cinta dalam jas putih

Jatuh Dalam Pelukan



Jatuh Dalam Pelukan

"Apa yang mau dia lakukan? " tanya aline dalam hatinya, dia tidak dapat bergerak karena kegugupan yang dia rasakan kali ini.     

"Pak adit, jangan terlalu dekat seperti ini! " cetus aline, dia memberanikan diri untuk bicara pada aditya.     

"Kenapa? " tanya aditya, "kamu tidak mau aku menciummu? jangan katakan kanita juga yang mengatakan padamu untuk tidak berciuman? "     

Aline terkejut ketika aditya mengetahui nita yang sudah memberikannya banyak nasehat. Tapi memang dia pun tidak nyaman jika aditya sedekat ini.     

"Kami memang sama-sama menghabiskan masa muda kami dengan kuliah dan bekerja dengan melayani masyarakat " aline mengucapkan pembelaan diri, "kanita sudah seperti kakakku sendiri, apa yang dia katakan pasti adalah kebaikan.. "     

Aditya tersenyum lebar, dia tidak mengerti dengan jalan pikirannya sekarang ini. Hatinya terasa nyaman ketika melontarkan candaannya pada aline, sama seperti ketika dia berbicara dengan nita. Tapi kali ini sosok aline telah mendominasi pikirannya, melihatnya ketakutan seperti itu membuatnya semakin membuat kesengajaan untuk terus mendekatinya.     

"Kamu tidak perlu takut, aku akan mengajarkannya padamu "     

"Apa.. " aline tidak dapat melanjutkan perkataannya karena satu tangan aditya telah berada di lehernya dan bibirnya telah menempel padanya.     

"Dia menciumku! " teriak aline dalam hatinya dalam waktu sekejap kedua matanya tertutup.     

Dia terdiam tidak tahu apa yang harus dilakukannya, ini pertama kalinya dia mendapatkan ciuman di bibirnya dan jatuh kedalam pelukan seorang laki-laki yang pada awalnya menolaknya.     

Walaupun aline tidak mengerti tentang hal seperti ini, nalurinya sebagai wanita mengatakan pada dirinya bahwa aditya adalah pencium handal. Dia terus menyerang aline tanpa memberikannya kesempatan tetapi hanya kelembutan yang dirasakannya.     

"Kamu bisa bernapas sekarang " ucap aditya dengan kedua matanya yang menatap aline yang berusaha mengatur nafasnya, karena untuk beberapa waktu tadi dia tidak memberikan kesempatan pada aline untuk menolak ciumannya. Dia merasa telah berhak memiliki aline sekarang ini.     

Aline memandangi aditya, "pak adit... "     

"Panggil aku adit ketika kita sedang berdua "     

"Apa?... sepertinya saya tidak berani " suara aline memelan wajahnya memerah.     

Aditya tersenyum, "kalau tidak bisa aku akan memberikan ciuman sekali lagi! "     

"Jangan " aline berkata dengan nada tinggi, "baiklah aku akan panggil aditya "     

"Panggil namaku sekarang "     

"Besok saja " aline membuang pandangannya ke arah lain.     

"Aku mau hari ini juga! " cetus aditya.     

Aline hanya bisa terdiam ketika keinginan aditya mulai membuatnya seperti laki-laki menyebalkan yang memaksakan kehendaknya.     

"Baiklah " ucap aline, "a... aditya "     

Lengkungan bibir membentuk senyuman terlihat di wajah aditya, tapi setelah mendengar aline memanggil namanya.     

"Seperti itu lebih indah di dengar " ucap aditya, matanya masih memandangi aline yang tidak berani menatapnya setelah dia memberikannya ciuman.     

"Sekarang pandang aku "      

"Tidak mau " dengan cepat aline menanggapi permintaan aditya itu.     

"Kenapa? "     

Aline terdiam sesaat, "karena aku tahu kamu sedang menggodaku, dengan melihatmu saja kamu tahu kalau aku tidak akan bisa berbuat apa-apa! kamu terlalu indah untuk dipandang dan itu akan membuatku terbuai "     

Aditya tertawa kecil mendengar ucapan jujur dari aline yang terdengar lucu, dia menundukan kepalanya lalu kemudian memandangi kembali aline yang masih belum berani memandangnya.     

"Aku tidak akan merayumu, aku janji " ucapnya, "jadi sekarang kamu lihat ke arahku "     

"Janji? "      

"Iya aku janji " sepertinya aditya sudah tidak sabar untuk melihat reaksi aline ketika bertatapan mata dengannya.     

