cinta dalam jas putih

Dua pikiran berbeda



Dua pikiran berbeda

"Telpon dari dokter yoga " karin bicara dari ujung pintu ruang kerja nita dengan nada pelan karena melihat pimpinannya itu tengah sibuk dengan tumpukan kertas laporan dihadapannya.     

Nita menjawab dengan senyuman dan memperlihatkan ibu jarinya pada karin, dia akan menerima telpon dari yoga di sambungan telpon yang berada di ruang kerjanya.     

"Ada apa suamiku yang paling baik dan perhatian serumah sakit? " nita bicara dengan nada sedikit manja pada suaminya itu.     

"Aku hanya memastikan apa kamu sudah menghabiskan makanan yang kukirim tadi? "     

"Sudah " jawab nita dengan senyuman lebar dan wajah bahagianya tergambar jelas.     

"Terima kasih " ucap nita kembali.     

"Sama-sama " yoga memberikan jawaban, "jaga kesehatanmu, ingat kamu tidak boleh terlalu banyak pikiran saat bekerja "     

Nita tertawa kecil, "baik pak dokter, aku tidak memiliki banyak pikiran tentang pekerjaan tapi pikiranku sudah dipenuhi oleh suamiku yang baik dan perhatian "     

Nita menutup bibirnya dengan satu tangannya agar supaya tawanya tidak mengeluarkan suara yang dapat didengar oleh yoga, bulu kuduknya berdiri ketika dia melontarkan kata-kata manis yang diucapkannya pada yoga.     

"Hentikan bicara seperti itu, atau aku akan mengirimkan lebih banyak lagi makanan seperti tadi supaya kamu terus makan "     

Nita tertawa kecil, "tidak apa-apa kalau mau kasih makanan sampai bertumpuk, asal jangan kerinduan saja yang tertumpuk... "     

Dia sedikit menjauhkan gagang telepon yang di pegangnya karena sudah tidak dapat menahan tawa akibat kata-kata yang memiliki keromantisan berlebihan yang sengaja diucapkannya pada yoga.     

"Ahh,, jangan-jangan aku salah membeli makanan tadi " yoga menanggapinya dengan suara datar, "aku tidak lihat tadi itu makanan untuk ibu hamil atau untuk kucing ya? "     

"Jahat banget aku disamain dengan kucing! " nita bereaksi dengan menggembungkan kedua pipinya.     

"Soalnya kamu manis sekali " lalu yoga menyambung perkataannya, "kita bisa-bisa menghabiskan waktu berjam-jam kalau terus mendengarkan ucapan-ucapan manisnya ibu hamil "     

"Karena kamu lupa meninggalkan ponselmu, jadi aku akan memberitahumu bahwa aku yang akan menjemputmu ke ruang ponek selesai dinas nanti. Jangan pergi sebelum aku datang, kamu harus menunggu aku di ruangan "     

Nita mengerutkan dahinya berpikir keras menanyakan dalam rangka apa suaminya itu akan menjemputnya di ruangan, bukankah mereka sudah terbiasa dengan saling menunggu di area parkis ketika pulang setiap harinya.     

"Baiklah aku kan kucing manis yang penurut " diapun akhirnya menjawab semua yang sudah diperintahkan oleh yoga.     

Nita hanya tersenyum mendengarkan semua yang dibicarakan yoga di telpon, jika dipikir-pikir lebih dalam jarak antara ruang ponek dan IBS itu hanya terhalang oleh beberapa ruang triase dari instalasi gawat darurat dan satu pintu menuju ke ruang dimana yoga menelponnya saat ini. Tapi sepertinya yoga sedang membuat jaraknya sangatlah jauh sehingga dia harus menggunakan pesawat telepon hanya untuk mendengarkan suara dari ibu yang tengah mengandung calon anaknya itu.     

Waktu sudah menunjukan pukul tiga sore, nita merapikan semua pekerjaan miliknya yang tertumpuk di atas meja kerjanya. Dia harus segera merapikannya sebelum yoga mellihat memiliki setumpuk pekerjaan, bisa-bisa nanti laki-laki yang begitu perhatian padanya itu akan memarahinya karena terlalu memaksakan diri.     

"Kamu sudah selesai? " suara yoga terdengar di ujung pintu ruang kerjanya ketika nita merapikan kertas terakhirnya yang berada di tangannya.     

"Sudah " nita segera menyimpannya dan berjalan ke arah dimana yoga menunggunya.     

"Apa sudah tidak ada lagi operasi? " tanya nita.     

"Ada dokter andien " jawab yoga dengan sennyuman, "kamu belum bertemu lagi dengan dia setelah kejadian waktu itu? "     

"Belum " jawaban nita diiringi dengan anggukan, "ada apa? kenapa aku harus bertemu dengan dokter andien? "     

"Tidak ada apa-apa " yoga membalikkan badannya, dia berjalan lebih dulu yang diikuti oleh nita.     

Dia harus menyeimbangi langkah yoga yang memang sudah terbiasa lebih cepat dan tidak pernah menggandeng tangannya ketika mereka berada di tempat dimana mereka bekerja. Dan nita sudah terbiasa dengan sikap yoga yang seperti itu padanya, dia tidak akan pernah mengeluhkannya karena pada kenyataannya di luar pekerjaan yoga jauh lebih romantis.     

