cinta dalam jas putih

Persahabatan



Persahabatan

"Apa aku mengganggu? "      

Suara yoga muncul dari balik pintu ruang kerja nita, membuatnya yang sedang fokus pada layar komputernya terhenti dan tersenyum lebar ke arah suaminya itu.      

Nita melirik ke arah jam di tangannya, jam pulang hari ini masih kurang lima menit lagi tapi suaminya itu sudah menjemputnya dan itupun di ruangannya. Hal yang sangat tidak pernah yoga lakukan.     

"Aku bawa kejutan " yoga bicara masih berdiri di depan pintu, dan setelah itu muncul sosok axel dari belakangnya.     

"Axel " nita tersenyum kaget mendapati sosok putranya itu.     

Axel menghampiri nita, dia berdiri di samping nita setelah memberikan ciuman di tangan dan pipinya.     

Nita melirik ke arah yoga dengan matanya yang menyipit, lalu berganti ke arah axel.     

"Ayah yang menyuruhmu kesini? " tanya nita.     

Axel menggelengkan kepalanya, "aku yang minta ayah untuk menjemput ibu, aku sudah lama ingin makan di luar dengan ayah dan bubu "     

"Dan teman-teman bubu.. " sambungnya.     

Nita tersenyum, "teman-teman bubu kan masih harus bekerja, masih ada waktu lima menit lagi "     

"Tidak apa-apa, bu. Kita tunggu sampai pekerjaan bubu selesai " jawab axel, "aku harus membantu teman ayah yang sedang kesusahan karena seorang wanita... "     

Nita semakin dibuat bingung oleh perkataan axel, dia menoleh ke arah yoga yang duduk dihadapannya dia terlihat menahan tawanya karena ucapan lucu dari axel.     

Kedua alis nita terangkat, dia perlihatkan pada yoga sebagai pertanyaannya secara tidak langsung.     

"Aditya tiba-tiba datang menawariku untuk menjemput axel di sekolah dan di perjalanan kami bicara tentang aline " yoga sedikit menjelaskan, "aku tidak tahu kalau axel mendengarnya juga "     

"Pasti dengar, ayah. Diakan satu mobil dengan kalian! " cetus nita, dia sedikit kesal karena sudah beberapa kali memberitahukan pada yoga bahwa di usia axel sekarang ini adalah masa dimana dia mencontoh orang dewasa yang dikaguminya.     

Dia selalu memperingatkan pada suaminya itu untuk lebih berhati-hati ketika membicarakan sesuatu di depan axel.     

"Iya aku minta maaf " yoga bicara pelan ke arah nita. Dia selalu lupa semua yang sudah diperingatkan oleh istrinya itu, karena selama ini dia merasa axel masih menjadi putra kecilnya dan tidak berubah sama sekali.     

"Kenapa aku merasa hatiku lebih gembira sekarang " ucap yoga dalam hatinya, "padahal dia hanya memanggilku dengan sebutan ayah dihadapan axel tapi itu seperti sebuah sanjungan yang paling indah... "     

Dia lalu teringat dengan tujuannya mendatangi istrinya sekarang ini.     

"Bisakan membujuk aline ikut dengan kita? " lalu yoga berkata langsung pada intinya, "kita ajak juga erin, karena sepertinya aditya juga mengajak dion "     

Nita tertawa kecil dalam gelengan kepalanya, baik yoga maupun aditya sepertinya sedang merencanakan satu acara double date dengan rekan-rekan yang lain.     

"Ayolah sayang.. " yoga bicara dengan sedikit permohonan.     

"Bubu sayang, ayo kita bantu paman adit " axel ikut bicara, membuat nita tertawa kecil dan memikirkan kembali permintaan dari kedua laki-laki yang berada di hadapannya itu.     

"Pak adit mau apa lagi? " nita bicara pelan ke arah yoga, "bukankah semua yang dia rencanakan sudah berjalan dengan baik, dan aline yang sudah memutuskannya.. "     

Yoga mengangkat kedua bahunya, "dia hanya bilang kemarin itu hal yang tiba-tiba muncul dalam pikirannya dia tidak merencanakannya, dan tujuannya pun bukan untuk supaya aline yang memutuskan pendekatan itu "     

"Ayo sayang bujuk aline supaya dia mau ikut dengan kita " yoga beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah nita, dia berdiri di belakang nita dengan melingkarkan kedua tangannya di tubuh nita yang terduduk.     

"Ayah mulai merayu bubu " axel cekikikan memperhatikan kedua orang tuanya itu.     

"Jangan seperti ini.. " nita mencoba melepaskan pelukan yoga, tapi yoga semakin mempererat pelukannya ditambah dengan satu kecupan di pipi nita membuat wajahnya seketika memerah.     

"Nanti ada yang masuk, malu! " cetus nita, rasa malunya bertambah ketika melihat axel yang terus menertawakannya.     

"Janji terlebih dulu membawa aline sekarang " yoga memberikan satu syarat pada nita untuk melepaskan pelukannya itu.     

Nita menarik nafasnya dalam-dalam dan menatap yoga.     

"Iya,, baik aku ajak aline! " akhirnya nita menyerah, dan yoga pun melepaskan pelukannya.     

"Tunggu disini, aku bujuk aline terlebih dulu supaya dia mau ikut " nita beranjak dari duduknya, "lain kali biar pak adit yang berusaha sendiri.. "     

Yoga dan axel saling memandang dan tersenyum, menepukan satu tangan mereka karena telah berhasil membujuk nita untuk membantu aditya kali ini. Kedua sosok ayah dan anak itu rupanya sedang bekerja sama untuk membantu sahabat mereka.     

