Menarrche
Menarrche
"Tahu " jawab nita, dia berdiri di depan cermin dan merapikan rambut panjangnya.
"Dulu yang sering meresepkan obatnya dokter axel " sambung nita.
Dia melihat dokter edwin yang berpura-pura membaca buku ketika dia mengutarakan rasa cemburunya itu.
Tapi ada yang membuat nita ingin sekali tertawa ketika menyadari bahwa buku yang dipegangnya itu buku pelajaran matematika milik key yang pasti tertinggal setelah tadi putranya itu terus merengek ingin segera pindah rumah.
"Koko cemburu ya? " nita sudah terduduk di sampingnya.
Dia harus bersikap manja agar dokter edwin tidak lagi cemburu karena masalah yang kecil.
"Bukan hal penting buat apa cemburu " jawabnya.
Nita mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban dari dokter edwin.
"Aku tidak suka saja ada yang memberikan perhatian pada istriku dari orang lain " ucap dokter edwin, "kamu itu cuma boleh aku saja yang perhatikan, tidak perlu orang lain "
"Owh, manis sekali! " nita dengan cepat melingkarkan kedua tangannya di pinggang dokter edwin dan menyandarkan kepalanya di dadanya.
"Koko " panggil nita.
"Hmmm,,, "
"Mau aku bantu atau sendiri? " dia bertanya dengan jari-jarinya yang bermain di kancing-kancing piyama dokter edwin.
Dengan kedua alisnya yang turun naik dan senyuman menggoda.
"Aku mau kita buat yang seperti allynea " sambung nita.
Dokter edwin tersenyum malu, dia tidak bisa mengatakan bahwa pengobatan nita belum menunjukkan hasil yang baik. Tetapi karena dia sudah tergoda oleh istri kecilnya itu, dia pun tidak sampai hati untuk mengatakan kapan pastinya pengobatan yang di jalani oleh nita itu selesai dan dia bisa hamil.
Kedua mata nita perlahan-lahan membuka dan melihat jarum jam di dinding kamar yang menunjukkan pukul lima pagi.
Dia merasa ada sesuatu yang membuat perutnya tiba-tiba seperti di tusuk benda tajam, dan pinggangnya terasa panas seperti terbakar membuatnya terbaring dengan gelisah.
"Aww,,, " nita terduduk dan memegangi perutnya yang kesakitan.
Dia mencoba bertahan dengan rasa sakitnya itu untuk waktu yang lama.
"Kamu baik-baik saja? " dokter edwin menyadari nita yang kesakitan dan memegangi perutnya kali ini.
Dia lalu terbangun dan duduk di samping nita.
"Koko, perutku sakit sekali " lirih nita.
"Kamu makan pedas semalam? "
Nita menggelengkan kepalanya, dan hanya meringis kesakitan. Wajahnya pun mulai terlihat pucat karena menahan rasa sakit.
"Kamu mau kemana? " dokter edwin bertanya ketika nita berusaha untuk berdiri dari duduknya.
"Mau pipis " jawabnya.
"Aku antar " dia lalu membantu nita berdiri dan menuntunnya untuk sampai di depan pintu kamar mandi.
"Koko disini saja "
"Kalau kamu pingsan bagaimana? " tanya dokter edwin, "kamu tidak usah malu "
"Ahhh,,, " rengek nita menolaknya, "nanti malah tidak bisa pipis karena malu! "
"Koko tunggu saja disini! "
"Jangan kamu kunci pintu kamar mandinya "
"Iya,,, " jawab nita masuk ke dalam kamar mandi dengan kedua tangannya yang masih memegangi perutnya.
Dokter edwin berdiri di balik pintu kamar mandi bersiap-siap jika terdengar sesuatu yang aneh dari dalam kamar mandi.
"Koko " terlihat nita yang hanya memperlihatkan wajahnya di pintu yang dibukanya.
"Ada apa? "
Nita terlihat malu untuk mengatakannya, "itu,,, "
"Kenapa? kamu bilang saja kalau membutuhkan sesuatu "
"Ternyata datang bulan " jawab nita.
