Hadiah rahasia
Hadiah rahasia
"Sayang " yoga memegang satu tangan nita, "apa kamu tidak lelah? "
"Kamu tidak perlu memaksakan diri untuk terus disini jika kamu sudah lelah, mereka pasti mengerti karena kamu sedang hamil "
Nita tersenyum kaku sebelum dia menjawab pertanyaan yoga.
"Aku merasa tidak nyaman " ucap nita.
"Tidak nyaman karena apa? "
Nita terdiam sejenak, "tapi janji jangan tertawakan aku? "
Yoga tersenyum dengan kerutan di dahinya, "iya janji, memang apa itu sampai kamu merasa aku akan menertawakanmu? "
"Aku tidak nyaman dengan riasan ini " jawab nita pelan, "mataku terasa berat karena bulu mata palsunya, sudah itu mereka menempelkan berbagai warna di kelopaknya aku kesulitan berkedip. Dan bibirku sulit bicara karena dia mengoleskan lipstiknya tebal sekali, aku kegerahan dan semuanya membuatku kesulitan untuk apapun.. "
"Aku takut makan dan minum karena kalau warnanya hilang, pasti akan terlihat aneh " nita menyambungnkan perkataannya.
Yoga terdiam, wajahnya memerah. Dia ingin tertawa tapi telah berjanji pada nita untuk tidak tertawa, tapi jika tidak tertawa ini sangat aneh baginya karena semua yang diucapkan nita itu menurutnya sangat lucu.
"Sayang " yoga menarik nafasnya dalam-dalam, karena dia mulai merasakan sesak akibat harus menahan tawanya.
"Itu karena kamu tidak terbiasa memakai riasan seperti ini " ucapnya, "itu wajar saja membuatmu tidak nyaman, tapi jujur kamu sangat cantik "
"Kamu lihat ini " dia memperlihatkan ponselnya ke arah nita, yoga diam-diam mengambil gambarnya di ponsel.
"Dia wanita tercantik milikku dan sangat berarti untuk hidupku "
Nita tersenyum, "kalau aku tidak cantik, dokter yoga mana mungkin mau menikahiku! "
"Karena menurut penelitian, pria itu hal pertama yang dilakukan untuk jatuh cinta adalah penampilan visual yang sesuai kriterianya "
Yoga tertawa kecil, "aku harus berbuat apa kalau yang datang dan tiba-tiba akrab dengan axel itu kamu? dulu aku tidak pernah mempunyai kriteria untuk pendampingku asalkan axel menerimanya saja.. "
"Tapi ternyata kamu yang dia suka! " yoga memencet kecil hidung nita.
"Wanita yang memiliki kasih sayang sedalam lautan dan kesabaran seluas langit yang tidak berujung dan berlapis-lapis "
"Sudah mulai lagi mengeluarkan rayuannya " ucap nita dengan tawa kecilnya.
"Memang kenyataan " yoga menatap nita yang tengah memalingkan pandangannya ke arah lain.
"Wanita yang mau menerima laki-laki yang pernah gagal dalam kehidupan rumah tangganya, yang tidak menuntut untuk dibuatkan pesta pernikahan mewah dan mau menyayangi putra yang tidak lahir dari rahimnya menurutku itu adalah wanita yang sangat luar biasa... "
Suara yoga memang pelan tapi nita bisa dengan jelas, dia yang awalnya sedang memperhatikan aline dan aditya langsung menoleh ke arahnya.
"Kenapa membicarakan hal seperti itu lagi " nada bicaranya sedikit manja, "berapa kali harus aku bilang menyayangi itu tidak harus pada anak kandung kita "
Dan untuk pesta pernikahan dia tidak akan mengungkitnya, karena semua bukan ketidakmampuan materi untuk yoga tapi memang pada awalnya mereka hanya menjalin kerjasama layaknya simbiosis mutualisme. Yoga yang menuruti keinginan elsa dan axel untuk menikahi nita akhirnya harus terjebak dan jatuh hati karena kebaikan nita yang dia lihat setiap harinya.
"Kalau nanti setelah kamu melahirkan kita buat pesta seperti ini bagaimana? " tanya yoga.
"Apa! " Tawa nita muncul dengan kedua matanya yang menyipit.
"Jangan aneh-aneh deh! " cetus nita masih dalam tawanya, "jangan suka latah pak dokter paling baik seisi bumi, teman buat pesta pernikahan mau ikut juga buat. Jangan-jangan nanti teman ganti istri mau ikut juga! "
"Apa boleh tambah istri? " yoga mengeluarkan candaan yang membuat tawa kesal nita muncul dan memukul kecil tangannya.
