cinta dalam jas putih

Ancaman



Ancaman

Aditya memandang ke arah nita dan aline yang tengah berbicara dengan tawa-tawa kecil mereka.     

"Dokter " panggilnya pada yoga yang duduk disampingnya, "apa bidan kanita tidak cerita tentang aline? " dia bicara sangat pelan pada yoga.     

"Tidak " jawab yoga, "dia tidak pernah memaksa sahabatnya jika tidak ingin bicara "     

"Ada apa? " tanya yoga kemudian.     

"Aku hanya penasaran saja " jawabnya, "bisakah saya meminta kembali saran dokter? "     

Yoga tertawa kecil, "kalau bimbang seperti itu, coba saja satu kali lagi. Itupun kalau aline masih mau menerimamu "     

"Lagipula bukankah ini yang menjadi tujuanmu? dia yang akhirnya memutuskan semuanya " sambung yoga, "jadi pikirkan saja, kamu akan meneruskannya atau menghentikannya. Mencoba menerimanya atau menyesalinya nanti.. "     

"Iya benar sekali " jawab aditya, senyumannya terlihat akan tetapi raut wajahnya begitu berbeda dari biasanya.     

Nita yang sedari tadi begitu serius bicara dengan aline sesekali menoleh ke arah yoga dan aditya, senyuman tipisnya terlihat. Instingnya sebagai seorang perempuan dapat menebak jika aditya terlihat tidak mau menerima begitu saja keputusan aline, dia itu tipe pria yang aditya sendiri tidak ingin memilikinya tetapi diapun tidak mau aline dimiliki orang lain begitu cepat. Hal yang biasa dilakukan para laki-laki yang memiliki wajah tampan dan kedudukan yang mapan.     

"Terima kasih dokter atas kebaikannya mengajak kami makan siang " ucap dion seraya menyalami yoga.     

"Sama-sama, hati-hati di perjalanan "      

Dia menoleh ke arah aline dan nita yang terlihat masih membicarakan sesuatu.     

"Kamu ikut dengan kami pulang? " tanya yoga pada aline yang berdiri di belakangnya.     

Aline tersenyum lebar dia hendak menjawab pertanyaan yoga tapi aditya sudah lebih dulu menjawabnya.     

"Aline biar saya yang antar dokter " ucapnya, "lagipula bidan kanita pasti kelelahan, dia harus banyak istirahat supaya kehamilannya sehat. Jadi dokter harus bergegas pulang, aline tanggung jawab saya "     

Aline mengernyit dia menatap ke arah nita, "aku tidak tahu kalau sekarang ini ibu sedang hamil? kenapa tidak memberitahuku? "     

Nita tersenyum ke arah aline, "doakan saja semoga sehat, jadi kamu ikut saja dengan pak adit ya... "     

"Tapi aku bisa naik taksi saja " ucap aline pelan.     

"Tidak boleh menolak ajakan mantan! " cetus nita dengan suara pelan, "nanti menyesal karena sakit hati membiarkan pergi orang yang sudah menarik hatimu "     

Kedua mata aline membulat, "kanita! "     

Nita tertawa kecil karena terlalu senang mempermainkan sahabatnya itu, dua orang yang sama-sama memiliki watak yang keras dan tidak mau mengakui perasaan yang jelas-jelas muncul diantara mereka.     

Dia hanya akan mendoakan semoga kedua sahabatnya itu memang berjodoh dan akan mendapatkan kebahagian dari sebuah pernikahan.     

"Kamu tidak keberatan kan jika pulang denganku? " tanya aditya.     

Aline tersenyum kecil, "tidak, justru saya sangat berterima kasih karena pak adit mau mengantar saya "     

Aline berjalan di belakang aditya menuju ke arah mobil milik aditya. Di tengah perjalanan secara samar dia mendengar suara seseorang memanggilnya.     

"Aline! " suara seorang laki-laki memanggilnya tepat di belakangnya.     

Langkah aline terhenti, dia berbalik untuk melihat siapa yang telah memanggilnya. Dia memandangi aneh sosok seorang laki-laki yang berdiri memandang ke arahnya dengan senyuman. Aline masih mengingat kembali siapa yang telah menyapanya itu.     

"Ayo tebak siapa! " ucapnya menghampiri aline lebih dekat.     

"Apa ini " laki-laki itu kembali menyambung ucapannya, "sekarang rambutmu panjang, dan kamu memakai seragam rok seperti ini "      

Lalu laki-laki itu menertawakannya menanggapi penampilan aline.     

Bibir aline mencucut, "berhenti menertawakan aku, rian! " dia baru mengingat siapa laki-laki itu, yang tidak lain adalah sahabat dekatnya ketika SMA dulu.     