Aline perlahan menoleh ke arah aditya dan kedua mata mereka saling bertemu.     

Aditya memperlihatkan senyumannya pada aline.     

"Kalau seperti ini aku jadi bisa melihat dengan jelas wajah cantikmu "      

Aline mencoba memperlihatkan senyumannya, "kamu juga tampan "     

"Benarkah? " aditya tertawa kecil kali ini, dia tertunduk sejenak karena malu.     

"Iya, aku tidak pernah berbohong jika itu soal menilai laki-laki paling tampan! "      

Aline kemudian menutup mulutnya yang terlalu lancar berbicara, sampai semuanya harus dia katakan.     

"Kamu lucu sekali " satu tangan aditya merapikan poni-poni di kening aline yang sudah berjajar rapi.     

"Iya, karena mungkin seharusnya aku itu menjadi komedian bukan bidan, banyak yang mengatakan aku lucu " gerutu aline, dia sama sekali tidak ingin disebut seperti itu.     

"Jadi aku bukan satu-satunya orang yang menyebutmu lucu? " tanya aditya.     

"Iya benar " jawab aline, "semua orang mengatakan aku selalu mengatakan hal yang membuat mereka tertawa, memang aku selucu itu? "     

Aditya menjawab dengan anggukan kepalanya, dia lalu kembali memandangi aline yang begitu dekat duduk disampingnya.     

"Jangan melihatku seperti itu " ucap aline kembali memperlihatkan wajah malunya.     

Aditya tersenyum, "kamu pemalu sekali "     

"Tadi aku dibilang lucu, sekarang pemalu. Sepertinya sebentar lagi aku disebut cantik " aline menanggapi ucapan aditya.     

Aditya tertawa kecil, "baiklah memang benar kamu cantik, kamu mau aku sebutkan apa lagi? "     

Wajah aline memerah, "tapi tidak secantik kanita kan? "     

Kedua alis aditya terangkat dia tersenyum sambil menundukan kepalanya.     

"Memang tidak secantik kanita, tapi menurutku itu bukanlah ukuran penting. Kamu menarik dan membuatku tertawa... " satu tangannya telah menjangkau leher aline, "itu sangat penting untukku! "     

Aline kembali diberikan ciuman lembut di bibirnya, dia tidak dapat membohongi dirinya sendiri diapun menyukainya ketika aditya lebih dekat dan menyentuhnya seperti itu.      

Aditya meraih pinggang aline dan telah menguasai seluruh tubuh aline yang tidak berdaya oleh semua sentuhannya, tanpa berpikir panjang dia pun melakukannya. Mereka telah melupakan bahwa ikatan pernikahan belum terjadi pada mereka, tetapi mereka telah terlupa karena telah terbuai oleh kedekatan dan sentuhan yang mereka ciptakan sendiri.     

"Kamu menunggu telpon dari siapa sayang? " yoga meletakan dagunya di pundak nita yang terduduk di sofa ruang keluarga.     

Sedari tadi istrinya itu berkali-kali melihat ke arah ponselnya dan kembali menyimpannya, padahal axel dan dia yang selalu dikhawatirkannya berada di rumah bersamanya.     

"Aline belum menghubungiku lagi " ucap nita, "tadikan dia bilang sedang berada di rumah pak adit "     

Yoga tersenyum, "aline dan aditya kan sudah dewasa, mereka bisa menjaga diri mereka. Kamu itu memang cocok menjadi kakak dan ibu yang selalu mengkhawatirkan anak-anaknya.. "     

"Iya, justru karena mereka sudah dewasa " dia lalu berbisik ke arah yoga karena tidak mau axel mendengar pembicaraan mereka, "dua orang dewasa berada didalam rumah, nanti kalau terjadi sesuatu bagaimana? "     

"Aline itu sahabat aku semenjak kuliah, kami satu kamar ketika di asrama jadi aku sudah menganggapnya seperti saudariku " sambung nita.     

Yoga tersenyum, memang seperti itulah istrinya pada seseorang yang dekat dengannya selalu akan mendapat perhatiannya.     

"Mungkin sekarang mereka berada di dalam kamar berduaan " yoga mengikuti nita bicara berbisik ke telinganya, "tanpa berpakaian, diatas tempat tidur! "     

"Kenapa bicara seperti itu! " nita mencubit tangan yoga dengan wajahnya yang memerah.     

"Sayang, aditya itu sudah terlalu lama sendirian, usianya hanya berbeda beberapa tahun denganku " ucap yoga, dia berpindah duduk disamping nita.     

