cinta dalam jas putih

Kehidupan pernikahan



Kehidupan pernikahan

Nita masih berada dalam pelukan yoga ketika tangisannya mulai terhenti, dia terdiam tannpa berani mengangkat kepala dan memperlihatkan wajahnya pada yoga setelah tangisannya yang muncul begitu dramatis beberapa waktu yang lalu.     

"Aku ini kenapa tiba-tiba seperti ini? " nita berucap dalam hatinya, setelah dia merasa sakit hati karena suaminya berkata padanya untuk peduli pada sesama kaumnya dan sakitnya semakin bertambah ketika yoga berkata pada axel dengan sedikit kemarahannya.      

Karena itulah dia ingin menangis saat ini, dan mengatakan semua kekesalannya pada suaminya itu. Mungkin inilah kehidupan pernikahan yang sebenarnya akan dilaluinya, mulai akan ada kerikil-kerikil kecil pada jalan yang akan mereka hadapi.      

"Kenapa aku merasa malu untuk menatap suamiku sekarang setelah aku mengangis di hadapannya tadi! " nita tampak tidak memiliiki nyali untuk menatap wajah suaminya saat ini, maka hanya diam lah gerakan terbaiknya kali ini.     

"Oppa dokter " panggil nita tanpa bergerak sedikitpun.     

"Ada apa? "     

"Tutup matamu sekarang juga " pinta nita.     

"Kenapa? " yoga teraneh ketika nita memintanya untuk menutup matanya.     

"Aku harus pergi ke kamar mandi sekarang " jawabnya.     

Yoga semakin dibuat nita kebingungan dengan jawaban yang di katakan oleh istrinya itu, jika memang harus ke kamar mandi untuk apa dia harus menutup matanya. Bukankah setiap haripun dia selalu melihat seluruh tubuhnya tanpa harus menutup matanya.     

"Jika kamu akan ke kamar mandi, kenapa aku menutup mataku? aku sudah tahu semuanya.. "     

"Bukan itu " nita semakin dibuat malu oleh ucapan yoga yang membicarakan tentang tubuhnya yang memang setiap hari selalu dilihatnya.     

"Aku malu karena tangisanku tadi! " diapun berbicara tentang alasan mengapa dia meminta suaminya itu menutup matanya.     

Yoga ingin tertawa tapi dia harus menahannya, karena pasti wanita yang masih berada dalam dekapannya itu akan semakin marah. Ternyata dia memiliki rasa malu setelah meluapkan semua emosinya dalam tangisannya tadi.     

Dia menarik nafasnya dalam-dalam semakin mempererat dekapannya dan mengusap lembut punggung nita. Dalam pikirannya terlinntas satu tanda tanya mengapa semua berbalik justru istrinya itu yang harus tertunduk seperti ini, setelah semua kesalahan adalah dia yang memulainya.     

"Aku sulit bernapas jika di peluk seperti ini! " cetus nita.      

"Baiklah, aku sudah menutup mataku " yoga menuruti perkataan nita, dia melepaskan pelukannya dan memberikan kesempatan pada istrinya untuk membersihkan diri.     

"Aku tidak punya kekuatan untuk marah padanya hanya dengan memandangi wajahnya saja " nita memandangi wajah yoga selintas sebelum dia masuk ke dalam kamar mandi.     

Yoga memastikan nita telah masuk ke dalam kamar mandi dengan suara pintu yang tertutup, diapun membuka kedua matanya. Tarikan nafas kembali dia lakukan kali ini, betapa dia merasa sangat bersalah pada nita dan axel karena ucapannya tadi.     

Diapun memutuskan untuk menghampiri axel ketika menunggu nita membersihkan diri. Yoga melihat sosok axel yang tengah terduduk di kursi ruang makan, dengan kesibukannya tangan dan matanya pada ponsel yang dipegangnya.     

"Apa kamu sudah menyelesaikan tugas sekolahmu? " yoga mengusap lembut kepala axel.     

"Aku sudah menyelesaikannya dibantu oleh bubu tadi, makanya aku bisa bermain sekarang "     

Yoga tersenyum kecil, "ayah minta maaf padamu karena tadi telah membentakmu "     

"Ayah tidak perlu meminta maaf karena ayah tidak melakukan kesalahan apapun " axel melemparkan senyumannya pada yoga sebelum dia kembali fokus pada ponselnya.     

"Apa bubu tidak marah pada ayah? " yoga sedikit ragu menanyakan hal ini pada putranya itu.     

Axel menggelengkan kepalanya, "bubu hanya bilang kalau ayah itu orang baik dan tidak akan ada orang atau pasien yang akan marah pada ayah "     

Dan ketika mendengar hal itu dari putranya dia seperti kembali di hujani perasaan bersalah pada nita. Padahal tadi itu dia hanya tidak menyetujui seorang laki-laki bersikap kasar pada wanita. Walaupun itu bukan sahabatnya dia selalu begitu emosi jika melihat seperti itu, tapi dia telah lupa bahwa ketika dia memberikan pertolongan dia telah menyakiti istrinya secara verbal.     

