cinta dalam jas putih

Membalasnya dengan kebaikan



Membalasnya dengan kebaikan

Nita membaca sebuah surat dari kepegawaian yang baru saja di terimanya, dengan kedua mata dan pikirannya yang fokus pada apa yang sedang dibacanya itu. Beberapa menit setelah dia membacanya lengkungan senyum tampak terlihat di wajahnya. ini seperti sebuah jalan dari tuhan padanya, agar dia dapat memperbaiki semua kesalahpahaman ini.     

Dia lalu beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya, menghampiri sosok filla yang terllihat tengah serius dengan ponselnya.     

"Filla " panggil nita, "bisa kita bicara di ruangan sebentar "     

Wajah filla memperlihatkan keterkejutannya, dia segera beranjak dari duduknya dan mengikuti langkah nita menuju kantornya.     

"Ada apa, bu? "     

Nita tersenyum kecil ke arah filla dia duduk disamping filla, "saya baru saja mendapatkan surat dari kepegawaian, pihak rumah sakit meminta ruang ponek mengirimkan satu stafnya untuk pelatihan kegawat daruratan kebidanan. Karena akhir-akhir saya sering tidak enak badan, kamu mau kan jika menjadi perwakilan dari kami? "     

"Saya bu? " filla melontarkan pertanyaan untuk memastikan kembali, "ibu mau saya yang menjadi perwakilan ponek untuk ikut pelatihan itu? "     

Nita menjawab dengan anggukan kepalanya dan senyuman, "kamu keberatan? atau kamu akan ada acara lain besok? "     

"Tidak " jawab filla, dia hanya masih tidak percaya nita telah memberikannya kepercayaan itu.     

"Tapi bukankah saya masih pegawai baru, bu? " lagi-lagi filla melontarkan pertanyaannya, "yang saya tahu untuk pelatihan seperti itu prioritas utama adalah senior saya "     

Nita tersenyum, "mana ada yang seperti itu, kamu berada disini itu berarti kamu adalah bagian dari kami. Semua rekan-rekan yang lain sudah pernah mendapatkan pelatihan, jadi saya pikir ini waktunya kamu yang diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan kali ini "     

"Saya tidak pernah melihat kesenioran untuk hal seperti ini, tapi kita sebagai petugas yang ilmunya selalu berkembang berkewajiban memperbaharui ilmu kita dan kali ini kamu yang saya beri kepercayaan " sambung nita.     

"Tapi tidak dengan gratis juga " nita langsung menyela ketika filla akan mengeluarkan suara dari bibirnya.     

Filla terdiam dia merasakan kali ini nita tengah mempermainkannya, dalam pikirannya terbesir bahwa pimpinannya itu sedang membuat pembalasan padanya. Semua pikiran negatif ada dalam perasaan filla kali ini.     

"Apa saya harus membayarnya? " tanya filla dengan ekspresi wajahnya yang terlihat memerah, terlihat ambigu yang menyatakan apakah dia sedang marah atau dia tengah memiliki rasa malu.     

Nita tertawa kecil, "tentu saja tidak membayarnya dengan uang, pihak kepegawaian telah memfasilitasinya. Tapi bayarlah setelah kamu menyelesaikan pelatihanmu nanti, kamu harus kembali mengajarkannya pada semua rekan-rekan disini termasuk saya "     

"Jadi dengan kata lain, kamu akan menjadi guru kami setelah kamu menyelesaikan pelatihanmu. Karena ilmu yang kamu miliki nanti lebih tinggi dari kami semua "      

Filla terdiam sejenak dia sedang merasakan sesuatu di dalam pikiran dan hatinya yang dirasakannya tidak memiliki sinkronasi yang baik. Dia sedang memikirkan keberadaannya yang begitu diakui oleh pimpinannya itu selama ini, dia hanya sedang menyamakannya dengan suara hatinya. Dalam seketika pikiran negatifnya menghilang setelah mendengarkan penjelasan nita.     

