cinta dalam jas putih

Perpisahan



Perpisahan

Pagi-pagi sekali yoga memberikan ciuman selamat pagi di pipi nita yang sedang membuatkan axel sarapan, dia lalu duduk di kursi di samping istrinya itu.     

Nita tersenyum, "mau roti juga? "     

"Boleh " jawabnya, dia lalu memandangi nita dengan menyipitkan matanya.     

"Kenapa melihatku seperti itu? "     

Lalu senyuman muncul di wajah yoga sebelum dia bicara.     

"Aku sedang mengingat kejadian kemarin malam di ruang kerja, sangat menyenangkan dan berbeda " ucapnya, "jadi aku berpikir kita harus mencobanya di tempat lain "     

"Masih pagi sayangku! " nita geram, dia mengelilingkan pandangannya untuk memastikan tidak ada siapapun didekat mereka dan mendengar pembicaraan aneh yoga.     

"Kita belum mencoba di ruang makan " godanya kembali, dalam sekejap wajah nita memerah.      

"Kalau kamu diam itu tandanya istriku setuju "     

Wajah nita semakin memerah, tangan-tangannya mulai gatal untuk memberikan balasan cubitan di pinggang yoga agar dia diam dan tidak menggodanya lagi.     

Axel muncul di tengah-tengah mereka dengan tawa-tawa kecil memperhatikan sikap kedua orang tuanya.     

"Apa ayah mengganggu bubu lagi? " satu tangannya meraih roti yang telah nita siapkan, kedua matanya tidak lepas dari sosok nita dan yoga.     

"Karena ini hari libur, jadi satu-satunya pekerjaan ayah itu pasti mengganggu bubu! " celetuk axel, dia menjadi komentator terjujur pagi ini.     

"Karena kalau mengganggu kamu pasti kamu tidak suka dan segera mengurung diri di kamarmu! " yoga pun akhirnya mengucapkan pembelaan diri pada axel.     

"Kapan aku seperti itu? " axel berbalik membuat pertanyaan pada ayahnya itu, "ayah kan sudah jarang bermain denganku, aku selalu di temani bubu saja setiap hari "     

Perkataan axel itupun telah membuat yoga terdiam dan kebingungan untuk memberikan jawabannya, dia menoleh ke arah nita yang tersenyum ke arahnya. Satu tangan nita memegang tangan yoga, sebagai bentuk pemberian semangat pada suaminya itu.     

Yoga menarik nafasnya dalam-dalam, "baiklah ayah mengaku salah, jadi karena kesalahan ayah kamu boleh menghukum ayah hari ini dengan apapun "     

"Apapun? "     

Wajah axel masih terlihat datar, dengan mulutnya yang masih mengunyah roti yang dipegangnya.     

"Apapun " yoga memperlihatkan senyuman lebarnya pada axel, sebagai bentuk kesungguhannya.     

"Yes! " axel beranjak dari duduknya, dia berjalan menghampiri kedua orang tuanya.     

Tetapi yang dia tuju tetaplah sosok nita, melingkarkan satu tangannya dengan mesra seraya memeluknya.     

"Hei, kamu kan meminta pada ayah " yoga meraih tangan axel dan membawanya untuk duduk dipangkuannya.     

"Kenapa yang mendapatkan pelukannya hanya ibumu! " sambungnya, "ibumu saja senang duduk di pangkuan ayah kenapa kamu tidak senang "     

Kedua mata nita seketika membulat ke arah yoga, dia selalu saja mengeluarkan pembicaraan yang tidak seharusnya di ucapkan di depan putranya.     

"Kamu lihat bubumu marah " yoga justru semakin senang membuat nita kesal sekarang ini.     

"Iya " axel menanggapi candaan sang ayah, "bubu itu cantik kalau sedang marah! "     

"Tos! " Yoga menyetujuinya, mereka dengan cepat membuat sebuah pernyataan yang sama dengan kedua telapak tangan mereka. Kedua laki-laki itu mulai bekerja sama membuat nita malu pagi ini.     

"Ayah temani aku bermain game hari ini " barulah axel membuat permintaan pada ayahnya itu, "sampai aku bosannnnn! "     

"Baiklah, kita bermain sekarang juga " yoga beranjak bersama axel dan meninggalkan nita sendirian yang sedari tadi menjadi sasaran candaan mereka, dan setelah puas membuat nita malu mereka meninggalkannya sendirian.     