"Pak dokter! "      

Yoga seperti mendengar suara nita yang memanggilnya, dia lalu membalikkan pandangannya ke arah belakangnya dan melihat nita yang setelah memanggilnya bersembunyi di balik tembok.     

"Kemarilah "      

Dan kali ini pun dia melambaikan tangannya ke arahnya memberikan perintah agar dia mendekat ke arahnya yang bersembunyi di balik tembok. Yoga pun beranjak dan menghampiri nita yang telah berdiri.     

"Ada apa? " tanya yoga.     

Nita terlihat memastikan bahwa axel tidak mengikutinya.     

"Apa mataku terlihat sembab? "      

Yoga memperlihatkan wajahnya yang terkejut karena nita memanggilnya hanya untuk menanyakan hal tersebut.     

"Kenapa? kamu takut terlihat jelek? " yoga mengeluarkan candaan pada nita.     

"Bukan itu! " cetus nita memasang wajah marah, "aku memang tidak cantik, tapi aku tidak mau axel melihat aku dengan mata sembab dan bertanya kenapa aku menangis! "     

Yoga tertunduk menyembunyikan tawanya, setelah dia rasa telah dapat menahan tawanya dia memandangi wajah nita.     

"Tidak terlihat " ucap yoga dengan penuh kesabaran, "dan kamu masih terlihat cantik, malah sepertinya lebih cantik "     

Nita tersenyum ketus, "tidak perlu memujiku sekarang ini, aku belum memberi pembalasan pada oppa dokter! "     

"Urusan kita belum selesai! " nita melanjutkan ucapannya dengan menyilangkan kedua tangannya, "jangan coba-coba mendekati aku, apalagi satu tempat tidur denganku malam ini! "     

"Karena sepertinya, setelah aku mandi pikiranku kembali kepada ucapan oppa dokter tadi! "     

Yoga tertegun dengan ucapan nita yang adalah sebuah ancaman, akan tetapi karena nita memulainya dengan pertanyaan lucu membuat yoga sama sekali tidak merasakan ketakutan. Justru dia merasa gemas dengan sikap istrinya itu, dia memaksakan diri untuk marah tetapi sama sekali tidak cocok dengan wajahnya selalu terlihat ramah.     

"Baiklah " ucap yoga memandangi wajah nita, "aku tahu aku salah, jadi malam ini aku tidur dengan axel saja "     

"Tidak boleh " nita menanggapi ucapan yoga, "itu akan membuat axel curiga! "     

"Katamu aku tidak boleh tidur satu tempat tidur " yoga mengingatkan nita tentang ucapanya tadi, "tapi aku tidak boleh tidur di kamar axel "     

"Dikamar kitakan masih ada sofa " nita berucap dengan kedua matanya yang menghindari tatapan yoga, "kalau tidur diluar aku tidak akan tahu kalau oppa dokter tiba-tiba pergi bertemu dengan dokter andien! "     

Yoga tersenyum tipis dengan kecemburuan nita yanh diucapkannya tanpa sadar, dia semakin lekat memandangi nita yang terus saja menghindari tatapannya sekarang ini.     

"Jangan memandangiku seperti itu! " nita bicara ketus, "aku tahu kamu mencoba menerobos kelemahanku! "     

Yoga kembali tersenyum dengan semua yang dibuat oleh istrinya itu, dia memang wanita yang benar-benar tidak memiliki rasa marah. Dan kali ini dia sangat percaya bahwa ada manusia seperti itu dan dia adalah sososk wanita yang berdiri dihadapannya.     

"Baiklah, aku tidak akan lihat " lalu yoga memalingkan pandangannya dengan sesekali mencuri pandang pada nita yang masih tidak melihatnya.     

"Aku juga akan berjanji mengikuti semua yang kamu katakan " ucap yoga, "dan berjanji akan memikirkan kembali setiap tindakan yang akan aku lakukan walaupun itu pada sahabatku sendiri, aku berjanji akan mengutamakan perasaan istriku "     

"Dan, aku minta maaf padamu " sambung yoga.     

Nita menanggapi pernyataan yoga begitu datar, di wajahnya terlihat tidak bereaksi sedikitpun. Dia sedang berpura-pura dihadapan yoga untuk menjadi wanita dingin.      

Nita hanya ingin supaya yoga tidak ikut campur pada kehidupan keluarga sahabatnya, walau sedekat apapun.     

Karena menurut nita, kehidupan pernikahan  ketika tengah mengalami masa sulit kehadiran seseorang yang beritikad baik itu akan selalu dianggap hal lain di salah satu pihak. Mungkin dia satu-satunya orang yang menentang untuk menceritakan kisah rumah tangganya pada laki-laki yang bukan suaminya.     

"Ayah dan bubu sedang apa berdiri disini? " axel muncul mengejutkan mereka berdua, "seperti main petak umpet saja, bicara bisik-bisik "     

Axel menutupi bibirnya yang menertawakan kedua orang tuanya karena mereka sudah seperti anak seusianya yang senang bermain petak umpet di sekolah.     

Wajah yoga dan nita yang mulai dan memerah tertangkap oleh axel, dan dia bisa memastikan bahwa kedua orang tuanya saat ini baik-baik saja..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.