Dokter edwin tertegun tapi kemudian senyumannya muncul, dia senang karena sepertinya pengobatan yang nita jalani telah menunjukkan hasil yang baik.
"Tidak apa-apa, itu artinya pengobatanmu menunjukkan hasil " jawabnya, "kamu harus banyak istirahat dan makan makanan sehat "
Nita menggelengkan kepalanya menolak untuk keluar dari dalam kamar mandi.
"Kenapa? "
"Darahnya banyak sekali " jawab nita, "saya tidak pernah membeli pembalut karena sudah lama sekali tidak datang bulan dengan darah yang banyak seperti sekarang "
"Kalau saya keluar pasti darahnya akan berceceran dimana-mana "
Dokter edwin terdiam sejenak, "kamu tunggu sebentar saja, aku belikan pembalutnya sekarang "
"Online? " tanya nita dengan wajahnya yang terkejut.
Dokter edwin tertawa kecil mengusap kepala, "aku cari saja ke mini market yang buka dua puluh empat jam "
"Kamu tunggu sebentar " sambungnya.
Dia berjalan menuju ke tempat lemari pakaian untuk mengganti baju.
"Kamu telpon saja kalau merasa pusing " dia memberikan ponsel milik nita sebelum pergi.
"Koko beneran mau beli pembalut ke mini market? " nita kembali memastikan.
"Iya, kamu tenang saja pasti bisa "
Dia lalu berjalan meninggalkan nita keluar dari kamar.
Dan lalu dokter edwin berdiri mematung di balik pintu memikirkan sesuatu.
"Tapi nama pembalut yang biasa di gunakan nita apa? " dia bertanya pada dirinya sendiri.
Tapi sepertinya gengsi sekali jika dia harus kembali dan bertanya pada nita setelah tadi dia mengatakan bahwa dia tahu semuanya. Nanti nilai kepahlawanannya sedikit berkurang.
Lalu dia berpikir keras sampai akhirnya mendapatkan ide ketika melihat ke arah pintu kamar key.
"Key " dia membuka pintu kamar putranya dan membangunkannya.
"Key, bangun. Ayo bantu daddy sekarang! "
"Daddy ini masih pagi sekali " key kembali menarik selimut, "key libur sekolah hari ini "
"Ayo bantu daddy sebentar " ucapnya seraya menarik kedua tangan key agar bangun dari tidurnya.
"Nanti kamu daddy kasih bonus supaya bisa jalan-jalan dengan yunna! "
"Beneran, dad? " dengan cepat dia membuka kedua matanya.
"Tapi kamu harus antar daddy ke mini market "
"Siap! " dengan penuh semangat key melompat dari tempat tidurnya dan mengambil sweater hitam miliknya.
"Ayo kita pergi " ucap key penuh semangat setelah dia mencuci mukanya.
"Daddy mau beli apa? " tanya key ketika dia sudah berada di dalam mobil.
"Key tahu, pasti mommie yang minta makanan aneh! " tebak key, "mommie pasti ngidam ya dad? "
Dokter edwin tertawa kecil mendengar perkataan key, "mini marketnya jauh? "
"Lumayan, di jalan antapani " jawab key, "mommie suka sekali sama adik perempuannya alva kemarin, pasti key dapat adik perempuan juga! "
Dokter edwin hanya bisa memperlihatkan tawanya sambil menggelengkan kepala. Dia hanya berharap setelah siklus menstruasi nita yang tidak berjalan dengan baik itu akan berakhir kali ini. Setelah hampir enam bulan akhirnya dia bisa kembali menstruasi.
"Daddy! " cetus key dengan nada yang datar tapi wajahnya berekspresi kesal sekali ketika dia sampai di mini market dan membawa sekeranjang pembalut wanita.
"Daddy mau membuat key malu? " dia bertahan di tempat ketika melihat ternyata penjaga kasir mini market itu seorang wanita.
