cinta dalam jas putih

Cemburu



Cemburu

"Dokter potong kuenya " ucap aline ketika yoga masih dalam pandangannya ke arah nita yang berada disampingnya.     

Yoga menganggukan kepalanya dan segera meniup lilinnya, dan erin tentu saja sedari tadi telah menjadi orang yang mengabadikan momen kali ini dengan ponselnya.     

"Untuk kepala ruangan terhebat " dia lalu memberikan potongan kue pertama pada nita yang berdiri disampingnya.     

"Dan untuk sahabat saya " lalu dia memberikannya pada aditya, "semoga pendekatannya dengan bidan aline dapat berjalan dengan baik dan segera menikah, ada yang mengatakan bahwa jodoh itu tidak akan pernah kita ketahui datangnya dan dengan siapa kita berjodoh karena kita sama sekali tidak akan pernah menyangka kalau ternyata jodoh kita adalah orang yang berada di dekatnya "     

Seketika wajah aditya dan aline memerah, ditambah dari tawa rekan-rekannya membuat mereka semakin tidak dapat mengelak dari doa yang ucapkan tadi.     

Aditya merasakan sedikit ketidaknyamanan ketika melihat senyuman dari wajah nita yang sepertinya pun berpikiran sama untuk mendekatkannya dengan aline.       

"Dokter " panggil erin, "doakan aku juga "     

Permintaan erin itu membuat semua yang berada di ruangan menertawakannya.     

"Tentu saja " yoga lalu memberikan potongan kue pada erin dan tersenyum ke arahnya.     

"Sebelum aline dan aditya yang akan memutuskan untuk menikah, sepertinya kamu yang akan lebih dulu diajak menikah oleh dion "     

Dahi nita berkerut tidak percaya dengan ucapan suaminya yang kali ini menjadi cenayang.     

Erin tertawa malu, "amin,, mudah-mudahan secepatnya "     

"Erin! " nita dan aline telah satu hati, mereka memanggil erin secara bersamaan.     

Erin lalu menunjukan dua jari ke arah aline dan nita, "kak dion baru akan menemui orang tuaku minggu depan, itulah mengapa aku masih merahasiakannya "      

Aline memelototinya karena tidak membicarakan hal itu dengannya, sedang nita bereaksi senang dengan senyuman yang terlihat di wajahnya. Nita yang awalnya pun begitu tidak percaya dengan kebahagiaan yang akan erin dapatkan, akhirnya dapat tersenyum lega karena dion akhirnya telah memilih wanita yang tepat untuknya.      

"Kenapa dokter yang mendoakan kami " ucap nita pada yoga, "yang berulang tahun kan dokter, seharusnya kami yang mendoakan dokter "     

Yoga tersenyum mendengar ucapan nita, itu membuatnya gemas. Akan tetapi dia harus menjaga imagenya sebagai konsulen di hadapan para stafnya.     

"Tidak apa-apa " dia lalu mencolekkan krim yang terdapat di potongan kue tepat di hidung dan pipi nita, membuat wanita itu bereaksi dengan memberikan cubitan di tangan yoga.     

Laki-laki itu meringis kesakitan tapi dia sedang berusaha menyembinyikan kesakitannya itu dihadapan semua orang-orang.     

"Aku harus mencari kassa untuk membersihkannya, kalian lanjutkan saja " nita berjalan menuju ke lemari penyimpanan kassa steril, dia membawa beberapa lembar untuk membersihkan wajahnya.     

Yoga tersenyum menghampiri nita yang berdiri di sudut ruangan dengan membawa beberapa kassa steril, dia sudah lebih dulu membawa sekotak tisu yang erin bawakan.     

"Jangan gunakan itu " yoga menghentikan nita.     

Dia lalu berdiri dihadapan nita, dengan tangannya sendiri dia membersihkan krim-krim kue yang menempel di wajahnya karena perbuatannya. Dengan tatapan lembutnya yoga memperhatikan wajah nita yang dia usapkan dengan tisu yang dipegangnya.     

"Aku minta maaf karena sudah membuat oppa dokter mencemaskanku dan meninggalkan pekerjaan yang penting "     

Yoga tersenyum dengan ucapan nita, dia memang selalu seperti itu. Menyadari posisinya sebagai istri yang setengah kehidupannya adalah milik semua pasien-pasien yang membutuhkan pertolongannya. dan dia juga yang menjadi orang pertama memiliki kebanggaan ketika dia telah berhasil menyelamatkan pasiennya.     

