Kim Min Rae
Kim Min Rae
Lagi-lagi matanya tertuju ke arah nita yang sedang memperhatikannya berbicara. Mata mereka saling menangkap satu sama lain untuk beberapa waktu yang lama.
Nita tersenyum sekilas dan tertunduk, dia menyerah dengan tatapan itu. Dan akhirnya hanya menggunakan telinganya untuk mendengarkan setiap instruksi yang dokter edwin sebutkan, nita mencoba merekamnya dengan baik.
Begitu juga dengan dokter edwin, senyuman lebarnya masih terlihat ketika mengetahui wanita yang ditatapnya menunjukan aksi malunya. Dia begitu suka melihatnya seperti itu, dan itu membuatnya lupa bahwa wanita yang selalu ingin dilihatnya itu telah bersuami.
"Catat dengan baik.. " dokter memberikan aba-aba untuk memulai pertanyaannya.
"Di instalasi gawat darurat kedatangan seorang pasien... " tangannya menekan surface pen yang dipegangnya, seketika layar komputer yang tersaji dihadapan nita dan kedua rekannya berubah.
Tampak gambar seorang wanita muda bertubuh sangat gemuk sekali di layar tersebut.
"Seorang nona muda berumur sekitar enam belas tahun, dilarikan ke instalasi gawat darurat dengan keadaan tidak sadarkan diri dengan mulut berbusa,,, " dokter edwin memberikan klue yang pertama, "berat badan pasien sekitar sembilan puluh lima kilogram "
Terlihat ivanna dan dewi yang cekikikan ketika dokter edwin menyebutkan berat badan pasien tersebut.
Nita menggelengkan kepala melihat kelakuan kedua rekannya itu, dan kembali fokus pada dokter edwin.
"Pasien diantar oleh guru sekolahnya, sebelum tidak sadarkan diri pasien mengeluh pusing, nyeri ulu hati, serta muntah, sebelum akhirnya mengalami kejang-kejang... " sambung dokter edwin.
Nita mengernyit, dia seperti pernah mendengar hal seperti ini. Matanya menangkap sosok dokter edwin yang ketika nita melihatnya, dokter edwin tersenyum ke arahnya.
Nita terkejut melihat senyuman dokter edwin padanya yang sedikit aneh.
"Dilakukan pemeriksaan vital sign, tekanan darah systole seratus delapan puluh dan diastole seratus.. " ucap dokter edwin.
"Dari yang telah disebutkan tadi pemeriksaan penunjang apa yang akan anda lakukan? "
"Cek laboratorium darah lengkap " jawab ivanna lebih dulu.
"CT scan.. " jawab dewi, "laboratorium untuk gula darah! "
"Cek urin lengkap " jawaban nita membuat kedua rekannya mengernyitkan dahi mereka dan melirik aneh ke arah nita.
"Baik,,, " dokter edwin terantuk, "simpan diagnosa kalian tentang pasien tadi, sebutkan rencana tindakan pada pasien tersebut! "
"Konsul neurologi, pasang infus jaga rencana alih rawat.. " jawab dewi menjadi yang pertama memberi jawaban.
"Konsul spesialis dalam rencana pindah ICU " ivanna memberi jawaban setelah dewi.
Kali ini giliran nita menjawab, dia tampak masih memikirkan jawabannya.
"Rencana USG.. " nita ragu menyebutkan hal yang ada di pikirannya, tetapi dia ucapkan dengan begitu saja.
Ivanna dan dewi melihat ke arah nita dengan senyum aneh mereka mendengar jawaban nita.
"Ini nona kanita! " cetus dewi pelan sambil tertawa puas.
Ivanna terdiam mendengar jawaban nita, dia menjadi sedikit menduga-duga tentang kepintaran sebenarnya yang banyak orang bicarakan tentang nita dari jawaban nita tersebut.
Nita harus kembali mengusap keringat dingin yang muncul di seluruh tubuhnya, dia menarik nafas dalam-dalam. Tidak menghiraukan semua perkataan dan sikap rekan-rekannya itu. Dia harus bertahan sampai dia memberikan jawaban diagnosa pasien dan semua akan selesai, dia tidak peduli jawabannya benar atau salah kali ini. Kondisinya saat ini membuat nita sukar berkonsentrasi.