"Dia sudah terlalu lama sendirian, jadi ketika ada seseorang yang proaktif mendekatinya pastilah akan membangkitkan sesuatu dalam dirinya " sambungnya.     

Nita mencoba menahan dirinya untuk tidak tertawa, "membangkitkan tenaga listrik kan? "     

Dia mencubit pelan kedua pipi yoga, "suamiku ini lucu sekali kalau membicarakan hal seperti itu, jadi laki-laki yang sudah lama kesepian selalu seperti itu kalau didekati wanita ya? "     

Yoga tertawa malu, "kurang lebih seperti itu, mungkin ada juga yang tidak "     

Nita tertawa dalam gelengan kepalanya, dia tidak akan pernah bisa bicara serius jika yoga sudah melontarkan candaan seperti itu.     

"Aku juga sudah lama kesepian " tetiba yoga berkata di tengah tawa mereka.     

Nita menoleh ke arah yoga dengan kedua matanya yang menyipit, "aku sedikit samar mendengar tadi "     

"Ternyata ada yang meminta jatah padaku " sambung nita, dia melihat tingkah suaminya itu yang menaik turunkan kedua alis matanya.     

Mereka harus berhati-hati sekarang ini, karena axel ada bersama mereka walaupun sedang sibuk dengan film yang di tontonnya.     

"Aku jadi iri dengan aditya sekarang " ucap yoga yang telah memegangi satu tangan nita, "sepertinya kita juga harus mengikuti mereka "     

Nita tersenyum geli, "tidak ada cerita aline dan pak adit pun, bukannya selalu meminta setiap malam! "     

Yoga tertawa malu karena nita telah membuka kartunya, "malam ini? "     

Nita mengernyit, "apa? "     

"Sedikit saja! " yoga memelas, "aku janji tidak akan berlama-lama "     

Nita memperlihatkan wajah terkejutnya mendengarkan ucapan yoga, dia hanya takut axel mendengarkan bualan ayahnya sedikit vulgar walaupun dia tahu putranya itu tidak akan mengerti apa yang sedang dibicarakan kedua orang tuanya.     

"Aku kan merasa menang sekarang ini " ucap yoga kembali, "karena mungkin jika aku tidak segera menikahimu, dia sekarang ini sedang bersama denganmu "     

"Jangan bicara seperti itu lagi " nita tersenyum lebar, "tuhan mungkin menjodohkan pak adit dengan aline, dan aku dengan dokter yoga yang paling keren tapi galak seantero rumah sakit! "     

Yoga merasakan dirinya melambung ke atas awan karena telah menjadi pemenang. Dia merapatkan duduknya ke samping nita, melingkarkan kedua tangannya di pinggang nita dan menyandarkan kepalanya di bahu nita.     

"Jadi proposalku untuk nanti malam di setujui atau tidak? " tanya yoga.     

Nita mengusap pipi yoga, "iya, disetujui saja. Lakukan saja sesuai keinginanmu, aku pasrah saja! "     

Yoga tertawa kecil, "janji ya, sesuai keinginanku? "     

"Iya "      

"Kalau memintanya untuk kedua kalinya? "     

"Nah, kan ini namanya dikasih hati minta jantung! " cetus nita menahan tawanya dengan pura-pura marah.     

Yoga tertawa mendengar sindiran keras dari nita pada candaan yang dilontarkannya tadi.     

"Baiklah satu kali saja sudah cukup " ucap yoga.     

"Sudah berhenti bercanda! " nita tidak dapat lagi menahan tawanya, "perutku sakit karena ucapan-ucapan aneh! "     

"Aku minta maaf ya sayang " yoga mengusap dengan lembut perut nita yang telah mulai terlihat membesar.     

"Ayah dan bubu dari tadi tertawa, aku jadi penasaran! " celetuk axel yang tiba-tiba duduk di tengah-tengah mereka, "ajak aku juga supaya tertawa "     

"Mendengar ayah dan bubu mengobrol lebih seru daripada film yang aku tonton " sambungnya.     

"Kamu mau tertawa ya.. " nita sudah bersiap dengan kedua tangannya untuk menggelitik pinggang axel.     

Yoga dapat tersenyum dan lega, dan dia berharap memang aditya telah memilih aline sebagai pasangannya sehingga dia tidak akan pernah mengkhawatirkan ada seseorang yang masih mengharapakan istrinya itu. Karena dia ingin kehangatan keluarga seperti ini untuk selamanya....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.