cinta dalam jas putih

Defensif



Defensif

Dokter kim masih terdiam diruangan aditya hingga waktu yang cukup lama , dia sepertinya tidak ingin beranjak ketika aditya belum mengikuti kemauannya.     

"Kita bisa memilih kembali orang yang sama-sama layak seperti bidan kanita untuk dijadikan ketua pmkp " ucap aditya, diapun tidak ingin jika kegiatan ini akan mengganggu waktunya yang harus lebih banyak beristirahat agar kehamilannya berjalan dengan baik sampai waktunya dia melahirkan nanti.     

"Tidak, aku pikir hanya dia yang paling baik " dokter kim tetap bertahan pada apa yang dipikirkannya, "kehamilannya itu kan hanya sembilan bulan, lalu dia akan cuti sampai tiga bulan setelah melahirkan. Bukankah setelah itu dia akan kembali bekerja? "     

Aditya semakin tidak habis pikir dengan pemikiran dokter kim, "lalu siapa lagi yang menurut dokter cocok untuk menjadi kandidat ketua pmkp? "      

Dia sangat tahu bahwa di tempatnya bekerja, dokter kim memiliki kewenangan untuk memutuskan siapa yang akan dia calonkan untuk ketua pmkp saat ini.     

"Tentu saja dokter yoga, aku hanya diberikan kesempatan menunjuk dua orang oleh direktur. Karena untuk dua orang lagi dia ingin pihak keperawatan yang memilihnya "      

"Dokter mau membuat mereka bersaing? " aditya tidak mengerti dengan pilihan yang dia tentukan itu, "mereka itu suami istri kita sudah tahu semuanya, dokter mau membuat mereka bergaduh atau mau membuat satu pembicaraan pada seluruh staf rumah sakit bahwa mereka bisa melakukan nepotisme untuk menduduki sebuah jabatan? "     

"Lagipula dokter yoga sudah menjadi pimpinan kelompok staf medik obstetri gynekologi " sambungnya.     

Dokter kim tertawa kecil, "kalau begitu kamu majukan saja bidan kanita "     

"Tapi.. "     

"Bukankah kamu bilang tadi dokter yoga tidak bisa? " dokter kim menyela ucapan aditya, "aku tidak akan mengubah keputusanku, aku mengajukan bidan kanita dan dokter yoga "     

Aditya menghela nafasnya, "sepertinya dokter tertarik sekali pada bidan kanita "     

"Dia menarik " jawab dokter kim, "lebih tepatnya menarik perhatian, wanita defensif dan pintar itu sangat percaya diri. Dia terlihat penurut tapi ternyata sulit didapatkan, kamu pasti tahu laki-laki itu menyukai wanita yang seperti itu daripada dengan wanita yang begitu mudah dirayu "     

Aditya tertegun, dia tidak menyangka harus mendengarkan kata memalukan dari seseorang yang memiliki gelar tinggi dihadapannya itu.     

"Dia sudah menjadi istri dokter yoga " aditya berusaha mengingatkannya. Karena yoga sudah dia anggap sebagai sahabat sekaligus seorang kakak tentu saja dia akan berusaha melindungi nita.     

Tawa dokter kim muncul, "iya saya tahu, kamu tenang saja. Saya hanya mengagumi seluruh wanita cantik di dunia tanpa harus memilikinya jika memang wanita itu tidak mau, dia hanya terlalu membuatku selalu tertarik saja karena sikapnya yang selalu tidak dapat ditebak "     

Aditya semakin menajamkan tatapannya ketika mendengar mulutnya mengeluarkan pujian pada nita dengan tidak hormat seperti itu. Dia merasa laki-laki yang lebih tua darinya itu terlalu banyak mengeluarkan omong kosongnya, dia akan sangat tidak dapat menerima jika dokter kim berusaha menghancurkan rumah tangga sahabatnya itu.     

