cinta dalam jas putih

Doa untuk calon putriku



Doa untuk calon putriku

"Sepertinya aku lebih baik belok kesini saja " ucap nita ketika dia telah selesai mengumpulkan laporan harian melihat sosok dokter kim dari jarak yang tidak jauh darinya, karena pimpinannya itu tengah menyapa seseorang nita memutuskan untuk mencari jalan lain agar sebisa mungkin tidak bicara dengannya.     

Dia terus melangkahkan kakinya ke arah yang bukan ke ruangan tempatnya bekerja untuk membiarkan pimpinannya itu pergi menjauh terlebih dulu. Nita sama sekali tidak percaya bahwa pimpinannya yang dulu sepertinya memandang dirinya sebelah mata kali ini terus saja mengganggunya dengan hal-hal yang membuatnya kesal.     

"Kenapa dia berjalan ke arah ini juga! " nita mempercepat langkahnya, sepertinya sosoknya telah lebih dulu dilihat oleh dokter kim.     

Ketika berada di sebuah jalan, nita seketika mendapat ide dia terus berjalan ke arah poliklinik untuk menghindarinya, nitapun berbelok dan masuk menuju ke ruang poliklinik kebidanan langsung terduduk di kursi yang berada di samping rekan kerjanya edna.     

"Aku terkejut, kanita! " cetus edna ketika sahabatnya itu tiba-tiba duduk disampingnya.     

"Tumben kesini? " tanya edna.     

Nita tersenyum lebar, "aku mau periksa kehamilanku " dia mengipas tubuhnya yang berkeringat dengan sehelai kertas yang berada di atas meja.     

"Habis lari jauh, bu? " Edna tertawa kecil melihat sikap nita, "baiklah tunggu sebentar suamimu itu belum datang "     

"Kamu hebat sekali sekarang ini " sambung edna, "sepanjang jalan tadi aku mendengar semua orang membicarakanmu, mereka bilang kamu sangat berani di rapat kemarin "     

Nita tersenyum, tentu saja dia tahu tidak akan ada yang memujinya. Pastilah mereka membicarakannya bukan karena prestasinya tapi adalah semua keberaniannya yang sering mereka anggap sebagai kesombongan besar yang ingin nita perlihatkan pada semua orang.     

"Jaga kesehatanmu, kamu tidak perlu memikirkan semua orang yang iri padamu. Kamu harus melahirkan anakmu di kehamilan sekarang " edna berkata pada nita tanpa memandangnya, dia selalu merasa sedih jika melihat sahabatnya itu tengah hamil mengingat riwayat kehamilan terdahulu nita yang harus berakhir tanpa sempat dilahirkan.     

"Tumben pagi-pagi sekali sudah disini? " suara yoga terdengar, dia muncul ketika nita dan edna tengah bicara.     

Nita segera beranjak dan memaksa yoga untuk ikut dengannya masuk ke dalam ruang kerjanya.     

"Tadi ketika diperjalanan aku melihat dokter kim, hari ini aku sedang malas bicara dengannya jadi aku belok ke arah sini " ucap nita, dia terduduk di atas tempat tidur khusus pasien di ruangan pemeriksaan usg.     

Yoga tersenyum, "Ya sudah, karena sudah terlanjur kesini sekarang tidurlah biar aku periksa "     

"Aku sudah ingin melihat seperti apa kemajuan anakku di perut istriku " sambungnya, dia memaksa nita untuk terbaring di atas tempat tidur dan lalu menghidupkan layar usg.     

Nita hanya bisa berpasrah diri karena sudah masuk ke poliklinik kebidanan untuk menghindari dokter kim, maka dia tidak bisa menghindari suaminya itu, yang sepertinya memang semangat sekali ingin melakukan pemeriksaan usg semenjak mengetahui kehamilan nita. Wanita itu sering memberikan banyak alasan ketika yoga memintanya untuk melakukan pemeriksaan.      

Senyuman lebar nita terlihat ketika kedua matanya tertuju pada layar usg, "syukurlah dia tumbuh dengan baik... "     

Kedua matanya tidak lepas dari gambar yang berada di layar tersebut, sebuah lengkungan berbaris panjang dan rapih yang nantinya akan menjadi tulang belakang telah terbentuk sempurna. Jari-jari kecil tangan dan kakinya sudah terbentuk sempurna, wajah dengan kedua matanya pun seperti menatap ke arah mereka.     

Dan kali ini yang membuat kedua mata yoga berkaca adalah ketika melihat detak jantung buah hatinya yang seirama dan begitu berarti baginya karena itu menandakan dia telah diberi kehidupan oleh tuhan sekarang ini.     

"Aku tidak percaya sekarang ini " yoga lalu menyimpan probe usg yang semula dipegangnya, dan tiba-tiba memberi pelukan pada nita yang masih terbaring. Dia tidak dapat menyembunyikan lagi rasa harunya.     

"Terima kasih " bisiknya ketika masih memeluk nita, "apapun yang kamu hadapi aku akan selalu bersedia menjadi orang paling depan yang menggantikanmu memikul semua kesakitanmu, terima kasih sayang.. "     

Nita pada awalnya terdiam karena terkejut dengan pelukan yoga, lalu senyumannya muncul ketika lagi-lagi mendengar ucapan paling manis dari suaminya itu.     