"Kalian ikut kan? " nita berusaha mempertahankan senyuman di wajahnya ketika mengajak kedua rekannya itu untuk ikut bersama.     

"Dengan senang hati, bu " erin dengan cepat memberikan jawabannya, satu tangannya menyikut kecil tangan seniornya yang hari ini terlihat tidak memiliki gairah hidup, tidak ada senyiman pun di wajahnya.     

"Erin " panggil nita, dia mengisyaratkan pada erin untuk membiarkannya berdua dengan aline untuk bicara.     

"Saya akan bersiap " erin mengacungkan ibu jarinya dan beranjak dari hadapan aline dan nita.     

"Kemarin saya sudah menyusahkan dokter yoga diantarkan pulang dan diberi makan malam gratis " ucap aline, "sekarang aku diajak makan juga, rasa malu saya jadi bertambah banyak.. "     

"Acara hari ini sebenarnya pak adit yang usulkan, karena dia ingin bicara denganmu yang sedari tadi menghindarinya " nita menjelaskan pada aline yang maaih berwajah muram karena cinta.     

Nita tersenyum, "aline, aku tahu kamu marah dengan pak adit tapi coba dengarkan dulu apa yang ingin dia bicarakan sekarang, tentang kalian yang berjodoh atau tidak itu biarkan saja mengalir oleh waktu "     

"Kenapa kita jadi membicarakan pak adit? " aline memandangi wajah nita dia sepertinya enggan mendengar nama itu, "aku sudah putuskan tidak akan melanjutkan pendekatan kami.. "     

Nita tersenyum, "iya tidak apa-apa kalau tidak dilanjutkan, tapi wajahnya jangan sedih seperti itu,,, nanti terlihat jelas memang sebenarnya kamu mengharapkan hal lain "     

"Kamu sudah jatuh hati pada laki-laki yang sudah membuatmu kesal itu " sambung nita.     

Wajah aline seketiika memerah mendengar perkataan nita padanya.     

Nita tersenyum, "sudah tidak perlu memberi penjelasan padaku, aku kan sahabatmu semenjak di akademi jadi aku tahu apa yang ada di pikiranmu.. "     

"Tapi itu sebelum aku tahu dia ternyata tidak baik seperti perkiraanku " jawab aline, "kemarin aku menyukainya karena wajah tampannya, sebelum aku sadar ternyata aku harus mencari seseorang yang menerima aku apa adanya saja, karena aku tidak cantik jadi dia hanya ingin mempermainkanku. Terlebih lagi kami dekat itu karena paksaan "     

"Tidak ada yang menerima apa adanya seperti yang kamu inginkan di jaman sekarang ini " ucap nita menyadarkan aline, "suka atau tidak orang-orang diluar sana lebih mengutamakan orang yang cantik dari yang biasa-biasa saja "     

"Mungkin karena indah dipandang " sambung nita, "dan itu wajar, karena ungkapan jatuh cinta pada pandangan pertama itu ada pada mata kita jadi semua wanita harus berusaha cantik "     

Aline tertawa kecil, "kamu kan sudah cantik, kalau aku? bukan idaman pak adit "     

"Buat dirimu cantik " nita memberikan saran, "seseorang itu terkadang terlihat cantik ketika dia bicara, tersenyum, memperlihatkan percaya dirinya. Coba koreksi ucapanku? kamu dulu suka dengan dosen obstetri patologi kita sewaktu kuliah karena apa? kamu bilang kan karena penampilannya selalu rapi, bicaranya sopan dan penuh percaya diri. Tapi wajahnya tidak setampan pak adit kan? "     

Aline tersipu diingatkan seperti itu oleh nita.     

"Kamu masih saja mengingat kejadian yang sudah lama itu " dia memalingkan wajahnya ke arah lain karena malu, "siapa juga yang suka pak adit! "     

Nita tersenyum, "tidak apa-apa kalau tidak suka, tapi dengarkan dulu penjelasan dari pak adit kenapa dia melakukan hal seperti kemarin.. "     

"Berlanjut atau tidaknya hubungan kalian itu bukan masalah, tapi kalian harus tetap berteman baik.. " nita menyambungkan ucapannya, lalu dia memegang satu tangan aline dan memandanginya.     

"Kamu tahu aku selalu suka dengan nasehat nenekku yang membuatku merasakan kebahagiaan sampai saat ini "     

"Apa itu? " tanya aline masih memalingkan pandangannya.     

"Nenekku selalu mengatakan bahwa menikah dengan seseorang yang kita cintai itu memang membahagiakan, tetapi menikah dengan restu orang tua itu jauh lebih menenangkan " jawab nita dengan kedua matanya yang memandang ke arah aline dengan senyuman, "dan hidup tenang itu ternyata membawa kebahagiaan.. "     

Dia beranjak dari duduknya setelah memberikan beberapa bujuk rayu pada sahabatnya itu, erin yang sedari tadi berdiri di belakang mereka mendengarkan pembicaraan mereka secara tidak sengaja terenyuh dengan sikap pimpinannya itu yang dengan tulus merangkul semua rekan-rekannya. Semua kata-kata yang diucapkannya itu bukan hanya ucapan biasa, tetapi nasehat yang dapat didengar oleh orang yang mendengarnya tanpa ada kesan dipaksakan.     

"Baiklah aku ikut... " akhirnya aline luluh pada semua ucapan nita dan setuju untuk ikut, dia akan berusaha menjadi dirinya sendiri ketika menghadapi laki-laki yang sudah membuatnya kecewa itu karena seperti yang sudah diucapkan nita tadi, diapun ingin kehidupannya tenang mendapat restu dari orang tuanya dan memperoleh kebahagiaannya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.