"Saya akan mempertimbangkannya " ucap aditya, "karena saya masih ada rapat hari ini, sepertinya saya harus menyudahi pembicaraan kita "     

Senyuman dokter kim muncul seraya menganggukan kepalanya, kedua matanya menatapi aditya seperti sedang mengawasinya. Dia sedang mencari sesuatu darinya yang sangat ingin diketahuinya, dan berpura-pura memancing aditya dengan membawa nama nita dan yoga.     

Dokter kim seperti dengan sengaja membuat emosi aditya muncul, karena ada sesuatu yang sangat dia inginkan sekarang ini.     

"Dokter kim mengatakan seperti itu tentang kanita? " siang ini aditya berada dalam mobilnya bersama dengan aline.     

Aditya menganggukan kepalanya, "aku merasa pujiannya itu seperti merendahkan nita, yang dia pikir semua wanita itu bisa dengan mudah dia dapat "     

"Memang mata keranjangnya belum hilang dari dulu! " aline yang mendengarkannya pun ikut geram, "dulu kanita kan tidak pernah muncul seperti ini, karena dokter yoga tidak pernah memindahkannya ke ruangan lain "     

Aditya tertawa, "benarkah? jadi dokter yoga itu seperti diam-diam menyembunyikan sesuatu berharga agar tidak dilihat orang lain sebelum dia yang mendapatkannya.. "     

"Mungkin saja " aline menanggapi ucapan aditya, "tapi ada benarnya juga, kanita dan kami saja yang baru menyadarinya sekarang. Dulu itu dokter yoga tidak pernah seharipun tidak memarahinya dan mengabsennya, nita yang harus menjadi asistennya. ketika jadwal kanita libur dia tidak pernah datang ke ruang bersalin "     

"Orang yang pertama menertawakan nita ketika tunangannya menikah dengan orang lain juga dokter yoga " sambungnya.     

Lalu keduanya saling memandang dan tawa mereka muncul secara bersamaan.     

"Lucu sekali cerita tentang mereka " aditya mengomentari semua yang aline ceritakan tentang nita dan yoga sebelum mereka menikah.     

"Kamu tidak ada acara hari ini? " tanya aditya pada aline.     

Wanita disampingnya itu menggelengkan kepalanya, dia sedang fokus pada ponsel miliknya.     

"Ada apa? " setelah selesai dengan ponselnya aline menoleh ke arah aditya.     

"Aku juga kebetulan sedang tidak ada acara " jawabnya, "kamu mau menemaniku nonton? "     

Aline seketika berwajah senang, "wah, aku suka sekali nonton film. Pasti aku temani "     

Aditya tersenyum, aline memang berbanding terbalik dengan nita. Ketika nita menolak untuk menonton film karena selalu tertidur, tidak dengan aline yang sepertinya sangat menyukainya.     

"Kita nonton film yang judulnya arwah gentayangan atau hantu kepala buntung! " aline bicara sambil melihat semua judul film di ponselnya yang sedang tayang saat ini.     

Aditya mengernyit, "apa? hantu kepala buntung? "      

Tawa kagetnya muncul, "aline itu film horor kan? "     

"Iya, horor masa komedi pak adit! " jawab aline, "judulnya saja tidak berkepala! "     

Aditya menggelengkan kepalanya seraya menertawakan aline, "aku pikir wanita itu suka film romantis, yang kisahnya berakhir bagus "     

"Film seperti itu nanti membuat kita halu pak " ucap aline, "wanita itu perasa, hanya dengan lihat film romantis seperti itu saja pasti membuat mereka mengatakan kenapa pasanganku tidak seperti laki-laki yang ada di film tadi. Ujung-ujungnya berantem gara-gara film "     

Aditya tertawa mendengarkan jawaban dari aline yang lucu, tapi dia tidak menyalahkan semua ucapan dari aline itu. Wanita disampingnya itu hanya seseorang yang senang berpikir sesuai dengan yang dia hadapi.     