"Wanita memang selalu dapat bagian sabarnya saja " ucap nita pelan, dia pun bangkit dari duduknya dan mencoba mencarikan kesayangannya itu makanan kecil ketika sibuk bermain nanti.     

"Apa bubu ada janji dengan seseorang? " tanya axel ketika mendengar suara bel di pintu depan, dia bersiap untuk membuka pintunya.     

Nita menggelengkan kepalanya, "biar bubu saja yang buka "     

Dia berjalan menuju ke depan rumah dan membuka pintu, telah berdiri semua rekan kerjanya ditambah dengan kehadiran aditya dan dion. Mereka semua tersenyum canggung ketika melihat nita yang berdiri di hadapan mereka, dia begitu dibuat terkejut dengan kehadiran sahabat-sahabatnya.     

"Kejutan! " suara erin yang pertama didengar oleh nita, suara khasnya dengan lengkingan tinggi membuat axel dan yoga segera menyusul nita untuk melihat tamu yang tiba-tiba hadir di hari libur.     

"Dokter, maaf kami lancang datang kerumah " aditya yang kali ini bicara.     

"Dokter, bolehkan kami mengadakan perkumpulan yang memusingkan ini untuk terakhir kalinya " pinta erin, "kami tidak ingin membiarkan ibu kepala kami berpindah begitu saja, kami ingin menciptakan kenangan yang terbaik buat ibu "     

"Kenangan? " dahi nita berkerut, dia tidak mengerti dengan apa yang sudah diucapkan aline.     

"Kami dengar ibu akan segera menjadi kepala ruang bersalin " jawab aline, "jika kami tidak bisa ikut ibu, maka kami ingin bersama dengan ibu hari ini "     

"Oh, tentang itu " nita baru menyadarinya, senyumnya terlihat dipaksakan "memang siapa diantara kalian yang tahu tanggal pastinya aku pindah? "     

Karena nita sendiri belum tahu kapan dia akan berpindah tugas ke tempat baru, dia belum menerima surat resmi dari pihak kepegawaian tempatnya bekerja     

"Pak adit! " semua orang dengan kompak berkata dan menunjuk ke arah aditya yang berdiri di barisan paling belakang.     

Nita tersenyum kaget dan menganggukan kepalanya, dia mengerti mengapa tiba-tiba semua rekan kerjanya hari ini berada di di rumahnya. Dia menoleh ke arah yoga, karena dia tahu suaminya itu tidak mungkin tidak mengetahuinya.      

Laki-laki itu hanya mengangkat kedua bahunya dengan senyum dan wajah tidak berdosa yang dia tunjukan pada nita.     

"Kenapa kalian berdiri saja diluar " ucap yoga, "masuklah! "     

"Rafa dan filla sedang dinas pagi hari ini " ucap karin, "mereka akan menyusul nanti "     

"Ya "      

Lalu kemudian karin semakin mendekat ke arahnya dan mulai berbisik.     

"Akan ada yang menikah dengan cepat sekarang ini! "     

Nita mengernyit, "erin? "     

"Bukan " jawab karin, "tapi teman terakhir kita, akhirnya dia sold out juga "     

"Aline? " nita membulatkan matanya.     

Karin menjawabnya dengan anggukan dan tawanya yang dia tahan.     

"Aline dan pak adit? " akhirnya nita tersihir oleh perkataan karin yang membuatnya menjadi begitu penasaran dengan kehidupan pribadi orang lain.     

"Memang sama siapa lagi " ucap karin, "tadi itu tiba-tiba saja pak adit membicarakan jadwal ibu dan mereka harus menyesuaikannya tanggal pernikahan mereka dengan jadwal ibu dan dokter yoga "     

"Sampai seperti itu? " nita sedikit tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh karin padanya, "aku kan bukan siapa-siapa mereka "     

"Bukan siapa-siapa bagaimana, ibu itu sangat berjasa untuk mereka " ucap karin, "sampai mereka akhirnya memutuskan untuk menikah, itu karena ibu semuanya "     

Ada sedikit senyuman di wajah nita, dia lalu mengarahkan pandangannya ke arah aline yang juga memandanginya. Tatapan sahabatnya itu kali ini berbeda, ada sedikit gurat kesedihan diwajahnya. Tapi dengan cepat nita menepisnya, dia berharap itu hanya perasaannya saja dan kenyataan yang sebenarnya aline lebih bahagia dari yang dia perkirakan.     