"Baiklah aku maafkan " ucap yoga, "tapi berikan aku hadiah yang paling terbaik nanti "     

Dan lagi-lagi perkataan yoga begitu provokatif yang membuat nita malu, dia membulatkan kedua matanya ke arah yoga dan tentu saja dia memberikan hadiah cubitan terbaiknya di tangan yoga karena sudah berhasil menggodanya.     

"Iya tidak apa-apa hanya dengan cubitan pun " yoga mengusap tangannya yang telah dicubit oleh istrinya itu, "sudah selesai, wajahmu sudah bersih sekarang "     

"Terima kasih " nita tersenyum ke arah yoga.     

Yoga pun tersenyum ke arah nita, "sepertinya aku tidak dapat lama disini, aku harus melanjutkan pekerjaanku di ruang ibs "     

"Tunggu sebentar " nita mencegah yoga, "kamu kan sudah cemas tadi "     

Dia lalu menyuapi kue yang diberikan oleh yoga ke dalam mulutnya, "harus banyak makan, untuk menggantikan berat badan pak dokter yang susut karena cemas dan begitu cepat datang kesini! "     

Yoga menyembunyikan tawanya dengan menundukan kepalanya, nita benar-benar sudah membuatnya malu dan semua perkataanya begitu tepat mengenai hatinya.     

"Sudah cukup " yoga menolak untuk kembali memasukkan kue itu kedalam mulutnya, "makanannya sudah manis ditambah lagi wanita yang menyuapiku juga teramat sangat manis, apa kamu mau aku menderita diabetes karena selalu mendapatkan perhatian manis "     

"Mulai deh lebay! " cetus nita seraya mengeluarkan tawa kecilnya, "hati-hati, semoga pekerjaan hari ini pun selalu di beri kelancaran oleh tuhan "     

"Pasti, karena kamu yang telah mendoakannya " ucap yoga.     

keenam pasang mata yang tengah berada di ruangan yang sama dengan nita dan yoga terdiam menyaksikan satu adegan yang biasa tapi begitu memiliki makna yang dalam.     

"Lihat mereka " ucap erin, "sepertinya mereka lupa ada kita juga disini, sekarang ini kita berubah menjadi obat nyamuk! "     

Aline dan aditya menertwakan ucapan eri yang selalu saja memiliki unsur humor didalamnya.     

"Kalau kamu obat nyamuk, kamu mau bilang kalau yang jadi nyamuknya itu aku? " tanya aline.     

Erin melemparkan senyumannya pada aline, "karena kan cuma aku saja yang sendirian disini jadi aku cocok jadi obat nyamuk, dan biasanya kalau nyamuk itu berpasangan "     

"walaupun kak aline dan pak adit belum resmi berpasangan, karena saya sudah lebih dulu memilih menjadi obat jadi mau tidak mau kalian harus berpasangan " sambung erin, kata-katanya sekarang ini sedikit memaksa pada aline dan aditya.     

"Aku bukan hanya sekedar bicara, ini bisa diartikan senagai sebuah paksaan " lagi-lagi dia berucap pada mereka berdua.     

Aline tertawa tidak percaya erin sudah berani mengucapkan itu padanya, terlebih lagi itu dihadapan aditya yang adalah pimpinan mereka. Dia begitu penasaran dengan reaksi aditya pada perkataan erin, kedua matanya menoleh ke arah aditya yang memperhatikan sosok nita dan yoga dari kejauhan. Dia tahu pasti bahwa sepertinya hati aditya begitu terluka dengan kebahagiaan yang terlihat pada nita dan yoga, dia hanya sedang berpura-pura untuk tidak mempermasalahkannya.     

"Aku tahu dia terluka " ucap aline dalam hatinya, "tapi dia terlalu bodoh, dia memilih untuk terluka seperti ini agar terus bisa melihat kanita di dekatnya "     

Aditya tidak dapat menyembunyikan wajah sedihnya pada aline, dia terlalu mencolok dengan memperilhatkan wajah seperti itu. Benar-benar bukan tipe laki-laki yang menjadi kriterianya, aline tidak menyukai laki-laki seperti itu. yang hanya terus mellihat kebelakang dan berjalan pelan walaupun tujuannya adalah sebuah masa depan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.