"Apa diagnosa pasien tersebut menurut bidan kanita? " dokter edwin sepertinya begitu sengaja menyebut nama nita lebih dulu.
"Saya akan menunggu jawaban dari hasil laboratorium " nita tidak lantas menjawab pertanyaan dokter tersebut. "baru saya mencoba menegakkan diagnosa pasien tersebut.. "
ivanna dan dewi menutup mulut mereka dengan satu tangannya untuk menyembunyikan tawa mereka.
Dokter edwin pun hanya tersenyum dalam anggukan kepalanya, dia beralih pada ivanna.
"Bidan ivanna, sebutkan diagnosa pasien tersebut.. "
"Epilepsi " jawab ivanna.
Dokter edwin beralih ke arah dewi, "pasien dengan hypoglikemi "
Dokter edwin kembali pada nita, "apa yang akan kamu lihat dari laboratorium? "
"Protein urin " jawab nita.
Dan ini yang membuat dokter edwin begitu menyukainya, memandangnya ketika berbicara dengan semua kepercayaan dirinya yang luar biasa.
"Protein urin positif dua! " lanjut dokter edwin.
Nita terdiam sejenak, "Jawaban saya,,, suspek eklamsi! "
Dokter Kim berbisik ke arah dokter edwin, "dia dari ruangan bersalin kah? "
"Iya, dok " jawab dokter edwin, "bidan kanita.. "
Dokter Kim menganggukan kepalanya sambil tersenyum ke arah nita, dia ingin menanyakan satu hal pada nita. "Darimana kamu yakin itu eklamsi? kita tidak bisa asal mendiagnosa! "
"Pasien tadi itu nona " sambungnya.
"Saya melakukan diagnosa differensial saja dok, itu alasan saya mengatakan suspek karena saya tidak yakin. Dan saya merencanakan tindakan USG untuk memastikannya " jawab nita, "memang status pasien adalah nona, tapi kita tidak akan tahu pasti apakah pasien sedang hamil atau tidak karena pertama yang mengantar pasien adalah pihak sekolah, kedua melihat dari bobot tubuhnya tidak akan ada yang bisa membedakan apa dia sedang hamil atau tidak. Tetapi mendengar keluhannya sebelum tidak sadarkan diri itu lebih mengacu pada kasus eklamsi "
Dokter Kim terdiam mendengar semua yang nita sebutkan, dan lalu tertawa kecil.
"Cukup " ucap dokter Kim pada dokter edwin.
Dokter edwin mendapati dokter kim yang terus memandangi nita, pada awal tadi dia terlihat tidak begitu antusias. Tapi ketika mendengar jawaban nita yang berbeda dari dua rekannya dia terlihat menunjukan ketertarikannya. Dan itu membuatnya terkesal, ada yang memperhatikan nita seperti itu.
"Dia itu, istri dokter yoga! " cetus dokter edwin pelan ketika dia mendapati dokter Kim memperhatikan nita.
"Benarkah,,, " ucapnya sambil menganggukan kepalanya, tapi matanya tidak bergeser sedikitpun dari sosok nita.
Mengetahui perkataannya tidak dihiraukan oleh seniornya itu, dia pun semakin merasakan kekesalan yang harus dipendamnya.
"Baiklah! " dokter edwin memutuskan untuk bicara, "saya mengapresiasi semua jawaban kalian, jawab bidan ivanna dan bidan Dewi memang menjurus pada diagnosis tersebut. Tapi jawaban dari bidan kanita lebih tepat walaupun dia sendiri tidak dengan pasti menjawabnya, hanya pada kemungkinannya saja tapi memang sampai pada tahap itulah wewenang bidan di ponek. Karena yang mendiagnosa pasti itu adalah dokter penanggung jawab "
"Kelanjutan dari pasien tersebut, ketika seorang dokter bernama lay memeriksanya menggunakan dopler terdengar bunyi detak jantung bayi yang ireguler. Jadi kesimpulan diagnosa pasien tersebut adalah eklamsi "
Penjelasan dokter Edwin tersebut membuat ivanna dan dewi tertegun seketika, wajah mereka terlihat memerah. Mereka begitu enggan melihat ke arah nita karena rasa malu mereka.
Sedang nita hanya memasang wajah datarnya tidak berekspresi apapun, di dalam pikirannya masih memikirkan rasa bersalahnya yang begitu besar pada yoga. Untuk saat ini dia tidak mempedulikan pada penilaian semua orang di ruangan ini.