Lalu kali ini matanya tertuju pada sosok yoga yang memberikan isyarat dari matanya untuk ikut ke suatu tempat dengannya, nita segera beranjak dan mengikuti yoga yang berjalan ke arah dapur.     

"Aku pergi membeli makanan sebentar dengan pak adit " ucap yoga ketika mereka hanya berdua di dapur, "axel sedang bermain dengan dion, kamu bersenang-senanglah hari ini bersama mereka "     

"Maafkan karena waktu bersama axel harus terhambat lagi " nita menjadi merasa begitu tidak enak hati.     

"Siapa bilang, kita masih punya banyak waktu untuk bermain " yoga mencium rambut nita, "kita bisa tidur bersama-sama nanti malam, tapi kamu harus tetap tidur didekatku supaya aku bisa memelukmu "     

"Pak dokter manis sekali " mba mumu yang sedari tadi berada di belakang mereka berkomentar dengan kemesraan majikannya.     

"Kamu sengaja kan bicara seperti itu di depan mba mumu! " gerutu nita pelan, "sengaja banget sih mau membuat aku malu! "     

Yoga tertawa kecil, dia kembali mencium rambut nita sebelum pergi.     

"Mba jangan di ledek ibunya, nanti dia tambah marah semakin tambah cantik jadinya "      

Mba mumu mengacungkan kedua ibu jarinya dengan tawa senangnya menyaksikan kebahagiaan yang selalu dibuat yoga untuk nita setiap hari.     

"Mulai lagi kan! " nita geram, raut wajahnya berubah terlihat kesal karena candaan yoga yang sekian kali.     

Tapi kemudian tawanya diantara kekesalannya muncul, dia merasakan satu hal yang membuat perasaannya bahagia dengan candaan suaminya itu.     

"Apa aku bisa bicara denganmu sebentar? " tiba-tiba aline muncul, "aku bantu membuat minumannya "     

Nita tersenyum, "terima kasih "     

"Apa aku bisa mengucapkan selamat padamu sekarang tentang rencana pernikahanmu? "     

Tangan aline masih dengan sigap membuat minuman untuk sahabat-sahabatnya, lalu terlihat senyuman hambar di wajahnya.     

"Apa berita itu tidak benar? " tanya nita kembali.     

"Tidak, itu benar " jawab aline, "kami memang akan menikah, tapi... "     

Nita menoleh ke arah mba mumu yang masih sibuk membuatkan makanan.     

"Mba, bisa bantu bawa minuman ini kedepan? "     

"Iya, bu "     

Aline dan nita terduduk di kursi di ruang makan, hanya ada mereka berdua sekarang ini.     

"Aneh ya? tiba-tiba kami menikah dengan cepat " ucap aline dengan tawa kecilnya.     

Nita tersenyum, "tidak aneh, karena kalian berjodoh maka dari itu menikah "     

Aline tertunduk menyembunyikan senyumannya, dia lalu menatap nita.     

"Sebenarnya kenapa kami menikah dengan cepat itu,,, karena,,, dia,,, " aline tampak ragu mengucapkannya, dia begitu terbata-bata.     

"Aku dan pak adit waktu itu... " dia hendak menyambung perkataannya tapi lagi-lagi seperti ada sesuatu yang menghentikannya.     

Nita tersenyum dan mengusap pundak aline dengan lembut, "tidak perlu diceritakan aku sudah mengerti "     

Aline terkejut, "apa pak adit bercerita pada dokter yoga makanya kamu tahu? "     

"Itu.. "     

Belum sempat nita menjawabnya aline langsung memegang tangannya dan berbisik ke arah nita.     

"Dia tidak malu menceritakan pada dokter yoga kalau waktu itu kami sudah melakukan hubungan intim? "     

Kedua mata nita terasa sulit untuk berkedip, mulutnya pun begitu lama untuk tertutup.     

"Aline! " cetus nita, "jadi sewaktu kalian berdua dirumah pak adit kalian sampai seperti itu? "     

Aline semakin terkejut karena sebenarnya nita belum mengetahui apapun dan pada akhirnya dia yang membocorkan rahasia pentingnya sendiri.     