"Kamu juga aneh dengan kemeja dan dasi seperti itu, bagaimana dengan bandmu? "      

Laki-laki itu tertawa, "aku masih nyanyi tapi hanya sampingan saja, sekarang aku sudah bekerja di sebuah bank "     

"Baguslah kamu sudah tobat! " ucap aline dengan tawanya.     

"Kamu sudah menikah? " tanyanya.     

"Belum " jawab aline.     

"Kalau begitu menikah saja denganku, kebetulan aku juga belum menemukan wanita yang cocok "      

Aline tertawa seraya menjulurkan lidahnya menanggapi candaan teman lamanya itu.     

"kamu terlihat berbeda sekarang, cantik dan feminim " pujinya.     

"Baru sadar sekarang dia " aline tertawa, "dulu kemana aja pak! "     

Mereka berdua tertawa dengan candaan yang dilontarkan oleh masing-masing.      

Aditya sengaja mengeluarkan batuknya, dia yang sedari tadi berdiri disamping aline ternyata keberadaannya telah terlupakan karena pertemuan dua sahabat lama.     

Aline baru tersadar bahwa disampingnya itu telah berdiri sosok aditya sedari tadi.     

"Maaf, pak " aline memasang wajah terkejutnya, "ini teman saya sewaktu sekolah dulu, namanya rian "     

"Rian ini pak aditya, pimpinan saya di tempat saya bekerja sekarang ini "     

Kedua laki-laki itu pun bersalaman.     

"aditya "     

"Rian "     

"Sebaiknya kita pulang sekarang, sudah mau petang " setelah aditya bicara ketus dia masuk lebih dulu kedalam mobilnya memperlihatkan ketidak sukaannya.     

"Kamu bekerja dimana? " tanya rian.     

"Rumah sakit umum daerah " jawabnya, "nanti kita bicara lagi lain waktu "     

"Kapan-kapan aku main ketempat kerjamu " ucapnya.     

Aline tersenyum menganggukkan kepalanya, dia lalu segera masuk ke dalam mobil aditya yang sudah menunggunya.     

Dia terdiam memandang ke arah dihadapannya karena aditya hanya berdiam tanpa suara sedikitpun.     

"Kamu mempunyai teman laki-laki? " suara aditya memecah kesunyian, "aku pikir temanmu hanya bidan kanita "     

Aline tersenyum aneh, "saya itu pernah sekolah SMA juga pak, jadi pasti punya teman laki-laki "     

"Mantan pacar kamu atau cinta pertama kamu yang tidak kesampaian? "      

Pertanyaan dari aditya itu sontak saja membuatnya merasakan keanehan, dia sama sekali tidak mengerti maksud dari pertanyaan itu.     

"Ayo jawab " ucap aditya ketika aline belum menjawabnya.     

"Bukan mantan pacar bukan juga cinta pertama, bukan tipe saya juga " jawab aline dengan lengkap.     

"Lalu seperti apa kriteria yang kamu inginkan? "     

"Seperti bapak! " seperti bibirnya terlalu licin sehingga dia tidak bisa menahan jawaban yang membuatnya malu dan seketika wajahnya memerah.     

Tentu saja aditya ingin tertawa, tapi dia begitu menahannya. Dia masihlah dapat berbangga diri karena masih menjadi pilihan aline, walaupun wanita disampingnya itu beberapa waktu yang lalu memutuskan tidak akan mengharapkan perasaannya lagi.     

"Pak adit maaf, saya selalu tidak dapat menahan ucapan saya " ucap aline, sikapnya terlihat salah tingkah di hadapan aditya.     

"Iya, tidak apa-apa " aditya berusaha bersikap tenang di hadapan aline, walaupun pada kenyataannya dia begitu ingin mengeluarkan tawanya. Dia tidak mengerti dengan perasaannya kali ini, dia merasakan kesenangan yang begitu berbeda.     

"Sudah sampai " aditya menghentikan mobilnya tepat di depan rumah aline.     

"Terima kasih pak " aline tersenyum, dia bersiap untuk keluar dari mobil aditya tetapi aditya menahannya.     

"Kamu benar tidak marah denganku? " tanya aditya.     

"Tidak " jawab aline dengan satu senyuman diwajahnya.     

"Kamu benar-benar memaafkanku? "     

Kedua alis aline terangkat, "iya.. "     

"Dan kamu akan mengatakannya pada kedua orang tuamu hari ini? "     

Aline terdiam sejenak, "iya "     

"Apa kamu janji akan baik-baik saja setelah ini? " lagi-lagi aditya melontarkan pertanyaan yang membuat aline harus menunda kepergiannya dari dalam mobil aditya.     