"Boleh... " ucap nita, "tapi nanti setelah aku potong-potong! "
Tawa yoga seketika muncul, "ternyata lebih kejam ucapannya sekarang! "
Akhirnya tawa mereka muncul bersamaan, mereka telah asik dengan dunia lucu yang diciptakan oleh mereka sendiri. Ketika semua tamu di sekelilingnya berbahagia menikmati pesta pernikahan aline dan adit, yoga justru hanya fokus pada istrinya yang selalu saja membuat pembicaraan menjadi lebih aneh, lucu, tidak membosankan baginya.
"Bu, ellen akan ikut bersamaku. Dia sudah bicara dengan orang tuanya akan bermain di rumah " axel datang menghampiri nita yang menunggu yoga berpamitan pada aline dan adit.
Gadis cantik seusia axel dengan rambut panjangnya yang terurai di bawah bahunya tanpa poni, lesung pipit di kedua pipinya ketika tersenyum pada nita dan matanya yang indah berwarna abu itu berdiri di samping axel.
"Tante, bubu yang sering axel ceritakan? " tanyanya dengan akrab pada nita, padahal ini adalah kali pertama mereka bertemu.
"Iya " jawab nita, "siapa namamu sayang? "
"Elleanoor joan hartono " jawabnya.
"Namamu cantik sekali " puji nita, dia seperti pernah mendengar nama terakhir yang disebutkan oleh gadis cantik yang menjadi sahabat axel itu.
"Bolehkan ellen ikut kita? " tanya axel pada nita.
Nita tersenyum lebar, "tentu saja, kita tunggu ayahmu sebentar "
Dia terus memandangi wajah cantik ellen yang senang karena bisa bermain dengan axel.
"Cantik sekali " nita bicara penuh kekaguman, "kamu juga pasti akan cantik seperti dia "
Dia mengusap perutnya untuk beberapa kali, seperti sebuah doa dan keinginan paling besarnya jika putri yang akan dilahirkannya nanti itu secantik ellen.
"Kita pulang sekarang " yoga muncul di tengah-tengah mereka.
"Ellen " yoga memanggilnya, "sudah lama sekali tidak melihatmu, sekarang kamu sudah tinggi "
"Karena aku dan axel sudah tidak satu kelas om dokter, jadi dia sudah sombong denganku tidak pernah mengajak bermain ke rumahnya! "
"Dia akan ikut kita kerumah " nita memberitahukannya pada yoga.
Yoga tersenyum, "baik, ayo kalian berdua masuk ke dalam mobil lebih dulu! "
Dengan cepat axel dan ellen berlari menuju ke arah mobil dan masuk ke dalamnya.
"Kamu kenal dengan ellen? " tanya nita.
"Tentu saja, dia dulu teman satu kelas dengan axel " jawab yoga, "dan dia juga putri ketiga dokter kim "
Nita tertegun, dan begitu tidak percaya gadis cantik dan ramah itu adalah putri dari seseorang yang selalu membuatnya dalam kesulitan ditempatnya bekerja.
"Tapi jangan seperti ayahnya ya sayang " dia kembali mengusap perutnya setelah mengingat beberapa detik yang lalu dia berharap putrinya itu akan mirip dengan ellen.
Nita terus saja memperhatikan keakraban axel dan ellen dari ketika mereka berada di dalam mobil dan sesampainya di rumah pun mereka tidak berhenti mengobrolkan sesuatu. Itu seperti keadaan dimana dua orang sahabat yang sudah lama terpisah dipertemukan kembali di satu acara, semua yang ada di pikiran mereka ungkapkan dengan keceriaan. Dia juga pertama kalinya melihat axel seceria itu bersama dengan ellen.
"Jangan bilang kalau ternyata keakraban mereka akan terjalin sampai dewasa nanti! " cetus nita dalam hatinya, "ini kan drama sekali kedengarannya, ayah mereka berseteru tapi anak-anak mereka bersahabat dengan baik "
Nita menggelengkan kepalanya menyembunyikan tawanya, satu tangannya yang memegangi kapas yang telah dibasahi oleh pembersih wajah masih mengusap lembut menghapus riasan tebalnya.
"Karena tuhan itu sangat baik, dia tidak ingin ada benci di setiap hati manusia. Maka dari itu dia membuatkan skenario seperti ini pada suamiku dan dokter kim " dia membuat kesimpulan positip pada kejadian yang sepertinya disengaja ini.