"Selamat nita " suara aditya itu mengejutkan lamunan nita.
Dia mendapati Aditya yang berdiri dihadapannya mengulurkan satu tangannya ke arah nita.
Melihat semua tim penilai berdiri dihadapannya dan lalu dia pun berdiri, "terima kasih pak! "
Nita tersenyum ke arah aditya, menyalami semua tim penilai yang berada di ruangan tersebut.
Aditya yang baru saja bersalaman dengan nita tersenyum ketir, dia baru menyadari bahwa wanita itu tidak dalam kondisi baik. Dia merasakan suhu tangan nita berbeda dengan suhu orang yang sehat, walaupun dia bukan orang kesehatan tetapi dia telah belajar sedikit-sedikit.
"Kamu hebat Kim min rae! " cetus dokter edwin, ketika dia bersalaman dengan nita. Dia menjadi orang yang terakhir untuk memberikan nita ucapan selamat.
Nita mengernyit dalam senyuman kecilnya, "Kim min rae? "
Dokter edwin tersenyum, "dia asisten dokter lay yang pintar dalam sebuah buku novel yang berlatar belakang kesehatan, buku itu ditulis oleh dokter lay!"
Nita terdiam dan memikirkan sesuatu, "itu,,, cerita dokter lay sang dokter perferctsionis? "
Nita baru mengingat kembali, kemarin ketika yoga memberikannya tiga buku tebal buku dokter perferctsionis tersimpan diantara buku itu. Dia baru tersadar menjawab pertanyaannya sendiri, ketika dia merasa soal yang dokter edwin berikan itu seperti pernah dia lihat dan ternyata memang nita pernah membacanya.
"Dokter yang membuat cerita itu? " nita begitu antusias.
"Itu baru edisi pertama " jawabnya dengan senyuman ke arah nita, "rencananya aku akan menerbitkan edisi keduanya.. "
"Wah, hebat sekali " Puji nita, "nanti aku boleh minta tanda tangan dokter? "
"Baiklah, tapi,,, " dokter edwin menyimpan jari telunjuknya di depan bibirnya, memberitahukan nita untuk merahasiakannya.
"Siap! " nita menjawab dengan senyuman ke arah dokter edwin.
Aditya yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua dari sudut lain terdiam, dia menjadi begitu curiga dengan sikap dokter Edwin yang sedari tadi tidak berhenti memperhatikan nita. Dan tanpa dia sadari pun dia menjadi seseorang yang mengawasi nita dari perhatian orang lain selain dirinya.
"Makanlah ini! " dokter edwin menyimpan sesuatu di meja nita, "lain kali perhatikan kesehatanmu dahulu! "
Mata nita melihat sesuatu yang dokter Edwin simpan diatas mejanya, satu obat analgetik.
Dokter edwin tersenyum ke arah nita, "aku akan menulis tentangmu di edisi kedua nanti! "
Nita dibuatnya diam tanpa kata-kata, apalagi untuk mengucapkan terima kasihnya. Dia masih tidak percaya bahwa dokter Edwin memberikannya obat dan akan menulis tentangnya pada novel yang akan dibuat selanjutnya.
"Cepat sembuh.. " ucapan terakhir dokter edwin sebelum meninggalkan Nita.
Dokter edwin mengingat kembali kejadian tadi, pagi-pagi sekali sebelum dia pergi ke ruangan dimana nita mengikuti test, yoga menghubunginya dan memberitahukan padanya tentang kondisi istrinya itu. Yoga memintanya untuk memastikan kondisi istrinya itu baik-baik saja, dan juga memberikan obat tersebut pada nita.
Mengetahui seniornya itu begitu menaruh perhatian besarnya pada nita, semakin menambah rasa ketertarikannya. Wanita itu jika dibandingkan dengan rekan-rekannya yang berwajah begitu cantik memang tidak ada apa-apanya, tetapi ada satu hal yang membuatnya begitu menarik adalah tatapan matanya yang penuh perhatian dan tutur katanya yang lemah lembut namun percaya diri menjadikannya satu nilai tambah.
"Aku akan menjadikannya Kim min rae nanti! " cetusnya dalam hati seraya memandangi nita yang tengah merapikan barang-barang miliknya dan bergegas pergi dari hadapannya...