Aline menarik nafasnya, "iya, tentu saja.. "     

"Jadi apa menurutmu sebaiknya kita menikah saja? "     

"Iya.. " aline sudah tidak mau lagi mendengarkan pertanyaan aditya, tapi setelah dia terburu-buru memberikan jawabannya dia baru mendengarnya dengan jelas.     

"Maaf, pak adit tadi bilang apa? " aline memastikan kembali pertanyaan aditya, "pak adit mau menikah dengan siapa? "     

Aditya mengalihkan pandangannya untuk menyembunyikan malunya.     

"Memangnya aku menikah dengan siapa, orang tuaku kita menjodohkan aku dengan kamu! lalu kamu pikir aku akan menikah dengan orang lain? "     

"Dengan saya? " aline tertegun, dia tidak percaya dengan apa yang sudah di dengarnya.      

Laki-laki yang berada di sampingnya itu ternyata sangatlah plin-plan, beberapa waktu yang lalu dia memperlihatkan keengganannya, dan sekarang ini dia mengajaknya untuk mau mengikuti perjodohan ini.     

"Aku lebih memilih kehidupan tenang " ucap aditya, "jadi jika orang tuaku merestui pernikahan ini aku akan mengikutinya, karena mungkin dengan ketenangan kita akan bahagia.. "     

"Aku setuju sekali dengan perkataanmu itu " sambungnya.     

"Itu nasehat dari kanita " ucap aline, sekarang ini jantungnya berdebar sangat kencang. Dia tidak menyadari bahwa saat ini dia sedang dilamar oleh seorang pria.     

"Jadi, jika kamu menyetujuinya kamu bicarakanlah itu dengan orang tuamu " aditya menatap ke arah aline, "kita ikuti saja keinginan orang tua kita "     

"Itupun jika kamu menyetujuinya " dia kembali berucap, "aku hanya meminta waktu saja untuk bisa beradaptasi denganmu "     

Aline terdiam untuk beberapa saat, "sebaiknya pak adit pikirkan itu lebih matang lagi, pernikahan bukan sebuah uji coba ini hal serius karena hanya satu kali dalam seumur hidup kita "     

"Saya tidak akan bicara dengan ayah dan ibu untuk saat ini " aline kembali berucap, "jika pak adit telah memutuskannya beritahu tahu orang tua saya saja, apapun keputusan mereka saya akan menerimanya.. "     

Aditya tersenyum dengan ucapan aline yang menyadarkannya untuk menjadi laki-laki yang berani mengatakannya pada kedua orang tua aline, dan hal yang terpenting adalah menghilangkan sifat plin-plannya.     

"Baiklah, saya akan melakukan apa yang sudah kamu katakan tadi " ucap aditya, "dan terima kasih karena pengertianmu "     

Aline tersenyum, satu tangannya telah membuka pintu mobil dan bersiap untuk keluar.     

"Tapi aline " aditya memanggilnya, "apakah kamu berpikir akan menikah dengan laki-laki tadi jika kita tidak jadi menikah? "     

"Aku tidak suka melihatnya, matanya terlihat suka mempermainkan wanita. Apalagi tadi dia itu anak band? pasti dia sudah banyak menipu wanita diluar sana, hanya ditutupi oleh kemeja dan dasinya saja sekarang "     

Aline mengernyit, saat ini aditya sedang mengomentari laki-laki yang menjadi teman lama dan baru dia temui kembali tadi.     

"Kamu tunggu saja aku akan bicara dengan orang tuamu " dia kembali berucap.     

Aline tersenyum, "saya kan sudah bilang tadi rian itu bukan laki-laki kriteria saya, jadi bapak tenang saja. Apalagi pak adit akan bicara dengan orang tua saya, sudah dapat dipastikan saya akan menikah dengan siapa! "     

Aditya tersenyum, "kamu benar, sekarang masuklah "     

Aline pun tersenyum ke arah aditya yang akhirnya membiarkannya untuk keluar dari mobilnya, dengan cepat dia masuk kedalam rumah dan kamar tidurnya.     

"Yeay, akhirnya berhasil! " pekik aline ketika dia sendirian di dalam kamar, berjingkrak kesenangan.     

"Ide kanita ternyata sangat menakjubkan, akhirnya dia juga yang menyerah! " cetusnya dengan nada bahagia.     

Dia memandangi dirinya dalam cermin dan tersenyum sendiri, aline terlalu senang saat ini. Dimatanya yang berbinar dan wajahnya yang memerah karena saat ini dia sudah bisa memenangkan kompetisi ini, dan semua ini berkat campur tangan sahabatnya, kanita...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.