"Biar aku yang pasang " setelah tadi yoga membukakan pintu mobil untuknya, kali ini dia memasangkan sabuk pengaman ketika mereka sudah berada di dalam mobil.     

"Terima kasih " nita tersenyum menanggapi sikap yoga yang lebih perhatian dan baik padanya hari ini, dia menjadi memikirkan sesuatu hal yang akan yoga bicarakan padanya. Dalam pikirannya terlintas bahwa pastilah ada tujuan dan maksud tertentu dari semua perhatian yoga kali ini.     

"Sama-sama " yoga membalas dengan senyuman, "nanti kalau perutmu semakin membesar kamu akan kesulitan melakukannya jadi aku yang harus memiliki kesigapan untuk membantumu "     

Nita tertawa kecil mendengar alasan dia memperlakukannya seperti ini, dia hanya berharap semua yang diucapkan suaminya itu adalah sebuah doa untuk kehamilannya saat ini. Karena yang dia yang diharapkan kehamilannya saat ini sesuai dengan apa yang diharapkan oleh suaminya itu.     

"Ketika selesai rapat tadi bertemu dengan pak adit, dia memberitahuku bahwa kamu menunjuk filla yang mengikuti pelatihan dasar untuk sepuluh hari kedepan " yoga bicara di tengah-tengah perjalanan pulang.     

"Iya, aku memang memutuskan filla yang ikut " jawab nita.     

Yoga sesekali menoleh ke arah nita, "kamu yakin? itu pelatihan dasar untuk kegawat daruratan, kalau dia semakin sombong karena memiliki pengetahuan yang lebih bagaimana? "     

"Dan dia menyombongkannya pada semua staf ponek nanti, bagaimana? " sambung yoga.     

Nita tersenyum, "tidak apa-apa, dia memang berhak mendapatkan pelatihan saat ini karena dia sudah menjadi bagian dari ruangan ponek. Jadi baik atau buruknya harus kami saja yang tahu tidak boleh sampai kita buka pada yang lain "     

"sepuluh hari itu lumayan lama, jadi aku harap selain filla akan mendapatkan ilmu disana dia juga tidak akan bertemu dengan pak seno sepuluh hari yang akan datang. Aku tidak bisa menasehatinya secara langsung, tapi aku berharap dengan ini akan mengurangi ketergantungan filla pada pak seno dan dia bisa yakin dengan kemampuannya sendiri "     

Yoga terdiam ketika mendengarkan nita dengan kedua matanya yang masih fokus dengan jalan yang berada di depannya, dia sama sekali tidak memiliki pikiran seperti yang dipikirkan oleh nita saat ini.     

"Dia itukan bukan temanmu, bukannya dia juga sempat membuatmu kesulitan kenapa kamu memberikan perhatian padanya? " yoga memberikan pertanyaan pada nita karena sedikit tidak mengerti dengan jalan pikiran istrinya itu.     

Nita tidak lantas menjawab pertanyaan yoga, dia terlebih dulu memainkan matanya ke arah sampingnya.      

"Dengan kita memberikan kemudahan pada orang lain, itu akan berbalik pada kita diberikan kemudahan yang sama " jawab nita, "mungkin pada diriku sendiri, atau suamiku, atau bahkan pada axel. Karena aku tidak bisa mengatakan pada filla untuk tidak merusak rumah tangga rekan kerjanya, hanya berharap saja dengan sepuluh hari tidak bertemu dengan pak seno dia akan sedikit berubah dan tidak melakukan kesalahan lebih dalam lagi "     

Yoga tersenyum lebar, "aku tahu kamu memang akan seperti ini, tapi hati-hati kita sudah tahu filla seperti apa. Setiap orang tidak memiliki penerimaan yang sama pada kebaikan yang kita berikan, jangan pernah biarkan mereka memanfaatkan kebaikanmu "      

"Jika aku dimanfaatkan aku lapor saja pada suamiku, biar dia yang memanggil secara personal dan memberikan peringatan padanya agar tidak membuatku susah " nita bicara dengan sedikit memberikan sindiran pada yoga yang telah memperingati filla.     

Disindir seperti itu yoga tertawa kecil, ternyata istrinya itu tahu apa yang sudah dia lakukan pada filla ketika dia melakkukan satu kesalahan yang membuat istrinya itu kesulitan.     

Sebenarnya dialah yang mengajukan pada pihak rumah sakit untuk membuat acara pelatihan tersebut, karena dia ingin mengetahui keputusan yang akan dibuat oleh istrinya itu. Jika dari pimpinan ruangan lain memiliki keegoan lebih besar dengan mendominasi seluruh pelatihan untuk dirinya sendiri agar dapat diakui oleh seluruh stafnya karena memiliki ilmu yang semakin berkembang, ternyata tidak dengan nita. Justru wanita yang duduk disampingnya itu membuktikan bahwa dia bisa menjadi pimpinan sekaligus teman bagi semua stafnya tanpa mengurangi rasa hormat mereka pada nita yang menjadi pimpinan mereka.     

Ternyata pemikirannya dengan pemikiran nita memang berbeda, jika dia tidak akan pernah memberikan kesempatan pada orang yang sudah berbuat curang di belakangnya berbeda dengan istrinya yang berbalik merangkulnya dan menjadikannya lebih dekat dengannya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.