentikan aksi saling lempar pujian kedua orang tuanya.     

"Dari tadi ayah dan bubu malah romantis-romantisan! " dan ucapan axel pun membuat nita dan yoga tertawa karena baru menyadari ada sosoknya diantara mereka ketika saling memuji satu sama lain.     

Mereka berhenti di sebuah gedung yang telah dihiasi berbagai bunga yang mengeluarkan wewangian dan memberikan keindahan pada gedung yang memiliki warna dasar putih tersebut.     

"Aku temui aline dengan axel " ucap nita ketika mereka sampai di dalam gedung yang telah di padati banyak orang yang telah hadir.     

"Ya, aku akan cari pak adit " ucap yoga, dia meraih tangan axel untuk ikut bersamanya.     

"Axel denganku saja, kamu pergi temui aline sendiri saja "      

"Kenapa? "     

"Katanya tadi aku tampan, kalau nanti ada wanita yang menggoda ketika lihat axel pasti akan berpikir dua kali " ucapnya.     

"Lalu aku? "     

"Kamu juga kan bawa calon bayi di perutmu pasti aman, tidak akan ada yang macam-macam "     

Nita tertawa mendengarkan ucapan aneh suaminya itu, jika dia terus mendengarkannya akan semakin menumpuk gula-gula di pikirannya karena kata-kata manisnya.     

Dia segera berjalan menuju ruangan dimana pengantin wanita dan pengiringnya berkumpul, semua penghuni ruangan berteriak ketika melihat kehadirannya. Seluruh staf ponek telah hadir disana termasuk filla yang menyambutnya dengan senyuman.     

"Kamu cantik sekali " nita berdiri di samping aline yang hampir selesai dengan riasannya.     

"Terima kasih " ucap aline sumringah.     

"Ibu duduklah disini " erin membawa nita untuk duduk disebuah kursi yang menghadap ke arah cermin besar dengan lampu-lampu di sekelilingnya.     

"Untuk apa? " nita teraneh.     

"Kak, karena pimpinanku ini sudah cantik sekarang buatlah dia luar biasa bahkan mengalahkan kecantikan pengantin " erin memberikan perintah pada petugas rias yang berdiri disampingnya.     

"Siap "     

"Tapi, aku tidak perlu bermake up seperti kalian " nita sedikit enggan karena dia tidak terbiasa dengan make up seperti yang dipakai oleh seluruh rekan kerjanya hari ini.     

"Hari ini saja, bu " pinta aline, "di hari pernikahanku "     

Jika aline sudah berwajah seperti itu dengan permintaannya dia tidak dapat melakukan penolakan, akhirnya dia harus mengalah dan membiarkan make up menyentuh wajahnya.     

Membutuhkan waktu hampir tiga puluh menit baginya untuk merias nita dan memperindah penampilan rambutnya, sepertinya semua penghuni ruangan sudah tidak sabar ingin melihat hasilnya.     

"Jangan halangi aku untuk berteriak! " ucap erin ketika melihat nita.     

"Cantik sekali!! " erin dengan cepat memeluk nita diikuti rekan-rekannya yang lain.     

"Ibu mengalahkan pengantin wanita hari ini " bisik rafa, "karena ibu jarang menggunakan make up hari ini jadi terlihat luar biasa "     

Nita tersenyum malu, "kalian ini terlalu berlebihan, ada-ada saja. Yang pasti yang paling cantik hari ini adalah aline pengantinnya "     

"Pasti dulu waktu ibu menikah cantik seperti ini " erin kembali berucap.     

Senyuman di wajah nita hampir saja hilang, akan tetapi dia membuatnya kembali berada di wajahnya untuk tetap tersenyum.     

"Aku hampir melupakan kalau dulu aku tidak memiliki acara pernikahan seperti ini " ucapnya dalam hati, kesedihan lalu mencuat dalam hatinya.     

"Ayo kita berfoto " ajak filla.     

Mereka berjajar rapi dengan aline yang yang berada di poros tengah memperlihatkan senyuman paling indah dari semua para sahabatnya.     

Senyuman masih terlihat di wajah nita karena dia begitu pandai menyembunyikan kesedihannya itu.     

"Aku bahkan tidak mempunyai foto pernikahanku " lagi-lagi ungkapan kesedihan muncul didalam lubuk hatinya untuk beberapa waktu lamanya.     

Nita memantapkan dirinya sendiri untuk sadar dan tidak terbawa oleh perasaan sedihnya saat ini, dia telah melupakan kebahagiaan yang dia dapat sekarang ini. Dia telah merasa bahwa tidak ada gunanya bersedih karena hal yang telah lalu, memantapkan hatinya kembali dan mulai berpikir logis pada jalan kehidupan yang harus dia lalui dahulu.     