"Aku kan sudah bilang, jangan ikut kerumah pak adit! " kali ini keluarlah omelan nita yang aline takutkan, "kamu tahu kan kalau kamu itu mudah dirayu! "     

"Kanita.. " rengeknya wajahnya pun memerah karena malu, "pada awalnya kami hanya bersentuhan bibir, tapi karena wajah kerennya aku jadi lupa diri "     

"Karena hal kecil seperti itu yang menjadi awal kalian bertindak lebih jauh! " cetus nita, dia terlihat menyilangkan kedua tangannya ke arah aline.     

"Maafkan aku " aline menatapnya dengan penuh rasa hiba, "aku tidak tahu akan seperti ini "     

Nita menarik nafasnya dalam-dalam, dan lalu ada senyuman kesal diwajahnya. Dipeluknya aline dan usapan lembut di punggungnya.     

"Tapi aku lega karena kalian akan secepatnya menikah, itu menandakan bahwa pak adit laki-laki yang bertanggung jawab atas perbuatannya padamu "     

Aline tersenyum dalam pelukan nita, "aku menikah dengannya karena hal tidak terduga, tapi belum memiliki hatinya "     

"Kenapa bicara seperti itu? "     

"Karena dia masih menyukai seseorang begitu dalam sampai saat ini "      

Nita melepaskan pelukannya dan menatap aline, "jadi itu yang membuatmu begitu sedih sekarang ini? bukannya seharusnya kamu senang karena menjadi pemenang memilikinya secara utuh, jangan permasalahkan perihal cinta lamanya "     

"Karena perlahan-lahan dia akan menerimamu dan mungkin menjadi calon para bucin! "     

"Nanti dia yang berbalik cinta mati padamu " bisik nita, ucapannya itu seperti sebuah dorongan semangat pada aline yang merasa kalah sebelum berperang.     

Aline tertawa kecil, "aku akan kalah bersaing kalau yang ada di hatinya itu kamu, wanita hebat "     

Nita seketika terdiam ketika namanya dikaitkan pada wanita yang membuat aditya kesulitan menerima aline.     

Aline tersenyum, "aku lihat ada data CV di kamar tidurnya, itu satu-satunya kertas yang ada disana dan itu datamu. Dia sampai menyimpannya di kamar tidurnya "     

"Kamu cemburu, itu artinya kamu mencintainya " nita memegang kedua tangan aline, "kamu tidak lihat perutku yang semakin membesar ini? dan juga aku sudah menikah. Aline, itu hanya sebuah masa lalu jadi jangan pernah membesarkan masalah yang sebenarnya ingin pak adit lupakan "     

"Kalau dia menikahimu itu berarti dia sedang mencoba melupakan yang ada di belakangnya, jadi kamu sebagai wanita di masa depannya harus berusaha agar dia tidak menoleh lagi ke arah belakang! "     

Aline tertawa kecil, "iya, iya, aku tahu aku memang terlalu ketakutan "     

"Dia dengan cepat memutuskan untuk menikahiku karena melihatku yang ketakutan " ucap aline, "aku bilang padanya aku takut hamil sebelum menikah "     

Nita menyipitkan kedua matanya, "kalau sudah melakukan hal seperti itu tanpa pelindung itu pasti hamil aline! sebesar apapun ketakutanmu pasti akan hamil juga "     

Aline terkekeh, "tapi aku baru tahu dia orang yang lembut dan perhatian "     

Nita tertawa senang melihat ekspresi bahagia aline, ini seperti pertama kalinya dia kembali merasakan cinta setelah rasa sakit hatinya yang terdahulu. Dengan cara seperti apapun, walaupun memalukan tapi mungkin seperti inilah jalan percintaan aline.     

"Tapi kanita, aku ada hal yang aneh " ucap aline, "pantas saja semua teman kita mengatakan malam pertama itu menyakitkan, walaupun itu bukan malam pertamaku karena kami belum menikah tapi aku juga merasakan sakit yang sama "     

"Aline.. " nita sedikit risih jika harus membicarakan tentang hal seperti itu pada aline, walaupun dia adalah sahabat dekatnya.     

"Tapi yang selanjutnya aku tidak kesakitan lagi! "     

Lagi-lagi nita dibuatnya terkejut oleh ucapannya, "aline jangan bercanda, memangnya berapa kali kalian melakukannya? "     

"Mungkin dua kali " aline berkata dengan wajah polosnya yang dia perlihatkan pada nita.     