"Kamu harus bisa dan saya yakin kamu bisa " nita memberikan semangat dengan memegang satu tangan filla, "kita semua disini akan sangat mempercayai siapapun yang mengikuti pelatihan akan mendapatkan ilmu yang baik "     

"Bukankah ilmu yang baik itu adalah yang bermanfaat untuk semua orang " dia kembali berucap, "ilmu yang tinggi itu bukan untuk disombongkan karena tidak ada gunanya jika kita selama ini memperoleh apa yang kita dapatkan dengan cara yang instan dan mengandalkan seseorang, tapi jika kita mendapatkannya dengan kemampuan kita kebanggaannya akan melebihi apapun "     

Nita berharap filla menyadari bahwa dia sedang memberikan sindiran kecil padanya, walaupun sekarang ini dia tidak akan mempermasalahkan dengan cara apa dia dapat bekerja di rumah sakit. Dia hanya akan membuat rekannya itu berubah dan menjadikannya sebagai teman memperbaiki kesalahannya dimulai dari kebaikan yang akan membuatnya berubah serta hati kerasnya perlahan melunak.     

"Saya mengerti bu " jawab filla seraya menundukan kepalanya, dia tidak tahu apa yang membuat pimpinannya berkata seperti itu padanya. Dia belum menyadari sindiran yang nita ucapkan padanya tadi, karena pikirannya masih diselimuti awan ketidak percayaannya telah diberikan kepercayaan oleh nita yang membuatnya merasa di terima di tempatnya bekerja saat ini.     

Nita tersenyum, "sekarang kamu pergi ke kantor kepegawaian dan bawa surat rekomendasi ini, kamu tanyakan juga prosedur dan apa saja yang harus kamu siapkan sebelum berangkat "     

"Baik, bu " filla menerima selembar kertas yang nita sodorkan, dan lalu beranjak dari duduknya.     

"Semoga pelatihannya berjalan dengan lancar dan kamu bisa mengamalkannya setelah selesai nanti disini untuk memberikan pelayanan yang lebih baik lagi " perkataan nita itu merupakan sebuah doa yang dia ucapkan pada filla dengan tulus.     

"Terima kasih, bu " setelah dia mengucapkan rasa terima kasihnya pada nita, sosoknya berjalan keluar dari ruang kerja nita.     

Dia tahu bahwa wanita cantik yang beberapa saat yang lalu duduk dan biacara dengannya itu telah melakukan hal yang sangat tidak terpuji di belakangnya, mungkin dia hanya akan melupakannya saja untuk saat ini kemarahannya dan berbalik merangkulnya agar dia tahu bahwa semua yang nita lakukan padanya itu semata-mata hanya untuk kebaikannya. Dia bukan seseorang yang membalas orang yang telah berbuat jahat padanya dengan kejahatan kembali.     

"Ibu sedang sibuk? " suara karin muncul setelah beberapa detik sebelumnya dia mengetuk pintu.     

"Tidak " nita menjawab dengan senyuman, "masuklah "     

Dia memandangi sosok karin yang berjalan ke arahnya dan duduk di kursi yang berhadapan dengannya.     

"Ada apa? " tanya nita kemudian.     

Karin tersenyum ke arah nita, "erin tadi menelpon pada rafa, malam nanti dia bilang ada acara pertunangan di rumahnya. Dia sudah menelpon ibu beberapa kali tapi tidak ibu angkat "     

Nita seketika menyadari ponsel miliknya, diapun segera mengambil tas miliknya dan keberadaan ponselnya tiidak berada di dalam tasnya.     

"Ponselku tidak ada di tas " jawab nita, "kamu tahu dimana aku menyimpannya? "     

Karin tertawa kecil, "itukan ponsel ibu, masa saya yang simpan! "     

Nita terdiam sejenak sedikit membalikkan memori dalam pikirannya ke kejadian pagi tadi, dia mengingat ponselnya tertinggal di dalam kamar tidurnya sebelum berangkat kerja dan yoga yang menggunakan ponselnya. Setelah itu dia sama sekali tidak memegang kembali ponsel miliknya..     

"Erin bilang tadi dokter yoga yang jawab telponnya dan berkata dia pasti akan datang " lalu karin memberitahukan padanya.     

Nita menyipitkan matanya ke arah karin, dia sepertinya sengaja mempermainkannya dengan membuat nita harus memikirkan terlebih dulu keberadaan ponsel miliknya.     

"Kamu sudah tahu kenapa tidak bicara langsung saja! " ucap nita sedikit kesal.     

