cinta dalam jas putih

Belajar dari seseorang



Belajar dari seseorang

"Kamu ada acara lain setelah ini? " aditya menghampiri aline yang berdiri sendirian di tengah keramaian acara pertunangan erin.     

Setelah beberapa saat yang lalu dia berbicara serius dengan nita, dia sedang mencoba melakukannya sekarang, walaupun dia sangat yakin tidak akan pernah bisa melakukannya karena dia sama sekali belum pernah melakukannya.     

"Kenapa melamun? " suara aditya membuyarkan konsentrasi aline yang tengah memikirkan cara pertama yang nita sebutkan tadi, dia memang mempunyai kekurangan dengan kesulitan mengingat sesuatu ketika sedang panik.     

Tawa aline yang muncul terlihat dipaksakan, "tidak melamun, tadi bapak tanya apa? "     

"Saya sedikit tidak jelas mendengarnya " aline berpura-pura mengorek telinganya untuk menutupi salah tingkahnya.     

aditya tertawa kecil, "kamu ada acara lain setelah ini? sepertinya ini masih belum larut malam, kamu mau langsung aku antar pulang atau kamu mau mengunjungi tempat lain? "     

"Aku yang meminta ijin pada orang tuamu tadi, jadi aku juga yang harus mengantarmu pulang " sambung aditya.     

Aline terdiam sejenak, "baiklah, terserah bapak saja. Saya juga tidak ada acara apapun setelah ini, bapak mau mengajak saya ke tempat lain? "     

"Besok kamu dinas apa? " aditya kembali bertanya.     

"Pagi " aline dengan cepat menjawab.     

Aditya sedikit mengambil waktu untuk berpikir, "kita pergi besok saja, kamu harus beristirahat malam ini supaya besok kamu memiliki banyak tenaga untuk bekerja. Aku akan langsung mengantarmu pulang "     

"Baiklah " aline menjawab dengan senyuman, dia menyembunyikan kekecawaannya karena acara yang sudah direncanakannya harus batal.     

"Aku akan berpamitan dengan dion, setelah itu kita pulang "     

"Iya " jawab aline dengan suara pelan, kedua matanya memandangi sosok aditya yang berjalan perlahan menjauh darinya.      

Dalam hitungan satu detik, rekan-rekannya muncul mengelilinginya memperlihatkan wajah kecewanya termasuk juga nita.     

"Kenapa harus bilang besok dinas pagi sih! " erin menjadi orang yang pertama mengungkapkan kekecewaannya.     

"Gagal deh kak " kali ini rafa yang bicara.     

"Aku kan memang besok dinas pagi " jawab aline dengan jujur, "lalu aku harus jawab dengan kebohongan? "     

"Aline, berbohong sekali kan tidak apa-apa " tanggap karin, "kamu kan harus kejar waktu, harus bisa secepatnya menyusul erin seperti sekarang "     

"Kalian pikir ini perlombaan " ucap aline, "aku kan tidak tahu kalau harus jawab seperti itu, lagipula hari ini aku sepertinya belum siap "     

"Kapan kamu mau siapnya kalau belum dicoba " sela karin, dia menjadi orang yang paling kecewa melihat sahabatnya itu selalu mengulur waktu. Semua teman satu angkatan mereka sudah banyak yang menikah bahkan memiliki seorang anak, dan wanita dihadapannya itu selalu senang dengan kesendiriannya sampai saat ini.     

"Tidak apa-apa " akhirnya harus nita juga yang menjadi penengah dari semua kericuhan yang di munculkan oleh sebuah rencana untuk mendapatkan cinta, "besok atau lusa kan masih ada waktu, jika pak adit memang jodohnya aline dia tidak akan lari jauh. Jatuhnya pasti ke aline juga, kalian tenang saja "     

"Kak aline ingat, wanita itu tidak pernah ada yang tidak berbohong ketika ditanya sesuatu orang yang disukainya " ucap erin, "pasti kita pernah berbohong, jadi kakak jangan terlalu jujur, supaya dia terus penasaran dengan kakak "     

"Mana ada yang seperti itu! " cetus nita sambil mengeluarkan tawanya, "kita memang memiliki wujud yang sama yaitu seorang perempuan, tapi cara yang erin pakai tidak akan bisa cocok dengan cara yang ingin aline pakai. Penampilan luar boleh sama tapi isi hati dan pikiran kita berbeda-beda jadi biar aline yang memikirkan sendiri cara yang harus dia pakai untuk pak adit "     

Dia memandangi aline yang terkejut dengan ucapannya, tawanya muncul karena dia sudah memberitahukan sikap seperti apa yang harus dilakukan seorang wanita untuk membuat lawan jenisnya tertarik, dan selanjutnya dia akan memberikan kesempatan pada aline untuk memikirkan caranya.     

"Tapi bu kak aline kan belum mempunyai pengalaman berpacaran " erin menanggapi ucapan nita.     

Nita menempelkan jari telunjuknya di depan bibirnya menandakan pada erin untuk berhenti bicara, dan memberitahukan pada mereka untuk membubarkan diri dari konferensi meja bundar yang mereka lalukan saat ini karena sosok aditya terlihat telah selesai bicara dengan dion.     

Dan mereka kembali ke tempat semula yang masih bisa mengawasi gerak-gerik aline dan aditya, tindakan mereka sampai harus seperti itu hanya demi keberhasilan menyatukan kedua sosok yang berbeda itu.     