Tawa yang penuh keterkejutan di wajah nita muncul, "dua kali tapi masih ada mungkinnya, kalian nakal juga! "     

Aline menutupi mulutnya yang tertawa, "apa kamu juga seperti itu dengan dokter yoga? "     

"Seperti itu bagaimana? " nita berpura-pura tidak mengerti pertanyaan aline.     

"Iya seperti itu " ucap aline, "setelah malam pertama yang menyakitkan, tapi kemudian ketika kedua kalinya kita tidak merasakan sakit "     

"Jangan bilang nasib kita sama " sambung aline.     

Nita terperanjat, "aku tidak seperti itu, kami menikah terlebih dulu.. "     

Pikirannya kembali ke kejadian dimana ketika yoga yang memaksanya melakukan hubungan itu karena cemburu, itu bukan malam pertama yang indah jika diceritakan. Tapi justru setelah kejadian yang mempersatukan mereka itu membuat pernikahan yang pada awalnya dibangun atas dasar perjanjian tetap ada sampai saat ini.     

"Sudah jangan membicarakan hal itu lagi " nita yang sudah terlanjur malu harus menghentikan aline memaksanya untuk bercerita, "berjanjilah padaku satu hal "     

"Apa itu? "     

"Jangan lakukan hal itu lagi, tahanlah sampai kalian menikah " ucap nita, "bukankah pernikahannya akan dipercepat jadi berusahalah membuat cerita indah di pernikahanmu nanti "     

"Siap bu guru " aline tersenyum dengan satu tangannya memberikan hormat pada nita, dia senang bisa berbagi cerita dengan wanita yang berdiri dihadapannya itu karena dia tahu sebanyak apapun teman-teman yang dimilikinya dia adalah orang yang dapat dipercaya.      

Karena mungkin inipun akan menjadi yang terakhir dia bisa bercerita sedekat ini, setelah dia mendapatkan surat tugas di tempat baru mereka tidak tahu kapan akan bertemu dengannya.      

"Kamu belum tidur? " yoga mendapati nita yang terbaring disampingnya dengan kedua matanya yang belum terpejam.     

Nita melihat ke arah yoga, "aku tidak bisa tidur sekarang ini "     

"Tidurlah lebih dulu, nanti juga aku mengantuk " sambung nita.     

Yoga sengaja melingkarkan tangannya di pinggang nita, dia memberikan pelukan padanya.     

"Apa yang sedang kamu pikirkan? "     

Nita menoleh sekilas ke arah yoga dan kembali menatap lurus ke arah langit-langit kamarnya, "aku masih tidak percaya saja kalau tadi itu adalah hari perpisahan, hari terakhir dimana aku tidak akan bisa lagi mendengar erin yang selalu membuatku tertawa karena cerita lucunya. Dan semua rekan-rekan yang memiliki kararkter unik tapi paling terbaik.. "     

"Aku merasa belum memberikan yang terbaik untuk mereka " sambung nita.     

"Siapa bilang kamu belum memberikan yang terbaik " yoga menanggapi cerita nita, "kamu sudah membuat mereka menjadi staf yang bertanggung jawab pada pekerjaan mereka, dan kalian sangat kompak itu adalah cerminan dari kepemimpinanmu "     

Nita tersenyum malu dengan pujian suaminya itu, satu tangannya mengusap dengan lembut pipi yoga.     

"Terima kasih pujiannya "     

"Dengarkan aku " yoga menatap lekat ke arah nita, "berjuang itu tidak harus di tempat yang sama dan yang kita inginkan, kadang kita harus berjuang di tempat yang sangat mengerikan. Walaupun sebenarnya aku juga memikirkanmu di tempat baru nanti tapi tenang saja aku akan membuat mereka tidak bertindak macam-macam denganmu "     

Nita tersenyum karena tahu pasti dia orang pertama yang akan melakukan hal seperti itu, melindunginya walau di tempat terjauh sekalipun.     

"Sekarang ini justru yang membuatku tidak dapat tidur itu karena ucapan aditya tadi " sambung yoga, "dia menanyakan satu hal yang mengingatkanku pada kejadian yang sudah menyakitimu "     

Dahi nita berkerut, "kalian membicarakan tentang apa? "     

"Karena tadi itu, aku dan aline juga bercerita banyak tentang rencana pernikahan mereka yang akan dipercepat "     

Yoga dan nita secara bersamaan mengalihkan pandangan mereka, kedua pasang mata itu pun saling bertatapan dan terdiam untuk sesaat.     