Walaupun dia tidak tahu awal dari perselisihan mereka, dan tidak akan menanyakannya jika yoga tidak menceritakannya sendiri padanya.
"Wajahmu bahagia sekali " yoga muncul dari belakangnya dengan memberikan pelukan pada nita.
Nita tersenyum lebar, "karena aku sudah menghapus riasannya jadi aku bahagia sekarang! "
Yoga tertawa kecil, "aku akan tanyakan axel dan ellen apakah mereka mau makanan atau minuman "
"Aku saja " nita menahan yoga, "suamiku pasti lelah sekali hari ini "
"Tidak apa " yoga memberikan satu ciuman di pipi nita, "kamu fokus saja membersihkan riasannya, sepertinya itu sangat tebal sekali.. "
"Benarkah? " dengan cepat nita mendekatkan wajahnya ke arah cermin, dalam hitungan detik dia memajukan bibirnya karena lagi-lagi suaminya itu mengerjainya dengan candaan seperti itu padanya.
Yoga yang lebih cepat pergi dengan senyuman senangnya setelah dia berhasil menipu nita, dia berjalan menuju ruang keluarga dimana axel dan ellen masih membicarakan sesuatu.
"Apa kamu yakin itu pernyataan cinta axel? " suara ellen yang lembut adalah suara pertama yang di dengar yoga ketika sampai.
"Iya tentu saja, karena ketika dia pergi dia mengatakan aku akan selalu mencintaimu " jawab axel.
Senyuman dan terkejut pada yoga datang bersamaan, dia tidak dapat menghentikan pembicaraan seperti itu karena dia menyadari putranya itu telah beranjak dewasa.
"Kalau aku perhatikan bubu memang cantik " ucap ellen, "jadi wajar saja kalau dia banyak yang mencintai "
"Seperti aku, disekolah kita kamu tahu kan banyak yang menyukaiku? "
"Iya " jawab axel datar.
"Kamu menyukaiku tidak? " tanya ellen.
"Tidak " jawab axel dengan cepat, "kamu itu manja dan sukanya teriak-teriak membuatku pusing! "
"Axel! " ketusnya.
Yoga menahan tawanya mendengar jawaban axel yang begitu dingin, dia tidak ingin mengganggu perbincangan dua anak remaja itu dengan tawanya.
"Dia menyukai ibuku ternyata " axel kembali melanjutkan perkataannya, "padahal dia tahu ibu sudah menikah dengan ayah "
Tawa yoga perlahan memudar ketika menyadari seseorang yang mereka bicarakan adalah nita.
"Tapi kan ibumu tidak menjawab apapun, berarti dia tidak menyukainya, dan sesuatu yang dia berikan pada ibumu itu mungkin saja untuk hadiah ulang tahun ibumu " ellen mencoba memberikan penjelasan pada axel, walaupun dia seusia axel tapi ellen terlihat lebih berpikiran dewasa dua tingkat diatas axel.
"Bukankah kamu bilang dia juga mengucapkan perpisahan pada ibumu? " sambung ellen.
"Iya, ibuku memang hanya sayang pada ayah, karena dia tidak melihat wajah laki-laki itu ketika bicara " ucap axel, "ingat ini hanya rahasia kita berdua! "
"Iya, bawel " ucap ellen, "siapa tadi laki-laki yang kamu lihat bicara dengan ibumu itu? "
"Paman edwin " jawab axel.
"Iya itu " ellen tersenyum lebar, "dia juga keren, tapi menurutku masih keren ayahmu! "
"Ayahku saja tidak sekeren ayahmu, curang nih! " celetuk ellen, "kalau ayah ibuku adalah orang tuamu pasti cocok jika anaknya aku, karena aku cantik "
Yoga mengerutkan dahinya ketika nama sahabatnya disebutkan oleh axel, lalu senyuman tipis muncul di wajahnya.
"Aku tidak melihat edwin tadi " ucapnya pelan, "tapi dia menemui nita "
Niatnya untuk bertanya pada putranya pun di batalkan dan kembali ke dalam kamar, dan tidak menemukan sosok nita.
Dia mendekat ke arah meja dimana tas milik nita yang tergeletak dan terbuka, tampak dimatanya sebuah kotak yang tadi dibicarakan axel dan ellen. Dia tahu istrinya itu sedang berada di dalam kamar mandi, dan dia semakin mendekat ke arah tas tersebut rasa ingin tahunya begitu besar tentang apa yang ada di dalam kotak tersebut. Yoga semakin mendekat dan telah menyentuh kotak tersebut dengan ragu...