"Tapi memang mommie harus dibelikan itu sekarang " ucap dokter edwin menahan tawa dan rasa malunya juga.
"Daddy yakin kamu pasti sering antar pacar kamu membelinya, jadi kamu tahu nama-namanya " sambung dokter edwin.
"Iya, tapi yunna gak beli sekeranjang juga dad! "
"Satu aja " sambung key.
Dokter edwin berusaha menahan tawanya, "kamu kan masih muda jadi pasti tidak akan malu "
"Hah_ " key tercengang, "justru mending daddy saja yang bayar jadi kasirnya tidak curiga karena pasti menebak buat istri daddy, kalau key kan masih panjang masa depannya! "
"Mau disimpan dimana harga diriku? " geramnya.
"Kamu mau bonus tidak? " tanya dokter edwin seraya menyimpan kartu atm miliknya di atas keranjang belanjaan yang isinya bermacam-macam merek pembalut berbagai ukuran.
Key mendengus kesal, dia tidak suka tetapi apalah dayanya sebagai anak yang berbakti pada orang tuanya.
"Baiklah demi bonus supaya bisa membahagiakan yunna! " cetus key mengepalkan satu tangannya.
Berjalan dengan penuh rasa percaya diri untuk melawan rasa malunya menghadapi kasir mini market.
"Itu untuk mommie saya! " key bicara sambil memperlihatkan senyuman dan sikapnya yang salah tingkah.
Dia memberikan sebuah pengumuman padahal kasir yang ada di depannya itu sama sekali tidak menanyakannya. Dia hanya tersenyum saja melihat banyaknya pembalut yang key beli.
"Daddy kita berhasil! " ucap key ketika dia masuk ke dalam mobil dengan bungkusan yang dipenuhi banyak pembalut.
"Terima kasih " ucap dokter edwin.
Key tertawa kecil, "kenapa daddy tidak beli coklat? "
"Yunna bilang kalau sedang ada tamu bulanan dia senang makan coklat jadi dia tidak marah-marah tanpa sebab "
"Mommie alergi coklat "
"Wah, bisa gawat dad! " cetus key, "kita pasti jadi sasaran kemarahan mommie sekarang "
Dokter edwin tertawa kecil, "jadi kita harus seperti apa? "
"Bagaimana kalau kita biarkan mommie istirahat di kamar, kita siapkan makanan buat mommie dan lakuin semua yang mommie perintahkan? "
"Seperti daddy sekarang, pasti mommie yang suruh beli pembalut kan? "
Dokter edwin tertawa kecil mendengar pertanyaan key dan dia sudah sangat malu untuk menjawabnya.
"Tapi seperti itulah kalau kita mencintai wanita, hal yang paling memalukan dan tidak pernah dilakukan kita lakukan juga " ucapnya pada key.
"Daddy benar " key setuju dengan ungkapan ayahnya itu.
"Tapi kamu masih harus sekolah dengan baik, jangan lupa kuliah yang menjadi cita-citamu " dokter edwin mengingatkan key.
"Daddy tidak melarang kamu pacaran dengan yunna, tapi sekolah harus tetap jadi prioritas " sambungnya.
"Yang harus kamu ingat adalah jangan pernah sekalipun kamu berpikir untuk merusak anak perempuan, karena laki-laki baik itu menjaga wanitanya bukan merusaknya "
"Siap daddy! " key memberikan hormat pada ayahnya itu.
Nita membulatkan kedua matanya ketika dokter edwin menyodorkan sebuah bungkusan besar yang isinya adalah pembalut.
Dia harus menahan tawanya di dalam kamar mandi ketika melihat satu persatu merk dan jenis pembalut yang dibelikan untuknya sekarang ini.
"Tapi aku beruntung sekali mendapatkan suami seperti koko, walaupun sedikit berlebihan... " ucap nita memperlihatkan tawa tanpa suaranya.
Dia membayangkan perjuangan dokter edwin yang harus menahan rasa malunya mengambil pembalut dan melewati kasir untuk membayarnya...