"Kamu katakan lebih dulu apa yang aline bicarakan " ucap yoga.     

"Tidak mau " nita menolaknya, "kamu saja yang pertama "     

"Biasanya itu kamu yang selalu pertama bercerita " yoga pun tidak ingin menjadi yang pertama untuk menceritakan hal yang membuatnya kesulitan untuk memejamkan mata.     

Nita merengut, dia lalu berbalik arah membelakangi suaminya itu. Akan tetapi dia tidak benar-benar tertidur hanya sedang mengosongkan pikirannya, membuat suasana hening seketika.     

Yoga tidak membiarkan nita, dia tetap memeluknya dan menciumi pundak istrinya tersebut karena dia tahu kali ini dia juga yang mengalah pada wanita dalam pelukannya itu.     

"Aku jadi mengingat kejadian dimana aku memaksamu untuk tidur bersamaku karena kecemburuan " ucap yoga, "aku sudah membuat malam pertamamu jauh dari kata indah "     

Nita terkejut dan seketika berbalik ke arah yoga, "jadi pak adit juga bertanya hal itu sama seperti aline? "     

"Mereka bertanya hal yang sama pada kita di tempat yang berbeda? inikan kebetulan yang sangat aneh, dan sekarang kita berdua tidak bisa tertidur karena memikirkan hal yang sama juga? "     

Dalam beberapa detik setelah bertatapan, tawa mereka muncul secara bersamaan.  Menertawakan pikiran mereka yang sama persis.     

"Jangan membuat axel bangun! " nita menutup bibir yoga dengan tangannya agar tidak membuat axel yang tertidur dengan mereka karena tawa yoga.     

"Tadinya aku pikir pak adit tidak akan pernah menikah, karena aku sempat berpikir ketika aku tiba-tiba tidak ada di dunia lagi aku akan tenang meninggalkanmu dengannya "     

"Kenapa bicara seperti itu! " cetus nita tidak senang, dia memeluk yoga dengan erat.     

"Aku mau dengan dokter yoga saja, walaupun ketika marah sangat menakutkan dan ketika merayu sangat berlebihan tapi aku menyukainya "      

Yoga tertawa kecil mendengar ucapan nita yang saat ini manisnya yang melebihi apapun, tapi dalam waktu sekarang ini dia sangat menyukai kata-kata itu indah sampai mengalahkan karya besar apapun dan merdu melebihi lagu-lagu romantis di dunia.     

"Aku pikir kamu tidak bisa tidur karena kecewa satu penggemarmu menikah, walaupun karena satu hal tidak terduga! " yoga mulai menggoda istrinya itu kembali.     

Nita bereaksi dengan memberikan cubitan kecil di perut yoga, membuatnya meringis kesakitan.     

"Laki-laki kan sama saja, bilangnya saja cinta mati tapi kalau lihat wanita cantik apalagi tanpa pakaian pastilah lupa! " sindir nita.     

"Kata siapa? "      

"Ya,, kata kenyataan " nita tidak dapat memberikan alasan pasti, dia hanya sedang mengira-ngira.     

Yoga begitu gemas melihat kerlingan mata nita yang terlihat jelas walaupun suasana kamar telah gelap.     

"Coba buktikan " ucap yoga.     

Nita mengernyit, "maksudnya? "     

"Iya kamu yang buktikan, tidak memakai pakaian di depanku kalau aku tidak bisa menahan diri berarti memang yang kamu sebutkan benar "     

"Awas yah! " nita membulatkan kedua matanya dengan cubitan-cubitan kecil untuk membalas yoga.     

"Aku sudah bicara dengan pak adit tadi untuk memberikanmu cuti selama satu minggu sebelum bekerja di tempat baru "      

Nita tersenyum kecil, ternyata yoga memang benar-benar sedang mengkhawatirkannya sekarang ini. Dia begitu berusaha keras membuat nita nyaman berada dimanapun.     

Di balik sikap tenangnya laki-laki itu selalu memikirkan cara untuk memberikan perlindungan yang terbaik pada keluarganya..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.