Pasangan
Pasangan
"Saya kira masih mau beberapa hari lagi disini "
Dokter edwin tersenyum, "ada yang mau cepat-cepat pulang ke kota pak "
"Mungkin malu kalau dirumah orang tua kalau berisik " sambungnya.
Membuat tawanya dan tawa pak supir muncul dan nita lagi-lagi harus merasakan malu karena sindiran kedua orang di dalam mobil sekarang ini.
"Memangnya berisik apa? " pertanyaan konyol itupun muncul secara tiba-tiba dari mulut nita.
Tetapi kemudian diralatnya dengan dengan menutup mulutnya dengan satu tangannya dan memalingkan pandangannya ketika dokter edwin menanggapi pertanyaannya dengan kedua alisnya yang naik dan dahinya yang berkerut.
'Bodoh sekali aku menanyakan itu... ' nita berteriak dalam hatinya dan menangis sekerasnya tetapi hanya di dalam hatinya saja.
Padahal dia tahu pasti itu sesuatu hal yang menjurus ke arah adegan dewasa yang selalu dia dengar dari teman-temannya yang melewati malam pertama mereka. Wajahnya kembali memerah.
"Kamu memikirkan apa sampai wajahmu memerah? " tanya dokter edwin kali ini, "maksudku itu berisik karena kita berebut tempat tidur "
"Ranjang di kamarmu terlalu kecil " sambung dokter edwin menahan tawanya.
Dia sudah berhasil menambah rasa malu pada nita sekarang, dan dia senang melakukan itu entah sejak kapan dia tiba-tiba terbiasa melempar candaannya pada nita. Mereka berdua menjadi akrab hanya dengan kebersamaan yang singkat.
Nita memperlihatkan wajah kesalnya pada dokter edwin, bergeser ke dekat jendela dan menyembunyikan wajahnya yang dia rasa telah menjadi rata di hadapan dokter edwin karena terus menerus di tempa malu.
Kedua matanya lalu memandangi ruas jalan yang di lewatinya dan melamunkan sesuatu.
'Mungkin aku memang tidak pernah ditakdirkan buatmu oleh tuhan... ' ucap nita seraya memegangi sebuah liontin berbentuk bulan sabit yang melingkar di lehernya.
Dia sedang berharap mengatakan itu di depan seseorang yang dia katakan memang bukan seseorang yang di berikan oleh tuhan untuk bersamanya sekarang ini.
Walaupun pernikahannya dengan dokter edwin pun belum terlihat jelas akan seperti apa. Dia merasa karena sekarang ini sedang membutuhkan sebuah pekerjaan dia melakukan pernikahan itu.
"Nita " suara dokter edwin terdengar di telinganya, tetapi dia terlalu lelah untuk membuka kedua matanya.
"Nita " lagi-lagi suara itu terdengar dan kali ini ada sedikit guncangan di tubuhnya.
Nita terkejut karena dia pikir sebuah gempa kecil terjadi sekarang ini. Dia mengucek kedua matanya melihat dokter edwin yang berada di sampingnya dekat sekali, dan mobilnya pun telah berhenti dengan suasana langit yang gelap gulita.
"Kita sudah sampai " ucap dokter edwin.
Dia lalu keluar dari mobil meninggalkan nita yang baru terbangun dari tidurnya.
Nita keluar dari mobil dengan tubuhnya yang kesakitan karena perjalanan jauhnya. Lalu berjalan pelan ke arah key yang sudah terlihat berdiri di depan pintu menyambut mereka.
"Mommie biar aku yang bawa tas nya! " key dengan cepat meraih tas yang nita pegang dengan penuh semangat dan wajahnya yang terlihat sumringah.
"Itu,,,, " nita dibuat syok dengan panggilan key padanya, "key panggil apa? " dia bertanya pada dokter edwin yang berdiri di sampingnya.
"Bukankah sekarang kamu memang sudah mommie key " dia menjawab pertanyaan nita sambil kembali melangkahkan kakinya ke dalam rumah.
"Kamu mau kemana? "
Satu tangan nita ditarik oleh dokter edwin dan membuatnya menghentikan langkahnya.
"Ke kamar tamu " jawab nita seraya menunjuk ke arah kirinya.
"Tidur di ruangan yang sama denganku! " dokter edwin memberitahukannya seraya menujuk ke arah kanan dimana ruang tidurnya.
Nita tersenyum dengan lipatan-lipatan di dahinya, sambil berjalan mengikuti langkah dokter edwin menuju ke ruang tidurnya.
"Kamu mau mandi? " dokter edwin bertanya pada nita ketika mereka berada di ruangan yang sama.
Nita berpura-pura menguap kali ini, "sepertinya saya lelah sekali, apa boleh langsung tidur? "
"Ya "
Nita dengan cepat mengusap dadanya ketika dokter edwin sudah masuk ke dalam kamar mandi.
Dengan cepat dia mengambil satu bantal dan selimut, dan berpura-pura tertidur di sofa yang berada di dekat jendela ruang tidur mereka.