Yoga tidak bisa berhenti tertawa mendengarkan cerita nita tentang aline dan aditya sesampainya mereka di rumah.     

"Jangan menertawakan seperti itu " nita bicara sambil terduduk ditempat tidurnya.     

"Kalian itu bukan anak sekolahan lagi sekarang " yoga menanggapi cerita nita, "tapi setiap aku dengar cerita seperti ini, justru kalian mengalahkan anak sekolahan ketika mengejar cinta "     

"Ya memang harus seperti itu " nita bicara dengan wajahnya yang cemberut, "kami itu kejar target usia yang hampir kadaluarsa, jadi usaha kami harus dua kali lebih heboh dari anak sekolah jaman sekarang. Karena yang cantik dan muda serta pemberani sudah banyak bermunculan diluar sana "     

Yoga tertawa kecil seraya menganggukan kepalanya, "dimana aku bisa bertemu dengan yang cantik, muda dan pemberani itu? "     

Dahi nita berkerut, kedua matanya membulat ke arah yoga dengan wajah marahnya yang dia perlihatkan.     

"Jadi sekarang mau mencari yang muda ketika aku berbadan dua yah! " nita mulai mengeluarkan cubitan kecilnya di tangan yoga.     

Laki-laki itu menanggapinya dengan tawa dan rasa sakitnya, dia meraih tangan nita dan memegangnya. Tawanya seketika terhenti dan tangannya yang memegang nita berpindah ke kedua pipi nita dan berakhir di keningnya.     

"Kamu demam? " tanya yoga.     

"Aku baik-baik saja " jawab nita, dia lalu memegangi wajahnya sendiri dengan tatapannya yang penuh keyakinan pada yoga.     

Yoga tidak dapat memastikannya sebelum dia melakukan pemeriksaan, diapun bergegas menbgambil termometer dan ditempelkan di kening nita.     

"Tiga puluh delapan sayang " ucap yoga, "kamu bilang baik-baik saja "     

"Tapi aku tidak merasakan gejala apapun " nita kebingungan sendiri, "mungkin karena kita tadi berada di luar ruangan yang dingin dan ketika sampai di rumah suhu tubuhku menyesuaikan diri "     

"Ganti pakaianmu dan aku akan membawakan air minum untukmu, satu jam lagi kita lakukan pemeriksaan kembali suhu tubuhmu "     

Nita tersenyum dan menganggukan kepalanya, dia memang ketakutan tetapi mencoba membuat dirinya tenang dan berusaha berpikir hal positif.     

"Sekarang aku baru merasakan pusing " ucap nita setelah waktu observasi sudah berjalan hampir tiga puluh menit.     

Yoga kembali mengambil termometer dan dan menempelkannya di dahi nita.     

"Masih tetap sama " ucap yoga, "sekarang baru ada gejala pusing, apa kamu merasakan mual juga? "     

Nita menganggukan kepalanya dengan wajah manjanya yang dia tunjukan pada yoga.     

"Seharusnya aku tidak membawamu tadi, aku lupa tubuhmu sedang rentan di usia kehamilan sekarang ini "     

Nita tersenyum kecil, "tidak apa-apa, erin kan teman kerjaku masa aku tidak datang. Dipeluk saja pasti besok sembuh "     

"Mana bisa seperti itu " ucap yoga diiringi tawanya, "buka mulutmu "     

Nita mengikuti semua yang diucapkan yoga, dia membuka mulutnya dan suaminya itu tampak menyimpan sesuatu kedalam mulutnya.     

"Sekarang minumlah yang banyak " lalu yoga menyodorkan segelas air pada nita untuk dia minum.     

Nita memejamkan matanya ketika rasa pahit dari obat tersebut menyentuh lidahnya.     

Yoga menanggapinya dengan tawa kecilnya, dia terlihat lucu ketika berwajah seperti itu dihadapannya. Wanita yang ketika sedang berada di tempat pekerjaannya begitu mandiri dan tegas, akan tetapi ketika sedang bersamanya seolah dia adalah wanita yang tidak dapat berbuat apa-apa dan bergantung diri pada yoga.     

"Itu hanya paracetamol " yoga berkata ketika nita melihat ke arahnya dengan wajah anehnya.     

Nita tidak dapat berkata apapun karena obat itu sudah berada di dalam mulutnya membuatnya harus menelannya.     

"Sekarang tidurlah " yoga memaksa nita merebahkan tubuhnya dan menyelimutinya.     

"Mau kemana? " nita menarik tangan yoga ketika akan beranjak.     

"Menyimpan gelas ini ke dapur " jawab yoga.     

"Simpan saja disitu " nita melarang yoga untuk pergi, "peluk aku sampai tertidur baru boleh pergi "     

Yoga tersenyum lebar menanggapi sikap manja wanita hamil yang sangat disayanginya itu. Dia kembali mendekat ke arah nita dan memberikan pelukan serta usapan lembut di lengan nita.     

Wajahnya terlihat pucat kali ini, karena sakit kepala yang dikeluhkan nita. Yoga tersenyum memandangi wajah nita yang tertidur pulas, dan mengusap pipinya dengan lembut.     

"Kamu selalu kuat, walaupun masa kehamilan seperti ini sering kamu alami... " puji yoga dalam hatinya, dia memuji kekuatan nita yang selalu berusaha kuat untuk menghadapi keluhan-keluhan yang selalu muncul di kehamilannya saat ini...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.