Jalannya yang begitu terlihat indah oleh banyak orang disampingnya, akan tetapi pada kenyataannya dia harus bersusah payah menghadapinya untuk mendapatkan kebahagiaan sekarang ini.     

"Maafkan aku tuhan " ucapnya lagi, "beberapa saat yang lalu aku telah melupakan setiap kebahagiaan yang telah diberikan dengan mengingat masa lalu.. "     

Dia lalu kembali ke kehidupan nyatanya saat ini, dan berusaha tidak terbuai untuk ingin kembali menjadi cinderella. Tetap menjadi kanita yang seperti sekarang ini dan selalu memiliki semangat di situasi apapun.     

"Sudah waktunya pengantin keluar " seseorang muncul dari balik pintu, dia masuk dan menuntun aline untuk keluar dari ruangan.      

"Ibu jangan jauh-jauh dari kami " ucap erin memegang satu tangan nita.     

Nita tersenyum, "iya kamu tenang saja "     

Erin memperlakukannya seperti seorang anak kecil yang berada di tengah keramaian untuk tetap bersamanya agar tidak hilang.     

"Pak adit ganteng banget! " pekik erin, ekspresinya yang berlebihan itu membuat tawa nita muncul menanggapi sikap erin.     

Dia melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru gedung untuk dapat menemukan yoga dan axel yang sedari tadi tidak dilihatnya.     

Kedua matanya berhenti di sepasang mata yang sepertinya pun memperhatikannya, dan tatapan itu berasal dari aditya yang tepat duduk disamping aline. Entah memang secara kebetulan mata mereka saling bertemu, atau mungkin aditya sedang mengagumi penampilan nita saat ini. Nita memutuskan untuk memberikan senyuman dan lalu mengabaikannya untuk kembali mencari sosok yoga dan axel.     

"Ibu " panggil erin, "sepertinya perutku mulai keroncongan, aku harus mencari makanan terlebih dulu "     

"Ibu tunggu disini! " sambungnya.     

"Iya " nita bicara geram, sedari tadi perlakuan erin padanya sangat membuat nita tidak nyaman.     

Seperginya erin, diapun merasakan tenggorokannya kering dan berjalan kecil ke arah samping kirinya untuk mengambil segelas air agar dia dapat menghilangkan rasa hausnya.     

"Mereka sebenarnya pergi kemana? " tanya nita satu tegukan jus buah masuk ke dalam mulutnya dengan kedua matanya yang masih terus mencari dua orang kesayangannya diantara banyaknya orang yang mendatangi acara pernikahan aline saat ini.     

"Maaf " suara seorang laki-laki yang lewat dihadapannya begitu cepat dan berdiri di belakang nita.     

Dia tidak sempat menjawabnya, hanya sekilas memandangi sosok tersebut yang membelakanginya. Seorang laki-laki yang baru saja mengucapkan maaf padanya ketika berjalan di hadapannya.     

Laki-laki itu sama sekali tidak kembali berbalik membuat nita tidak dapat melihat wajahnya, hanya terlihat sosok tingginya dengan kemeja lengan panjang dengan warna hitam yang mendominasi dan motif batik cendrawasih papua biru masih membelakanginya.     

Nita mengangkat kedua bahunya, dia hanya tidak akan menghiraukannya karena mungkin itu hanya seseorang lewat dihadapannya saja.     

"Tunggu "     

Suara itu muncul dan menahan langkah nita yang hendak kembali ke tempat awalnya berkumpul dengan sahabat-sahabatnya.     

Langkah nita terhenti dan kembali berbalik ke hadapan laki-laki tersebut untuk memastikan bahwa laki-laki itu memang bicara padanya.     

"Jangan berbalik " ucapnya masih membelakangi nita.     

Dahi nita berkerut dengan tawa anehnya mendengarkan ucapan seseorang yang tidak dikenalnya itu.     

"Tetaplah di posisi awalmu " lagi-lagi dia berucap pada nita.     

Suaranya yang terdengar oleh nita bersamaan suara-suara di dalam gedung membuatnya sedikit sulit untuk mengenali pemilik suara yang begitu khas ditelinganya.     

Entah apa yang membuat nita terpengaruh oleh ucapannya itu, karena tiba-tiba nita mengikuti semua apa yang diucapkannya. Mereka berdiri di tempat yang sama dan saling membelakangi.      

"Apa kabar, kim min rae? "     

Nita tertegun dan seketika terdiam mendengar sebuah nama yang disebutkannya itu, bibirnya seketika membeku dan tidak dapat berkata apapun. Dia mengetahui dengan persis seseorang yang selalu memanggilnya dengan sebutan seperti itu padanya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.