'Sofanya lebih empuk dari kasurku milikku di kampung ' ucap nita pelan.
Seketika dia menganggap keputusannya untuk segera kembali kesini adalah benar. Dia bisa merasakan bahwa dokter edwin pasti kesulitan untuk tidur ketika berada di tempatnya dan juga memikirkan rasa sakit di seluruh badan dokter edwin karena ternyata sofa di rumahnya lebih empuk dari tempat tidur miliknya.
Ketika tengah memikirkan semua itu nita mendengar suara pintu yang terbuka dan dengan cepat dia menutup matanya dan berpura-pura tidur.
Dokter edwin yang melihat nita tertidur di sofa hanya tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. Dia tidak tega untuk membangunkannya malam ini dan membiarkan nita tertidur di sofa.
Pagi-pagi sekali nita terbangun, dia sangat memperhatikan setiap langkahnya agar tidak membangunkan dokter edwin yang masih tertidur.
"Key, kamu sekolah atau libur? " nita bertanya sambil mengetuk pintuk kamar key yang masih tertutup rapat.
Tidak lama setelah itu pintu terbuka dan key muncul masih dengan pakaian yang semalam dipakainya dan kedua matanya yang terpejam.
"Ini hari rabu jelas aku sekolah " jawabnya dengan nada malas.
"Sudah jam enam lebih " nita lalu memperingatkannya.
"Iya, aku mandi sekarang " jawabnya berniat untuk menutup kembali pintunya tetapi nita menahannya dengan satu tangan.
"Lipat dulu selimut yang kamu pakai " nita memberikan sebuah perintah.
"Nanti juga daddy panggil tukang beres-beres rumah " ucapnya enggan.
"Sekarang key pintar " ucapan nita bernada bujukan.
"Melipat selimut itu tidak menghabiskan kalori lebih dari seratus enam puluh tujuh " nita memberitahukannya, dia senang sekali bisa membalas key pagi ini.
"Tapi aku kan laki-laki " ucapnya.
Tetapi tidak urung dia lakukan juga apa yang nita perintahkan padanya.
"Mau laki-laki atau perempuan, kamar itu menjadi cermin dari dirimu sendiri " nita tidak menerima alasan apapun.
"Sekarang kamu mandi dan aku akan buatkan sarapan "
"Kau suka roti panggang dengan selai blueberry dan susu full cream " teriak key dari dalam kamar mandi.
"Iya " nita menanggapi permintaan key pagi ini dan lalu segera beranjak menuju ke dapur untuk menyiapkan sebuah sarapan.
Dia terkejut ketika melihat dokter edwin yang sudah berada di dapur dan membuat sarapan.
"Laki-laki juga boleh membuatkan sarapan " ucap dokter edwin pada nita yang masih berdiri mematung.
"Membuat sarapan tidak akan menghilangkan kalori yang banyak " dia kembali berkata sambil melanjutkan kembali aktivitasnya.
Nita jadi malu karena ucapan itu dia katakan pada key tadi, ternyata tanpa di ketahui olehnya dokter edwin melihatnya bicara dengan key.
"Key memang terlalu manja, jadi kamu harus sedikit berpikir keras supaya dia menurutimu " ucap dokter edwin ketika nita bediri di samping dokter edwin.
"Tapi sebaiknya nanti malam kamu tidak tidur di sofa lagi " dia lalu menatapi nita yang lagi-lagi terdiam.
"Sudah kubilang tidak ada yang namanya pernikahan settingan " sambungnya, "kita menikah dan kita adalah pasangan "
"Maaf dokter, semalam saya tertidur di sofa " nita menundukkan kepalanya.
"Kita masih mempunyai waktu dua hari sebelum kamu masuk ke tempat kerja barumu " ucap dokter edwin, "apa kamu mau kita berbulan madu di tempat yang paman dan bibi hadiahkan? "
"Bulan madu? " wajah nita seketika memucat.
Dia tidak tahu kalau pernikahannya sekarang akan ada sebuah ritual bulan madu yang harus dia lewati.
"Kenapa terkejut seperti itu " ucap dokter edwin sambil tertawa kecil.
"Kitakan sudah menikah jadi wajar saja jika pergi berbulan madu "
"Iya, benar " jawaban nita diiringi tawa yang sangat dia paksakan.
"Jadi kamu setuju " lalu dokter edwin mengambil sebuah kesimpulan dari jawaban nita itu dan lalu membuat sebuah keputusan.
"Setelah key berangkat, kita juga akan pergi ke hotel yang paman dan bibi hadiahkan "
"Hari ini? " dan nita seperti diberikan sebuah kejutan yang bertubi-tubi pagi ini.
"Kamu bersiap-siap saja " ucapan terakhir dokter edwin.
Dia membawa piring yang berisi sarapan milik key, tetapi sebelum meninggalkan nita dia mengacak-acak rambut nita dengan satu tangannya.
Membuat nita yang sedang membuat susu yang key pesan lagi-lagi harus terkejut oleh perbuatan dokter edwin yang memperlakukannya seperti seorang anak kecil....