"Iya, sama-sama terima kasih juga karena selalu menjagaku " ucap nita dengan satu tangannya mengusap dengan lembut punggung yoga.     

"Jangan seperti ini, nanti kalau tiba-tiba edna masuk melihat kita sedang berpelukan seperti teletubis " sambung nita.     

Yoga tertawa kecil, "kenapa harus disamakan dengan film itu! "     

"Perutku kan besar mirip yang tinky winky! " nita sendiripun menertawakan ucapannya yang menyebutkan dirinya seperti tokoh yang sering dilihat oleh anak-anak pada jamannya.     

"Selamat sayang " yoga mencium kening nita, "semoga tuhan menjaga putri kita sampai dia lahir dengan sehat kedunia nanti.. "     

"Jadi calon bayinya perempuan " senyum nita semakin terlihat, "ternyata sekarang ini doa axel dan suamiku didengar oleh tuhan, aku sangat tahu kesabaran dua jagoan di rumahku menantikan kehadirannya. Jadi, yang seharusnya diberikan selamat adalah suami dan putraku. "     

"Tuhan sudah memberikan hadiah pada kalian karena kesabaran kalian.. " ucap nita kembali.     

"Terima kasih, tuhan " ucap yoga pelan, lalu dia membantu istrinya itu untuk duduk.     

"Kamu harus lebih banyak makan, usia kehamilannya memang hampir menginjak dua puluh minggu tapi sepertinya berat badannya sedikit kurang " dia bicara dengan kedua tangannya yang membantu nita merapikan rambutnya.     

"Iya, siap pak dokter " ucap nita.     

Pembicaraan mereka terhenti ketika suara ketukan pintu terdengar dan sosok edna muncul memberikan setumpuk laporan pasien hari ini.     

"Dokter bagaimana keadaan calon bayinya? " tanya edna yang berdiri disamping nita.     

Yoga tersenyum, "tumbuh dengan baik dan sehat, terima kasih semua karena doa kalian juga.. "     

Edna tersenang, "sepertinya dokter sedang bahagia hari ini "      

"Iya, benar " yoga membenarkan ucapan edna, "jadi hari ini aku akan membelikanmu makanan apapun yang kamu inginkan, jangan lupa untuk ruang ponek dan ibs juga "     

Edna berteriak senang dan mengusap dengan lembut perut, "kamu membawa keberuntungan untuk semua orang disekitarmu sayang, semoga selalu sehat "     

"Terima kasih " ucap nita dengan senyuman lebar, dia berharap kebaikan yang suaminya berikan pada semua orang hari ini akan menjadi sebuah doa untuk kesehatannya dan janin dalam kandungannya.     

Jauh dari nita dan yoga yang sedang berbahagia dengan keadaan kesehatan calon bayi mereka, aditya yang tengah fokus membaca petisi dari seluruh ruangan di kejutkan oleh kehadiran dokter kim ke ruangannya.     

"Apa yang membuat dokter tiba-tiba menemui saya? " aditya beranjak dari duduknya dan menyalami dokter kim.     

"Kamu sedang membaca petisi itu? " dokter kim tidak menjawab pertanyaan aditya kali ini.     

Senyuman terlihat di wajah aditya, "saya hanya penasaran dengan isi dari permintaan mereka "     

"Mereka pasti ada satu orang yang menggerakan " ucapnya, "karena tidak mungkin sekompak ini "     

Dokter kim tertawa kecil, "tentu saja, tidak mungkin mereka sampai tahu hingga ke jumlah yang didapat, jika tidak ada orang dalam yang memanasi mereka "     

"Aku hanya ingin meminta bantuanmu perihal ketua PMKP di rumah sakit kita nanti " sambung dokter kim, "aku mau bidan kanita dilibatkan juga "     

Aditya terdiam sejenak mendengar ucapan dokter kim, "kenapa dokter ingin membawa bidan kanita? sepertinya anda memiliki ketertarikan tersendiri karena selalu ingin melibatkannya "     

Lalu tawanya muncul mendengar ucapan aditya seperti itu padanya, dia jadi membayangkan wajah ketakutan nita saat berada di dekatnya. Itu membuatnya semakin memiliki ketertarikan mengingat wanita begitu sulit untuk di tebak, dalam pikirannya wanita yang memiliki sifat lembut itu ternyata memiliki keberanian dan kepercayaan diri yang membuatnya berbeda dari yang lain.     

"Sepertinya dia akan menolaknya dokter " aditya kembali berkata, "karena saat ini dia sedang hamil dan harus fokus terlebih dulu pada kesehatannya "     

Tawa dokter kim kembali muncul, "kamu tahu banyak sekali tentang dia, jangan-jangan kamu juga tertarik padanya. Dia memang sangat istimewa sekali "     

Wajah aditya memerah seketika, "saya dan dokter yoga berteman dengan baik, jadi kami sering bertemu dan bicara untuk beberapa hal selain pekerjaan "     

"Aku juga berteman dengan yoga " ucapnya, "tapi dia tidak pernah membawa istrinya ketika ada acara apapun, dia sengaja menyembunyikannya "     

Aditya mengernyit ketika mendengar ucapan dokter kim yang tiba-tiba membicarakan nita padanya dan yang dibicarakannya diluar jalur pekerjaan. Membuatnya sedikit merasakan kecurigaan, karena kali ini dia dengan secara sengaja mendekatinya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.