"Kalau kita nonton di rumahku bagaimana? " ajak aditya kemudian.     

"Dirumah bapak? " aline berkata pelan, "pak adit mau mengajak saya nonton atau mau menyuruh saya membersihkan rumah? sepertinya asisten rumah tangga bapak sedang pulang... "     

Aditya tertawa, "masa aku setega itu, kita kan sedang berdua jadi bisa tidak memanggil namaku saja? "     

"Tidak " jawab aline nyengir, "nanti saya kena pasal attitude yang akan mengurangi nilai tambah pada pekerjaan saya! "     

Aditya tidak bisa berhenti tertawa mendengar ucapan aline, dia merasa kelucuan yang wanita itu buat membuat dia bisa sedikit melepaskan kepenatannya.     

Aditya kemudian menertawakan dirinya sendiri, menertawakan keberaniannya membawa aline ke rumahnya. Hal pertama yang dia lakukan, yang pada awalnya dulu dia berkeinginan nitalah yang menjadi wanita pertama yang tinggal bersamanya itu. Tapi sekarang ini mungkin hatinya mulai luluh mencoba menerima kehidupan baru yang dia sendiri pun tidak mengetahui dapat menerimanya atau tidak. Menyerahkan semuanya pada waktu untuk bisa memulai kebahagiaannya.     

"Selamat datang dirumahku " aditya membukakan pintu mobil.     

Aline keluar dari mobil aditya dan memandangi rumah tersebut, dia lalu menoleh ke arah aditya.     

"Orang tua bapak ada di rumah? " tanya aline dengan sedikit keraguan. Ada yang aneh dengan rumah yang akan dia masuki sekarang ini, suasananya terlihat sepi untuk sebuah keluarga besar.     

Kedua alis mata aditya naik dan ketika dia tersenyum lesung pipitnya terlihat jelas. Wanita di hadapannya itu memang benar-benar polos.     

"Aku tinggal sendirian disini " ucapnya.     

Kedua mata aline membulat, "sendirian? dan pak adit membawa saya kesini? "     

Dia merasakan jantungnya mulai berdetak kencang, "pak kita harus ingat kalau dua orang yang belum menikah tidak boleh berdua saja di rumah, karena yang ketiga itu bisa jadi mahluk lain! "     

"Bapak tidak bilang tadi kalau tidak ada siapapun dirumah " sambung aline.     

"Saya kan tadi bilang rumah saya, bukan rumah orang tua saya " ucap aditya, "di rumah saya hanya tinggal sendirian dan tidak mempunyai asisten rumah tangga, semua saya yang lakukan sendiri "     

"Kita kan hanya menonton saja " sambungnya, "kamu yang menonton aku akan melanjutkan pekerjaanku "     

Tawa aline terlihat dipaksakan, "owh, jadi bapak membawa saya kesini untuk menemani bapak bekerja... "     

"Kenapa tidak bilang dari tadi " dia kembali berucap, "jadi hati saya sedikit lega "     

"Ayo masuk "      

Aline berjalan di belakang aditya memasuki rumah, walaupun dia seorang laki-laki tapi sepertinya dia sangat mencintai kebersihan. Seluruh ruangan sangat terlihat nyaman dan rapi.     

"Pantas saja penampilan pak adit rapi sekali, dia juga pandai merapikan rumahnya! suami idaman sekali.. " celetuk aline dalam hatinya seraya memutarkan seluruh pandangannya ke setiap penjuru rumah.     

Tetiba di dalam pikirannya terlintas jika suatu saat dia akan tinggal di rumah tersebut dan menjadi istri dari laki-laki yang menjadi pimpinannya di tempatnya bekerja.     

"Wah, aku mulai halu sekarang! " cetus aline menertawakan dirinya sendiri, menghilangkan keinginannya itu karena dia akan sangat sadar sekali pada posisinya sekarang ini...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.