Karin tertawa kecil, "manis banget sih dokter yoga itu sama istrinya, aku jadi iri sama pasangan seperti itu "     

Nita mengernyitkan dahinya, "dilihat dari mananya yang kamu sebutkan manis itu? "     

"Dokter yoga membawa ponsel ibu karena takut ada yang menggoda ibu, sekarang ini kan sudah banyak terjadi perselingkuhan yang dimulai dari sebuah pesan dan status di media sosial "     

Nita tertawa mendengarkan perkataan karin, karena yang sebenarnya bukan seperti itu. Ponselnya berada pada yoga karena dia memang lupa untuk mengambilnya tadi setelah yoga menggunakan ponselnya.     

"Jangan hidup seperti itu " nita bicara dalam tawanya, "jangan pernah menginginkan kebahagiaan seperti orang-orang yang kamu lihat di luar, karena tuhan itu sedang menguji kamu sekarang ini apakah kamu mensyukuri semua yang dia berikan padamu "     

"Jangan sampai kamu menjadi orang yang tidak bersyukur " dia kembali menyambung perkataannya, "suamimu mungkin berbeda cara memberikan perhatiannya padamu, jangan bilang kamu tidak tahu sifat aslinya setelah mempunyai dua orang anak! "     

"Kemana saja selama ini? "     

Perkataan terakhir nita itu membuat tawa karin muncul, sudah pasti dia tidak akan pernah bisa berpikir negatif setelah berbicara dengan sahabat sekaligus pimpinannya itu. Dia selalu mengingatkan kebaikan padanya ketika dia merasa mulai lelah dengan semua yang dilakukannya.      

"Inilah bukti kenapa kita harus mendekati orang baik " puji karin, "karena perlahan-lahan kebaikannya meracuni pikiran kita "     

"Matilah kalau itu racun " di puji seperti itu membuat nita merasa besar kepala dan wajahnya memanas, padahal semua perkataan yang di ucapkannya tadi itu muncul begitu dan sesuai dengan yang selalu dialaminya. Beruntunglah dia memiliki nenek dan ayah yang selalu memberikan nasehat padanya seperti itu, sejak kecil dia telah terbiasa menerima apa yang telah didapatnya dan mensyukurinya dan itu terus berlanjut sampai dia beranjak dewasa san mulai terbiasa dengan semua kesulitan apapun yang dihadapinya.     

"Ibu " tiba-tiba rafa muncul di depan pintu, "ada yang mengantarkan ini khusus untuk yang paling spesial disini "     

Dia berjalan ke arah nita dan karin yang berada di satu ruangan yang sama, di kedua tangannya penuh dengan bungkusan yang sepertinya berisi sesuatu yang sangat padat.     

"Untuk siapa? " nita teraneh.     

Rafa tersenyum ketika sampai di meja kerja nita, dan menyimpan kedua bungkusan yang begitu berat dibawanya tadi.     

"Yang spesial disini kan cuma ibu " jawab rafa, "dari siapa lagi kalau bukan dari dokter yoga "     

Karin tertawa dengan lirikan matanya ke arah nita, apa yang dia ucapkan padanya tadi memang.     

Nita memelototi kedua bungkusan yang berisi banyak makanan untuknya, dia tidak tahu lagi harus berekspresi seperti apa kali ini karena perhatian yang yoga berikan untuknya kali ini.     

"Kita makan sama-sama setelah filla kembali dari kepegawaian " ucap nita, dia lalu mengambil  dua bungkus makanan dari dalam kantong besar di atas mejanya.     

"Berikan juga ini untuk pendorong yang bertugas hari ini " lalu nita memberikannya pada rafa agar membaginya pada petugas yang mendorong pasien.     

"Baik, bu " rafa menerimanya dengan senyuman, dan kali ini pun rasa kagumnya pada pimpinannya itu semakin bertambah. Dia akan menjadi idola yang selalu berada di deretan pertamanya karena kecantikan dan kebaikannya.     

"Jadi sekarang bagaimana aku mengucapkan terima kasih pada suamiku yang baik itu? " tanya nita dalam hatinya, seraya memandangi berbagai makanan manis dan nasi yang lengkap dengan lauk pauk sehat yang yoga berikan khusus untuk ibu hamil.     

Dia tidak akan pernah berhenti mensyukuri kebahagiaan yang diberikan tuhan untuknya,      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.